• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA

DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

NORTHA IDAMAN A 14105583

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

NORTHA IDAMAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT. (Dibawah bimbingan LUSI FAUSIA).

Adanya peningkatan konsumsi ikan secara umum dan excess demand benih ikan nila di Kabupaten Sukabumi mengharuskan adanya peningkatan ketersediaan benih. Permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan penawaran dan permintaan benih ikan nila sebagai komoditi yang potensial di Kabupaten Sukabumi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, (2) menganalisis elastisitas penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, (3) menganalisis implikasi kebijakan yang dapat diambil dari hasil analisis tersebut. Penelitian ini menggunakan data time series sekunder yang bersumber dari estimasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi mulai tahun 2000 sampai dengan 2006 terhadap kuantitas penawaran, permintaan serta harga-harga komoditas perikanan yang diperlukan dalam penelitian ini. Data-data tersebut diolah menggunakan regresi liner berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS) untuk menduga model penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm di Kabupaten Sukabumi

(3)

Elastisitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga adalah sebesar 0,001385 (inelastis). Elastisitas silang permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga benih ikan nila sebesar 0,074 (inelastis, sifat join product), elastisitas silang terhadap harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm sebesar – 0,019 (inelastis, sifat competitive product), terhadap harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar – 0,009 (inelastis), terhadap harga ikan nila konsumsi sebesar - 0,132 (inelastis), terhadap harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 (inelastis, sifat join product).

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 20 Agustus 1984 dari ayah Tony Hartus dan ibu Noor Eko Swastuti. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

(5)

Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

Nama : Northa Idaman

NRP : A14105583

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec NIP. 131 578 845

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2008

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, elastisitas penawaran dan permintaannya serta implikasi kebijakan yang dapat diturunkan dari faktor-faktor tersebut.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2008

(8)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA

DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

NORTHA IDAMAN A 14105583

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerjasamanya baik berupa moril maupun materil, yaitu kepada:

1. Ir. Lusi Fausia, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas dorongan dan kesabarannya dalam membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Yayah K. Wagiyono, M.Ec selaku dosen evaluator pada kolokium dan telah memberikan banyak masukan untuk proposal penelitian.

3. Ir. Popong Nurhayati, MS selaku dosen penguji utama pada sidang dan telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Sadono, MS selaku dosen wakil dari Komisi Pendidikan yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini, terutama teknik penulisan.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membantu dalam memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi yang telah membantu dalam menyediakan data serta informasi yang sangat berharga bagi penulis.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan, namun memiliki andil dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6°57’ - 7°25’ Lintang Selatan dan 106°49’ - 107°00’ Bujur Timur serta mempunyai luas daerah 4.128 km2 atau atau 14,39 persen dari luas Jawa Barat. Sumberdaya air khususnya air tawar sangat melimpah di daerah ini, terutama yang bersumber dari mata air dan sungai. Sumber mata air berasal dari daerah pengunungan seperti Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak serta dari daerah perbukitan yang merupakan topografi dominan di Kabupaten Sukabumi. Sumberdaya air tawar melalui aliran sungai meliputi Sungai Cimandiri dan anak-anak sungainya seperti: Cipelang, Cicatih, Citarik, Cibodas, dan Cidadap. Selain itu, terdapat Sungai Ciletuh, Cikarang, Cikaso, dan Cibuni yang merupakan batas dengan dengan Kabubaten Cianjur di sebelah Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, 2006).

Potensi sumberdaya air tawar yang begitu besar di Kabupaten Sukabumi ini telah dikembangkan dalam bentuk usaha di sektor agribisnis perikanan air tawar, diantaranya usaha budidaya air tawar. Usaha budidaya ini meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Adapun potensi sumberdaya perikanan budidaya air tawar dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA

DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

NORTHA IDAMAN A 14105583

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

NORTHA IDAMAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT. (Dibawah bimbingan LUSI FAUSIA).

Adanya peningkatan konsumsi ikan secara umum dan excess demand benih ikan nila di Kabupaten Sukabumi mengharuskan adanya peningkatan ketersediaan benih. Permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan penawaran dan permintaan benih ikan nila sebagai komoditi yang potensial di Kabupaten Sukabumi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, (2) menganalisis elastisitas penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, (3) menganalisis implikasi kebijakan yang dapat diambil dari hasil analisis tersebut. Penelitian ini menggunakan data time series sekunder yang bersumber dari estimasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi mulai tahun 2000 sampai dengan 2006 terhadap kuantitas penawaran, permintaan serta harga-harga komoditas perikanan yang diperlukan dalam penelitian ini. Data-data tersebut diolah menggunakan regresi liner berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS) untuk menduga model penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm di Kabupaten Sukabumi

(13)

Elastisitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga adalah sebesar 0,001385 (inelastis). Elastisitas silang permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga benih ikan nila sebesar 0,074 (inelastis, sifat join product), elastisitas silang terhadap harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm sebesar – 0,019 (inelastis, sifat competitive product), terhadap harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar – 0,009 (inelastis), terhadap harga ikan nila konsumsi sebesar - 0,132 (inelastis), terhadap harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 (inelastis, sifat join product).

(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 20 Agustus 1984 dari ayah Tony Hartus dan ibu Noor Eko Swastuti. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

(15)

Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

Nama : Northa Idaman

NRP : A14105583

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec NIP. 131 578 845

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2008

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, elastisitas penawaran dan permintaannya serta implikasi kebijakan yang dapat diturunkan dari faktor-faktor tersebut.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2008

(18)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA

DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

NORTHA IDAMAN A 14105583

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerjasamanya baik berupa moril maupun materil, yaitu kepada:

1. Ir. Lusi Fausia, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas dorongan dan kesabarannya dalam membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Yayah K. Wagiyono, M.Ec selaku dosen evaluator pada kolokium dan telah memberikan banyak masukan untuk proposal penelitian.

3. Ir. Popong Nurhayati, MS selaku dosen penguji utama pada sidang dan telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Sadono, MS selaku dosen wakil dari Komisi Pendidikan yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini, terutama teknik penulisan.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membantu dalam memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi yang telah membantu dalam menyediakan data serta informasi yang sangat berharga bagi penulis.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan, namun memiliki andil dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6°57’ - 7°25’ Lintang Selatan dan 106°49’ - 107°00’ Bujur Timur serta mempunyai luas daerah 4.128 km2 atau atau 14,39 persen dari luas Jawa Barat. Sumberdaya air khususnya air tawar sangat melimpah di daerah ini, terutama yang bersumber dari mata air dan sungai. Sumber mata air berasal dari daerah pengunungan seperti Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak serta dari daerah perbukitan yang merupakan topografi dominan di Kabupaten Sukabumi. Sumberdaya air tawar melalui aliran sungai meliputi Sungai Cimandiri dan anak-anak sungainya seperti: Cipelang, Cicatih, Citarik, Cibodas, dan Cidadap. Selain itu, terdapat Sungai Ciletuh, Cikarang, Cikaso, dan Cibuni yang merupakan batas dengan dengan Kabubaten Cianjur di sebelah Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, 2006).

Potensi sumberdaya air tawar yang begitu besar di Kabupaten Sukabumi ini telah dikembangkan dalam bentuk usaha di sektor agribisnis perikanan air tawar, diantaranya usaha budidaya air tawar. Usaha budidaya ini meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Adapun potensi sumberdaya perikanan budidaya air tawar dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

(21)

para petani sawah menerapkan sistem mina padi. Jenis usaha kolam air tenang juga memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, yaitu sebesar 8.648 hektar dengan pemanfaatan yang relatif kecil (tidak lebih dari 15 persen per tahun). Selain itu, potensi pemanfaatan sumberdaya kolam air tenang mengalami penurunan pada tahun 2005 sebesar 4,16 persen dan mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar 0,36 persen. Penurunan ini disebabkan oleh banyak petani ikan yang beralih ke sistem air deras. Pemanfaatan sumberdaya kolam air deras mengalami kenaikan yang cukup besar pada tahun 2005 sebesar 34,68 persen dari tahun 2004. Kenaikan ini disebabkan banyak petani yang beralih ke jenis usaha ini, adapun penurunan yang relatif kecil terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,27 persen. Pemanfaatan karamba dan jaring apung pada tahun 2004 sebesar 8 persen dan 40 persen. Namun, pada tahun 2005 dan 2006 potensi sumberdaya ini sudah tidak lagi dimanfaatkan. Hal ini disebabkan oleh banyak pelaku usaha yang beralih ke sistem budidaya kolam air deras (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, 2007).

Nilai produksi dari kegiatan budidaya air tawar juga sangat besar, tercatat total nilai sebesar Rp 238.059.760.00,-, Rp 355.833.571,30,- dan Rp 178.805.827.200,- pada tahun 2004, 2005 dan 2006. Adapun produksi dan nilai produksi ikan air tawar di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

(22)

tersebut menjadi salah satu penyebabnya. Pada tahun 2005, cabang usaha pembenihan ikan di kolam air tenang dan sawah perikanan mengalami peningkatan produksi sebesar 51,70 persen dan 81,70 persen dari tahun 2004. Banyaknya pelaku usaha yang mulai menjalankan usaha pembenihan ikan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pada tahun 2006, usaha pembenihan mengalami penurunan produksi dari tahun 2005 sebesar 57,17 persen untuk pembenihan di kolam air tenang dan 87,12 persen untuk sawah perikanan. Kemarau yang berkepanjangan di tahun 2006 menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi ini. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kab, Sukabumi, 2007).

Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Sukabumi pun terus mengalami peningkatan dalam rentang tahun 2003 sampai dengan 2006, namun nilainya masih di bawah Standar Nasional sebesar 26,5 kg/kapita/tahun. Adapun tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Ikan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2003-2006

Tahun Tingkat Konsumsi (kg/kapita/tahun) Peningkatan (%)

2003 16,82 -

2004 17,73 5,41

2005 18,23 2,82

2006 20,05 9,98

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2007 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat adanya peningkatan tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Sukabumi. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat serta merebaknya penyakit flu burung yang menyerang hewan-hewan ternak unggas yang menjadi salah satu sumber pangan masyarakat.

(23)

terbesar dibandingkan jenis benih ikan yang lain (Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sukabumi 2007).

1.2. Perumusan Masalah

Benih ikan nila merupakan input produksi utama bagi usaha budidaya ikan nila yang meliputi usaha pendederan dan pembesaran. Besarnya permintaan benih ikan ini tentunya akan dipengaruhi oleh besarnya permintaan ikan nila sebagai salah satu sumber pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah yang memiliki produksi benih ikan nila yang besar dibandingkan dengan benih-benih ikan konsumsi yang lainnya. Besarnya jumlah produksi benih ikan nila dan benih ikan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Beberapa Benih Ikan Utama di Kabupaten Sukabumi Tahun 2006.

No. Jenis Ikan Produksi (ribu ekor) Nilai Produksi (rupiah) 1. Nila 704.289,00 23.089.811,64 2. Mas 230.898,12 70.428.899,73 3. Bawal 21.828,00 2.728.500,00 4. Lele 8.160,00 816.000,00 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2007

(24)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum terdapat adanya excess demand benih ikan nila. Benih ikan nila ukuran Belo (3-5 cm) memiliki nilai penawaran dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih ikan nila lainnya. Hal ini disebabkan oleh selera konsumen yang lebih memilih benih ukuran Belo dibandingkan Sangkal karena isi yang lebih banyak pada setiap satu kilogramnya dengan tingkat harga rata-rata yang sama (Rp 8.500,00-/kg pada Februari 2007). Sementara itu untuk ukuran Burayak yang dijual secara per liter menempati urutan yang terendah dalam penawaran dan permintaan. Hal ini disebabkan harga rata-ratanya yang cukup mahal (Rp 65.000,00-/liter pada Februari 2007) walaupun dengan rata-rata isi benih yang lebih banyak (23.000 ekor/liter).

Tabel 3. Penawaran dan Permintaan Beberapa Ukuran Benih Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 (dalam ekor).

No. Ukuran Penawaran Permintaan Excess Demand 1. Belo (3-5 cm) 493.002.000 640.930.000 147.928.000 2. Sangkal (5-8 cm) 140.858.000 147.901.000 7.043.000 3. Burayak (< 3 cm) 70.429.000 71.838.000 1.409.000 Jumlah 704.289.000 860.641.000 156.352.000 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2007 (Diolah)

Adanya excess demand benih ikan nila mengharuskan adanya peningkatan ketersediaan benih yang dapat dilakukan dengan cara peningkatan penawaran dan permintaan benih ikan nila tersebut. Namun, permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang tepat. Adapun melihat besarnya nilai penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran Belo (3-5 cm), maka penelitian akan lebih difokuskan pada ukuran benih jenis ini.

Melihat permasalahan yang dihadapi di atas, maka permasalahan yang diteliti menyangkut pertanyaan-pertanyaan berikut:

(25)

(2) Bagaimanakah elastisitas penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm?

(3) Bagaimanakah implikasi kebijakan yang dapat diambil dari hasil analisis tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(2) Menganalisis elastisitas penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila

2.1.1. Daerah Asal dan Penyebaran

Pada mulanya, ikan nila berasal dari perairan tawar di Afrika. Beberapa literatur menyebutkan bahwa ikan nila berasal dari Sungai Nil di Uganda. Sumber lain mengungkapkan bahwa ikan nila terdapat pula di Afrika bagian Tengah dan Barat, antara lain di Negara Chad dan Nigeria.

Ikan nila ini melakukan imigrasi dari perairan tawar di Afrika menuju selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika. Lambat laut ikan nila menyebar luas ke Benua Amerika, Eropa dan Asia. Daerah penyebaran ikan nila di Asia pada mulanya terpusat di beberapa negera seperti Flipina dan Cina. Pada perkembangan selanjutnya, ikan nila juga dibudidayakan secara luas di Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia.

Rintisan pengembangan budidaya ikan nila secara intensif antara lain terjadi di Filipina. Selama 50 tahun Filipina melakukan seleksi genetik dan perbaikan strain nila unggul. Pusat pengembangan ikan nila antara lain di Luzon. Strain ikan nila unggul hasil rekayasa genetik di Filipina yang disebarluaskan ke beberapa negara adalah nila merah hibrida dan nila hitam hibrida (Nila Gift).

(27)

2.1.2. Taksonomi Ikan Nila

Kedudukan ikan nila dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteicthyes

Subkelas : Acanthopterigii Ordo : Percomorphi Subordo : Percaidae

Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies: Oerochromis niloticus

2.1.3. Pembenihan Ikan Nila

Usaha pembenihan ikan nila dapat dilakukan di kolam, sawah dan di perairan umum dalam Keramba Jaring Apung. Pembenihan adalah suatu usaha mengembangbiakan ikan nila yang belum mencapai tahap dewasa (tahap konsumsi). Secara umum, tahap pemeliharaan benih ikan nila dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap I (ukuran < 3 cm), tahap II (ukuran 3-5 cm) dan tahap III (5-8 cm).

Tahap I (ukuran < 3 cm) merupakan tahapan awal dimana dilakukan proses pemijahan oleh induk untuk menghasilkan telur yang kemudian menjadi larva serta benih. Pada tahap ini tempat pemijahan ataupun tempat pemeliharaan benih dapat dilakukan di kolam tanah dan bak dengan padat tebar 30-50 ekor/m2. Benih ukuran ini dapat digunakan untuk usaha pendederan di kolam dan mina padi secara ekstensif.

(28)

digunakan untuk usaha pendederan dan pembesaran baik secara intensif maupun tradisional.

Pada tahap III (ukuran 5-8 cm), benih dapat dipelihara di kolam, bak dan KJA dengan padat penebaran 4-5 ekor/m2. Benih ukuran ini umumnya digunakan untuk usaha pembesaran baik secara intensif maupun tradisional.

2.2. Studi Penelitian Terdahulu 2.2.1. Analisis Penawaran

Penelitian mengenai analisis faktor yang mempengaruhi penawaran telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya oleh Caturwati, Santy, Rostika, Munandar dan Widyawan. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Caturwati (2003) melakukan penelitian di PT. Bekael Eska Gemilang mengenai komoditas ikan hias. Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Menganalisis trend penjualan ekspor ikan hias air tawar dan ikan hias air laut, serta meramalkan penjualan ekspor ikan hias perusahaan di masa yang akan datang

(2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan ekspor ikan hias air tawar dan ikan hias air laut perusahaan

(3) Mengukur elastisitas penawaran ekspor ikan hias air tawar dan ikan hias air laut perusahaan

(4) Menganalisis penetapan harga jual ikan hias air tawar dan ikan hias air laut perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekuder berupa time series. Data diolah dengan menggunakan Analisis Trend, Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa, analisis elastisitas dan pendekatan biaya variabel.

(29)

tawar maupun laut. Volume penjualan dipengaruhi secara nyata oleh volume penjualan ikan hias air laut satu periode sebelumnya, harga ikan hias air laut, nilai kurs US Dollar saat ini dan nilai US Dollar dua periode sebelumnya pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hasil analisis elastisitas menunjukkan bahwa seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor ikan hias air tawar bersifat inelastis, begitu pula pada ikan hias hias laut kecuali harga ikan hias air laut yang bersifat elastis. Penetapan harga dengan menggunakan pendekatan biaya variabel rata-rata menghasilkan marjin yang diperoleh untuk ikan hias air tawar sebesar Rp 1.359,27,-/ekor dan Rp 1.464,44,-/ekor untuk ikan hias air laut. Sedangkan hasil dari metode penetapan harga dengan menggunakan pendekatan biaya total menunjukkan marjin sebesar Rp 1.145,44,-/ekor untuk ikan hias air tawar dan Rp 959,32,-/ekor untuk ikan hias air laut.

Santy (2002) melakukan penelitian di Pasar Ikan Cibaraja, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan komoditi benih ikan mas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi penawaran benih ikan mas ukuran 5-8 cm serta respon dari penawaran benih ikan mas terhadap perubahan dari faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi fluktuasi penawaran adalah harga benih ikan mas; harga benih ikan mas satu bulan sebelumnya; harga benih ikan nila; harga benih ikan sepat; harga benih ikan lele; dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya. Hasil penelitian yang analisis data time series sekundernya diolah dengan menggunakan Regresi Linear Berganda Kuadrat Terkecil ini menunjukkan bahwa dari enam faktor yang diduga mempengaruhi penawaran, hanya penawaran benih ikan masa satu bulan sebelumnya yang secara signifikan berpengaruh tehadap penawaran benih ikan mas. Hasil analisis elastisitas menunjukkan respon penawaran benih ikan mas terhadap harga benih ikan mas, harga benih ikan mas satu bulan sebelumnya, dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya bersifat inelastis. Nilai elastisitas silang menunjukkan bahwa benih ikan mas memiliki hubungan competitive product dengan benih ikan nila dan benih ikan sepat, sedangkan dengan benih ikan lele memiliki hubungan joint product.

(30)

Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran benih ikan lele di Pasar Ikan Cibaraja serta menganalisis elastisitas penawaran benih ikan lele dan harga benih ikan lain. Data yang dikumpulkan berupa cross section primer dan time series sekunder. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil serta analisis elastisitas. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata adalah harga benih ikan lele ukuran 5-8 cm, harga ikan lele ukuran 5-8 cm bulan sebelumnya, penawaran benih ikan lele ukuran sebelumnya dan harga ikan bawal ukuran 5-8 cm. Penawaran benih ikan lele ukuran 5-8 cm dengan harga benih ikan lele ukuran 5-8 cm bersifat elastis, sedangkan penawaran benih ikan lele sebelumnya bersifat inelastis terhadap harga benih ikan lele ukuran 5-8 cm. Elastisitas silang antara benih lele ukuran 5-8 cm dengan benih ikan bawa memiliki hubungan yang saling menggantikan (substitusi).

Munandar (1998) telah melakukan penelitian mengenai penawaran benih ikan nila. Penelitian ini dilakukan di Pasar Ikan Cibaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui gambaran umum mengenai kegiatan di Pasar Ikan Cibaraja (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran benih ikan nila di Pasar Ikan Cibaraja (3) Mengukur dan menganalisis nilai elastisitas harga serta elastisitas silang. Data yang digunakan berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil serta analisis elastisitas. Hasil penelitian untuk menjawab tujuan poin (2) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran benih ikan nila berbeda-beda untuk setiap ukuran. Faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap penawaran benih ikan nila ukuran < 3 cm adalah harga benih ikan nila itu sendiri dan penawaran sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi secara nyata penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm adalah harga benih ikan tambakan ukuran 3-5 cm dan penawaran sebelumnya. Sedangkan untuk benih ikan nila ukuran 5-8 cm, faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap penawarannya adalah penawaran sebelumnya.

(31)

Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis gambaran umum mengenai kegiatan di Pasar Ikan Cibaraja sebagai pusat pemasaran ikan air tawar di wilayah Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan mas di Pasar Ikan Cibaraja (3) Menganalisis elastisitas penawaran ikan mas. Data yang digunakan berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda Metode Kuadrat Terkecil dan analisis elastisitas. Hasil penelitian menunjukkan variabel independen yang mempengaruhi secara nyata adalah harga ikan mas itu sendiri, harga ikan nila dan penawaran ikan mas sebelumnya. Perubahan penawaran ikan mas di Pasar Ikan Cibaraja elastis terhadap perubahan harga ikan mas dan perubahan harga ikan nila. Terdapat hubungan substitusi yang nyata antara ikan mas, ikan nila di Pasar Cibaraja, dimana kedua komodoti ini saling menggantikan. Adapun elastisitas silang dari ikan mujair, nilem, tambakan, harga ikan mas sebelumnya, stok ikan mas sebelumnya dan penawaran ikan mas sebelumnya bersifat inelastis terhadap penawaran ikan mas.

2.2.2. Analisis Permintaan

Penelitian mengenai analisis faktor yang mempengaruhi permintaan telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya oleh Sofi, Faizal, Lia, Natawijaya dan Nofaldi. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

(32)

permintaan impor fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat dipengaruhi secara nyata oleh volume impor fillet ikan beku Cina di pasar Amerika Serikat dan pendapatan per kapita Amerika Serikat. Elastisitas harga rata-rata impor fillet ikan beku Indonesia adalah inelastis dan bertanda negatif, elastisitas volume impor fillet ikan nila beku Cina adalah inelastis dan bertanda positif, sedangkan elastisitas pendapatan per kapita adalah elastis dan bertanda positif. Kebijakan yang dapat diambil untuk bersaing di pasar Amerika Serikat adalah: pertama, meningkatkan daya saing fillet ikan nila beku Indonesia dengan cara efisiensi biaya produksi budidaya ikan nila. Kedua, melakukan pemantauan terhadap perubahan pendapatan per kapita Amerika Serikat.

Penelitian mengenai ikan hias di pasar Jepang pun telah dilakukan oleh Faizal (2002). Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan ikan hias di pasar Jepang (2) mengukur elastisitas permintaan ikan hias Indonesia di pasar Jepang (3) mengidentifikasi pesaing utama (Singapura) yang mempengaruhi permintaan ikan hias Jepang dari Indonesia. Data yang digunakan berupa time series sekunder yang dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif mengenai pesaing utama (Singapura). Hasil penelitian menunjukkan pada selang kepercayaan 80 persen, faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata adalah harga rata-rata ikan hias Indonesia, pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita bersifat elastis terhadap permintaan, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Yen bersifat inelastis terhadap permintaan. Singapura telah melakukan reekspor ikan hias yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lainnya untuk dikirim ke Jepang.

Lia (1999) telah melakukan penelitian mengenai model permintaan tuna Indonesia di pasar Internasional (Jepang dan Amerika Serikat). Penelitian ini bertujuan untuk:

(33)

(2) Mengukur elastisitas permintaan tuna Indonesia di pasar Jepang dan Amerika Serikat.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia.

Data yang diperoleh berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan poin (3). Hasil penelitian menunjukkan peubah yang berpengaruh nyata terhadap permintaan tuna Indonesia oleh Jepang adalah harga tuna Indonesia, konsumsi ikan per kapita, Gross National Product (GNP) per kapita, nilai tukar Yen terhadap US Dollar dan volume impor tuna dari Taiwan. Permintaan tuna Indonesia oleh Jepang peka terhadap GNP per kapita dan volume impor tuna dari Taiwan. Permintaan Jepang terhadap tuna Indonesia tidak peka terhadap harga tuna Indonesia, konsumsi ikan per kapita dan nilai tukar Yen terhadap US Dollar. Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan preferensi konsumen Jepang terhadap tuna Indonesia dikarenakan pasar jepang masih terlihat prospektif. Eksportir pun tidak perlu takut dalam meningkatkan harga riil tuna, hal ini dikarenakan permintaan impor tuna yang inelastis terhadap harga tuna rata-rata di pasar Jepang.

Permintaan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat dipengaruhi secara nyata oleh harga tuna Indonesia, harga udang, GNP per kapita dan volume impor tuna dari Thailand. Permintaan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat peka terhadap harga tuna Indonesia, harga udang dan GNP per kapita. Permintaan Amerika Serikat terhadap tuna Indonesia tidak peka terhadap volume impor tuna dari Thailand.

(34)

Natawijaya (1999) telah melakukan penelitian mengenai model permintaan tuna Indonesia di pasar Asia Tenggara (Thailand dan Singapura). Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan (volume impor) tuna Indonesia oleh Thailand dan Singapura.

(2) Mengukur elastisitas permintaan tuna Indonesia di pasar Thailand dan Singapura.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berupa time series sekunder yang dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif untuk menganalisis pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan impor tuna Indonesia oleh Singapura dipengaruhi secara nyata oleh GNP per kapita dan jumlah penduduk. Dari hasil analisis tersebut memberikan indikasi bahwa tuna yang diimpor oleh Singapura dari Indonesia bukan untuk dikonsumsi, tetapi untuk diekspor kembali. Hasil perhitungan elastisitas sebesar -0,029 (inelastis), ini berarti persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada persentase perubahan harga tuna Indonesia. Elastisitas harga ekspor tuna Indonesia sebesar 0,03 persen, ini berarti peningkatan harga ekspor tuna sebesar 10 persen akan meningkatkan permintaan impor Singapura dari Indonesia sebesar 0,3 persen. Kebijakan yang sebaiknya diambil adalah peningkatan harga tuna. Walaupun akan terjadi penurunan jumlah permintaan impor tuna oleh Singapura, tetapi persentase penurunan jumlah impor tersebut akan lebih kecil daripada persentase kenaikan harga tuna Indonesia.

(35)

dampak akan terjadinya peningkatan jumlah permintaan impor tuna Indonesia oleh Thailand dengan persentase peningkatan jumlah impor tersebut akan lebih besar daripada persentase penurunan harga tuna Indonesia.

Sementara itu, Nofaldi (1998) telah meneliti tentang model permintaan udang Indonesia di Pasar Asia Tenggara (Singapura dan Malaysia). Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan (volume impor) udang Indonesia oleh Singapura dan Malaysia.

(2) Mengukur elastisitas permintaan udang Indonesia di pasar Singapura dan Malaysia.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor udang Indonesia.

Data yang digunakan berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan impor udang Indonesia oleh Singapura dipengaruhi secara nyata oleh harga udang Indonesia dan nilai ekspor udang Singapura. Nilai elastisitas harga impor udang sebesar -1,41 (elastis) yang berarti persentase perubahan permintaan lebih besar daripada persentase perubahan harga udang Indonesia. Elastisitas nilai ekspor udang Singapura sebesar 1,07 (unitary elastis) menunjukkan bahwa pengaruh perubahan nilai ekspor udang secara cepat ditutup oleh perubahan kuantitas yang diminta. Kebijakan yang sebaiknya diambil adalah dengan meningkatkan volume ekspor udang Indonesia ke Singapura, walaupun akan terjadi penurunan harga udang Indonesia, tetapi persentasenya lebih kecil dari persentase peningkatan volume ekspor udang Indonesia.

(36)

persentase perubahan harga udang Indonesia. Elastisitas nilai ekspor udang Malaysia sebesar 1,52 (elastis), artinya persentase perubahan permintaan lebih besar daripada persentase perubahan harga udang Indonesia. Hal ini terjadi karena proporsi impor udang Malaysia dari Indonesia impor totalnya sangat kecil, sehingga tidak berpengaruh terhadap pasar Malaysia. Kebijakan dengan meningkatkan jumlah ekspor udang Indonesia mungkin akan kompetitif, walaupun akan terjadi penurunan total penerimaan Indonesia. Strategi ini perlu dilakukan untuk membuat image (gambaran) produk udang Indonesia di pasar Malaysia, karena pangsa pasar udang Indonesia di Malaysia masih relatif kecil.

2.3. Persaman dan Perbedaan Penelitian

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Penawaran

Menurut Lipsey (1995) penawaran adalah jumlah komoditi yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Hipotesis yang mendasarinya bahwa harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif dengan asumsi faktor-faktor yang lain ceteris paribus. Makin tinggi harga suatu komoditi, maka makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah harga, maka semakin kecil jumlah komoditi yang akan ditawarkan. Beberapa faktor yang menentukan penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm adalah sebagai berikut:

- Harga komoditi itu sendiri (Pm) - Harga komoditi lain (Pn) - Harga-harga masukannya (X) - Tujuan perusahaan (G)

- Tahap perkembangan teknologi (T)

Selain itu, fungsi penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm juga dipengaruhi oleh kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnya (Qs-t), kuantitas benih ikan nila ukuran < 3 cm (Qsx1), dan kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 5-8 cm (Qsx2).

Adapun beberapa faktor yang menentukan penawaran di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan fungsi matematika sebagai berikut:

(38)

(a) Harga Komoditi itu Sendiri (Pm)

Harga komoditi itu sendiri merupakan harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm yang menjadi faktor dasar bersama dengan kuantitas benih ikan nila ukuran 3-5 cm yang dapat menggambarkan hubungan penawaran suatu komoditi dengan asumsi faktor-faktor lainnya ceteris paribus.

(b) Harga Komoditi Lain (Pn)

Komoditi lain menyangkut suatu produk yang memilik sifat menggantikan ataupun melengkapi dari suatu komoditi tertentu. Komoditi yang memiliki sifat menggantikan disebut substitusi. Kenaikan harga barang subsitusi komoditi tertentu akan menggeser kurva penawaran untuk komoditi itu lebih ke kanan, sehingga menggambarkan lebih banyak komoditi yang akan ditawarkan pada setiap tingkat harga. Sedangkan komoditi yang bersifat melengkapi disebut komplementer yang cenderung digunakan bersama-sama dengan komoditi tertentu lainnya. Penurunan harga suatu komoditi komplementer akan menggeser kurva penawaran suatu komoditi ke kanan, sehingga lebih banyak komoditi yang akan ditawarkan pada pada setiap tingkat harga.

Harga komoditi lain tersebut menyangkut harga benih ikan nila ukuran < 3 cm, harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm, benih ikan mas ukuran 3-5 cm, dan benih ikan lele ukuran 3-5 cm yang berpengaruh terhadap penawaran.

(c) Harga-harga Masukannya (X)

Semua jenis barang yang digunakan perusahaan untuk memproduksi keluaran (output), sedangkan bahan baku, tenaga kerja dan mesin disebut masukan (input) perusahaan. Kenaikan harga masukan yang menggeser kurva penawaran ke kiri menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga. Sebaliknya, penurunan harga masukan akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan.

(d) Tujuan Perusahaan (G)

(39)

tujuan perusahaan tersebut akan mempengaruhi kombinasi harga dan kuantitas yang akan ditawarkan.

(e) Teknologi (T)

Perubahan teknologi apapun yang menurunkan biaya produksi dan akan menaikkan keuntungan yang dapat dihasilkan pada harga tertentu dari komoditi itu. Selama kenaikan keuntungan ini diikuti oleh kenaikan produksi, perubahan ini menggeser kurva penawaran ke arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kesediaan untuk memproduksi komoditi tersebut dan menawarkannya untuk dijual pada tiap kemungkinan harga. Tingkat teknologi yang digunakan oleh petani pendeder benih ikan nila ukuran 3-5 cm di Kabupaten Sukabumi relatif seragam, yaitu tradisional.

(40)

P S1 S2

P2 E1 E2

P1 E0

Q Q1 Q2 Q3

Gambar 1. Pergeseran dan Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran (Lipsey et. al. 1995)

3.1.2. Permintaan

Menurut Lipsey 1995 permintaan adalah jumlah komoditi yang diminta pada tingkat harga tertentu. Hipotesis yang mendasarnya bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor-faktor lain ceteris paribus. Semakin rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu semakin besar. Sebaliknya, semakin tinggi harga maka semakin rendah jumlah yang diminta. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan adalah sebagai berikut:

- Harga komoditi itu sendiri (Pm) - Harga komoditi lain (Pn) - Tingkat pendapatan (I) - Jumlah penduduk (N) - Selera (S)

- Distribusi pendapatan (R)

(41)

konsumsi. Derived demand digunakan untuk menunjukkan daftar permintaan bagi input yang dipakai dalam menghasilkan produk akhir. Derived demand juga menyangkut sistem pemasaran secara keseluruhan ataupun fungsi permintaan di tingkat petani. Derived demand berbeda dengan primary demand dalam banyak pasar dan proses pergantian per unit produk. Kurva derived demand dapat berubah salah satunya karena pergeseran primary demand atau perubahan marjin pemasaran. Secara empiris hubungan derived demand dapat diperkirakan dengan antara lain dengan mengurangkan marjin yang terdapat dalam daftar primary demand atau secara tidak langsung dapat menggunakan data harga dan jumlah yang diperoleh dari setiap tingkat pemasaran (Tomek and Robinson, 1972).

P

Pr Er

Pf Ef Dr

Df

Qd Q

Gambar 2. Kurva Primary dan Derived Demand (Tomek and Robinson, 1972)

(42)

Menurut Henderson (1971), permintaan input produsen dipengaruhi oleh permintaan komoditi yang diproduksi, sehingga fungsi permintaan input diperoleh dari perhitungan turunan pertama dari input sebagai fungsi dari harga input dan harga komoditi. Fungsi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm merupakan fungsi permintaan turunan (derived demand) karena dipengaruhi oleh kuantitas permintaan benih ikan ukuran < 3 cm (Qdx1), kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 5-8 cm (Qdx2) untuk input produksi pendederan dan pembesaran ikan nila, serta kuantitas permintaan ikan nila konsumsi (Qdx3).

Adapun beberapa faktor yang menentukan permintaan di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan fungsi matematika sebagai berikut:

Qd = f {Pm, Pn, I, N, S, R, Qdxn}...(2)

(a) Harga Komoditi itu Sendiri (Pm)

Harga komoditi itu sendiri merupakan harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm yang menjadi faktor dasar bersama dengan kuantitas benih ikan nila ukuran 3-5 cm yang dapat menggambarkan hubungan penawaran suatu komoditi dengan asumsi faktor-faktor lainnya ceteris paribus.

(b) Harga Komoditi Lain (Pn)

(43)

Harga komoditi lain tersebut menyangkut harga benih ikan nila ukuran < 3 cm dan harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm yang berpengaruh terhadap permintaan turunan, serta benih ikan mas ukuran 3-5 cm dan benih ikan lele ukuran 3-5 cm.

(c) Tingkat Pendapatan (I)

Kenaikan rata-rata tingkat pendapatan diperkirakan akan menambah permintaan beberapa komoditi tertentu, pada tingkat harga yang sama. Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menggeser kurva permintaan untuk kebanyakan komoditi ke arah kanan. Ini menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi itu yang akan diminta pada setiap tingkat harga yang mungkin terjadi. (d) Jumlah Penduduk (N)

Pertumbuhan jumlah penduduk itu sendiri belum menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah ini harus mempunyai daya beli sebelum permintaan berubah. Tambahan orang berusia kerja tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan untuk semua komoditi yang dibeli oleh penghasil pendapatan baru akan meningkat. Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan untuk komoditi ke arah kanan yang menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga.

(e) Selera (S)

Selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera terhadap suatu komoditi akan menggeser kurva permintaan ke kanan, sehingga lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada tiap tingkat harga. (f) Distribusi Pendapatan (R)

Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menggeser ke kanan kurva permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama bagi yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut. Sedangkan bagi yang mendapat pengurangan pendapatan, kurva permintaan untuk komoditi tersebut akan bergeser ke kiri.

(44)

permintaan untuk menggambarkan pergeseran seluruh kurva permintaan, yaitu perubahan jumlah yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Istilah perubahan dalam kuantitas yang diminta mengacu pada perubahan dari satu titik pada kurva permintaan ke titik lain pada kurva permintaan asli atau kurva permintaan baru. Peningkatan permintaan berarti seluruh kurva permintaan telah bergeser ke kanan (D0 ke D2). Penurunan permintaan berarti seluruh kurva permintaan telah bergeser ke kiri (D0 ke D1). Pada harga tertentu, kenaikan permintaan menyebabkan kenaikan kuantitas yang diminta. Sementara itu penurunan permintaan menyebabkan penurunan kuantitas yang diminta. Pergerakan sepanjang kurva permintaan dapat ditunjukkan dengan suatu perpindahan ke arah bawah menyebabkan kenaikan dalam jumlah atau kuantitas yang diminta (P0Q0 ke P1Q1). Sementara itu, perpindahan ke kiri atas sepanjang kurva permintaan menyebabkan penurunan dalam jumlah yang diminta (P0Q0 ke P2Q2). Ilustrasi pergeseran dan pergeakan kurva permntaan dapat dilihat pada Gambar 3.

P

D1 D0 D2

P2 E2

E0 P0

E1 P1

Q Q2 Q0 Q1

Gambar 3. Pergeseran dan Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan (Lipsey et. al. 1995)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

(45)

pembenihan ikan nila merupakan salah satu usaha yang potensial di Kabupaten Sukabumi, hal ini ditunjukkan dengan produksi dari usaha pembenihan ikan nila merupakan yang terbesar di sektor perbenihan (Tabel Lampiran 2). Adapun benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki nila penawaran dan permintaan tertinggi diantara ukuran benih ikan nila lainnya. Oleh karena itulah, penelitian ini akan difokuskan pada benih ukuran tersebut.

Pasar benih ikan nila ukuran 3-5 cm terbentuk dari penawaran dan permintaan turunan. Pelaku utama pasar benih ikan nila dari sisi penawaran dilakukan oleh petani pendeder benih ikan nila ukuran 3-5 cm, sedangkan pelaku utama pasar benih ikan nila dari sisi permintaan dilakukan oleh petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm dan petani pembesar ikan nila.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penawaran benih ikan 3-5 cm yaitu kuantitas penawaran benih nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnya, kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran < 3 cm, kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 5-8 cm, harga benih ikan nila ukuran < 3 cm, harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm, harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm, harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm, harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm, harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm dan dummy untuk musim kemarau yang panjang di tahun 2006.

(46)

Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm yaitu kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnya, kuantitas permintaan benih ikan ukuran < 3 cm, kuantitas permintaan benih ukuran 5-8 cm, kuantitas permintaan ikan nila konsumsi, harga benih ikan nila ukuran < 3 cm, harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm, harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm, harga ikan nila konsumsi, harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm, harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm, harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm, jumlah petani pendeder benih ukuran 5-8 cm di Kabupaten Sukabumi, jumlah petani pembesar ikan nila di Kabupaten Sukabumi, pendapatan rata-rata petani pendeder dari sektor usahanya, pendapatan rata-rata petani pembesar dari sektor usahanya dan dan dummy untuk musim kemarau yang panjang di tahun 2006.

(47)

permintaan berasal dari petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm dan petani pembesar ikan nila konsumsi.

(48)

80`

Peningkatan Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila Adanya Kenaikan Konsumsi Ikan di Kab. Sukabumi dan Permintaan benih dari Luar Kab. Sukabumi

Perlunya Peningkatan Ketersediaan Benih Ikan

Usaha Pembenihan Ikan Nila Merupakan Usaha yang Potensial di Kab. Sukabumi: excess demand benih ikan nila

Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm Permintaan Penawaran

Benih Ikan Nila Ukuran 5-8 cm Permintaan Penawaran Benih Ikan Nila Ukuran 0-3 cm

( Penawaran)

Ikan Nila Konsumsi Permintaan Penawaran

Konsumen (Permintaan)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Turunanan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Regresi Berganda

Pasar

Pasar Pasar Pasar

Faktor-faktor yang Signifikan

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Implikasi Kebijakan

(49)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lingkup Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan September 2007. Adapun lingkup penelitian adalah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi dipilih menjadi lokasi penelitian karena daerah ini mempunyai potensi sumberdaya perikanan air tawar yang cukup besar, terutama untuk sektor perbenihan (Tabel Lampiran 2).

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data time series bulanan dan data kualitatif hasil wawancara. Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan staf Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Pengawas Benih Perikanan, Penyuluh Perikanan, dan beberapa petani yang bergerak di usaha budidaya ikan nila. Wawancara terhadap petani meliputi dua orang petani pembenih ikan nila ukuran > 3 cm, empat orang petani pendeder benih ikan nila ukuran 3-5 cm, dua orang petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm dan dua orang petani pembesar ikan nila. Pengambilan koresponden (petani) dilakukan secara purposive, dimana petani tersebut harus memiliki pengalaman di usaha budidaya ikan nila sejak awal ikan nila diperkenalkan dan dibudidayakan tahun 1993 di Kabupaten Sukabumi. Diharapkan dengan lamanya pengalaman, petani dapat memberikan informasi yang tepat mengenai segala aspek yang menyangkut usaha budidaya ikan nila. Data sekunder diperoleh dari estimasi, beberapa laporan dan catatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi dengan periode bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2006.

(50)

ukuran 5-8 cm dan petani pembesar ikan nila konsumsi, serta penentuan lamanya musim kemarau di tahun 2006.

Kuantitas penawaran benih ikan nila (ukuran < 3 cm, 3-5 cm dan 5-8 cm) diestimasi berdasarkan data jumlah benih yang diproduksi dan dijual. Kuantitas permintaan benih ikan nila (ukuran < 3 cm, 3-5 cm, 5-8 cm) diestimasi berdasarkan jumlah benih yang dijual ditambah dengan perkiraan permintaan potensial benih yang belum terlayani. Harga-harga yang berlaku merupakan harga rata-rata di tingkat petani, pedagang, dan juga perantara (broker). Pendapatan rata-rata petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm dan pembesar ikan nila dari sektor usahanya dihitung secara sederhana. Perhitungannya berdasarkan jumlah produksi pada bulan tertentu dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku, kemudian dibagi dengan jumlah petani yang berusaha di sektor tersebut. Musim kemarau panjang diduga terjadi sepanjang tahun 2006 dari mulai awal bulan Januari sampai dengan Desember, sehingga dilakukan pemberian nilai dummy satu (1) untuk bulan-bulan di musim kemarau panjang dan nol (0) untuk bulan-bulan di luar musim kemarau panjang.

4.3. Metode Analisis Data

(51)

Fungsi Penawaran:

Qs = 0 + 1Qs-t + 2Qas + 3Qcs + 4Ps + 5Pa + 6Pc + 7Pm + 8Pl

+ 9Pb + Dm + ε ...(3) Keterangan :

Qs = Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm (ribu ekor)

Qs-t = Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnya (ribu ekor)

Qas = Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran < 3 cm (ribu ekor) Qcs = Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 5-8 cm (ribu ekor) Ps = Harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm (rupiah)

Pa = Harga benih ikan nila ukuran < 3 cm (rupiah) Pc = Harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm (rupiah) Pm = Harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm (rupiah) Pl = Harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm (rupiah) Pb = Harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm (rupiah)

Dm = Dummy untuk musim kemarau panjang sepanjang tahun 2006 0 = Konstanta

Qd = Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm (ribu ekor) Qd-t = Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan

sebelumnya (ribu ekor)

Qad = Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran < 3 cm (ribu ekor) Qcd = Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 5-8 cm (ribu ekor) Qp = Kuantitas permintaan ikan nila konsumsi (kg)

Pa = Harga benih ikan nila ukuran < 3 cm (rupiah) Pc = Harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm (rupiah) Pd = Harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm (rupiah) Pp = Harga ikan nila konsumsi (rupiah)

Pm = Harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm (rupiah) Pl = Harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm (rupiah) Pb = Harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm (rupiah)

Nc = Jumlah petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm (orang) Np = Jumlah petani pembesar ikan nila konsumsi (orang)

(52)

Dm = Dummy untuk musim kemarau panjang sepanjang tahun 2006 0 = Konstanta

1- 15 = Koefisien

ε = Error term

Setelah model penawaran dan permintaan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menguji model tersebut sudah termasuk Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) atau tidak. Selain itu, model juga harus memenuhi kriteria statistik yang ada. Pengujian model menyangkut uji kelinieran model; hipotesis dan pengujian koefisien regresi parsial; uji linearitas; non heteroskedasitas; non autokorelasi; non multikolinearitas; dan normalitas. Sedangkan kriteria statistik menyangkut uji R2 (koefisien determinasi), uji (F) dan uji (t).

4.3.1. Hipotesis Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm 4.3.1.1. Penawaran Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm

Hipotesis mengenai beberapa faktor yang menentukan penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm adalah sebagai berikut:

(a) Kuantitas penawaran benih ikan nila satu bulan sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(b) Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran < 3 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(c) Kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 5-8 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(d) Harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(e) Harga benih ikan nila ukuran < 3 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(53)

(g) Harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(h) Harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(i) Harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(j) Dummy untuk musim kemarau panjang sepanjang tahun 2006 bersifat mengurangi kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

4.3.1.2. Permintaan Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm

Hipotesis mengenai beberapa faktor yang menentukan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm adalah sebagai berikut:

(a) Kuantitas permintaan benih ikan nila satu bulan sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(b) Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran < 3 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(c) Kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 5-8 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(d) Kuantitas permintaan ikan nila konsumsi berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm saat ini.

(e) Harga benih ikan nila ukuran < 3 cm berpengaruh secara negatif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(f) Harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm berpengaruh secara negatif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(54)

(h) Harga ikan nila konsumsi berpengaruh secara negatif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(i) Harga benih ikan mas ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(j) Harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(k) Harga benih ikan bawal ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(l) Jumlah petani pendeder benih ikan nila ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan ukuran 3-5 cm.

(m) Jumlah petani pembesar ikan nila ukuran 3-5 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan ukuran 3-5 cm.

(n) Pendapatan rata-rata petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

(o) Pendapatan rata-rata petani pembesar ikan nila ukuran 5-8 cm berpengaruh secara positif terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. (p) Dummy untuk musim kemarau sepanjang tahun 2006 bersifat mengurangi

kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

4.3.2. Kriteria Statistik

4.3.2.1. Pengujian Kelinieran Model (Uji F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan liniear antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0

(55)

H1 : bi ≠ 0

(Model regresi linear berganda signifikan atau dengan kata lain ada hubungan linear antara variabel independen terhadap variabel dependen)

Hipotesis ini di atas dikaitkan dengan uji nyata regresi yang diperoleh, maka statistik uji yang digunakan adalah:

Fhit =

residual MS

regresi MS

...(5) Pengambilan kesimpulannya sebagai berikut:

Bila: Fhit > Ftabel = tolak H0 Fhit < Ftabel = terima H0

Nilai F merupakan sebuah nilai statistik F dengan derajat bebas k-2 dan n-k, bila , jatuh pada sebuah garis lurus. Ini berarti statistik itu dapat digunakan untuk menguji hipotesis H0 bahwa regresinya liniear.

4.3.2.2. Hipotesis dan Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Menguji ada tidaknya hubungan linear antara variabel independen terhadap variabel dependen, perlu dirumuskan terlebih dahulu. Sebab hal ini merupakan bagian terpenting dalam analisis regresi. Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : bi = 0

(tidak ada hubungan linear antara variabel independen dan variabel dependen)

(1) H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linear antara variabel independen dan variabel dependen)

(2) H1 : bi > 0 (ada hubungan linear antara variabel independen dan variabel dependen secara positif)

(56)

Uji ini dikaitkan dengan uji nyata dari garis regresi yang diperoleh dari prediksi nilai pengamatan variabel dependen. Selain uji di atas, nilai koefisien dari nilai b hasil prediksi nilai yang diperoleh juga harus diuji. Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : b = (koefisien regresi tidak signifikan) H1 : b ≠ (koefisien regresi signifikan)

Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut:

(1) Jika thit < -tα/2 atau thit > tα/2 kesimpulannya tolak H0. Jika -tα/2 ≤ thit ≤ tα/2 kesimpulannya terima terima H0

(2) Jika thit > tα kesimpulannya tolak H0. Jika thit≤ tα kesimpulannya terima H0 (3) Jika thit < -tα kesimpulannya tolak H0. Jika thit≥ -tα kesimpulannya terima H0

4.3.2.3. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤1). Semakin besar R2 (mendekati 1), maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Nila R2 diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:

Σ (Y* - Y^)2/k Jumlah kuadrat regresi R2 =

Σ (Y - Y^)2/k = Jumlah kuadrat residual

...(6)

Keterangan :

Y = Nilai pengamatan

Y* = Nilai Y yang ditaksir dengan model regresi Y^ = Nilai rata-rata pengamatan

(57)

4.3.3. Kriteria Ekonometrik 4.3.3.1. Uji Linearitas

Pengujian liniearitas hubungan dua variabel dilakukan dengan cara membuat diagram pencar (scatter plot) antara dua variabel tersebut. Selain metode tersebut, pengujian kelinieran model yang terbentuk yaitu dengan cara membuat plot residual terhadap harga prediksi. Jika grafik antara harga-harga prediksi dan harga-harga-harga-harga residual tidak membentuk suatu pola tertentu (parabola, kubik, dan sebagainya), maka asusmi linieritas terpenuhi. Jika asumsi linieritas terpenuhi, maka residual-residual akan didistribusikan secara random dan akan terkumpul di sekitar garis lurus yang melalui titik nol (0).

4.3.3.2. Uji Homoskedasitas

Pembuktian kesamaan varian (homoskedasitas) dapat dilihat dari penyebaran nilai-nilai resdual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola tertentu seperti meningkat atau menurun, maka homoskedasitas terpenuhi.

4.3.3.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridakis dalam Sulaiman 2004):

(1) 1,65 < DW < 2,5 = tidak ada autokorelasi

(2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,5 < DW < 2,8 = tidak dapat disimpulkan (3) DW < 1,21 atau 2,8 = terjadi autokorelasi

4.3.3.4. Uji Multikolinearitas

(58)

cara pendeteksiannya adalah jika multikolinearitas tinggi, maka akan diperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir signifikan secara statistik.

4.3.3.5. Uji Normalitas

Salah satu cara mendeteksi normalitas adalah dengan plot probabilitas normal. Melalui plot ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai data (titik-titik dalam grafik) akan terletak di sekitar garis diagonal.

4.4.4. Pengukuran Elastisitas

4.4.4.1. Elastisitas Penawaran Terhadap Harga

Menurut Lipsey (1995) elastisitas penawaran dipergunakan untuk mengukur ketanggapan kuantitas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditi itu sendiri. Elastisitas penawaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Xs = Harga komoditi yang ditawarkan Ys = Kuantitas komoditi yang ditawarkan

Penawaran bersifat elastis jika memiliki nilai lebih besar dari satu, lebih kecil dari tak terhingga. Pada kondisi ini jumlah yang ditawarkan berubah dalam persentase yang lebih besar daripada perubahan harga (Es = ∞ > es > 1).

(59)

Penawaran bersifat elastis unit jika memiliki nilai sama dengan satu. Pada kondisi ini jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga (Es = 1).

4.4.4.2. Elastisitas Permintaan Terhadap Harga

Menurut Lipsey 1995, elastisitas permintaan dipergunakan untuk mengukur ketanggapan kuantitas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditi itu sendiri. Elastisitas penawaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Xd = Harga komoditi yang diminta Yd = Kuantitas komoditi yang diminta

Permintaan bersifat elastis jika memiliki nilai lebih besar dari satu, lebih kecil dari tak terhingga. Pada kondisi ini jumlah yang diminta berubah dalam persentase yang lebih besar daripada perubahan harga (Ed = ∞ > ed > 1).

Permintaan bersifat inelastis jika memiliki nilai lebih besar daripada nol, lebih kecil daripada satu. Pada kondisi ini jumlah yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga (Ed = 1 > ed > 0).

Permintaan bersifat elastis unit jika memiliki nilai sama dengan satu. Pada kondisi ini jumlah yang diminta berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga (Ed = 1).

4.4.4.3. Elastisitas Permintaan Silang

(60)

positif, maka barang tersebut bersifat substitusi. Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang. Apabila elastisitasnya bernilai negatif, maka barang tersebut bersifat komplemen. Kenaikan harga barang komplemen berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya). Adapun rumus untuk menghitung elastisitas permintaan silang adalah sebagai berikut:

Ec = Koefisien Regresi Z .

Yd rata -rata

Z rata -rata

...(9)

Keterangan:

Z = Harga komoditi lain

(61)

V. GAMBARAN UMUM USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA

DI KABUPATEN SUKABUMI

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2007, Kabupaten Sukabumi memiliki sekitar 19.000 petani yang bergerak di usaha pembenihan maupun pendederan ikan, dimana sekitar 70 persen petani pembenih tersebut terlibat di dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan nila. Para petani pembenih ikan nila ini tersebar di 45 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi dengan Kecamatan Cisaat sebagai sentra usaha perbenihan ikan nila dengan jumlah sekitar 7.980 atau 60 persen dari total petani yang mengusahakan pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi.

Usaha pembenihan ikan nila ini dilakukan sepanjang tahun dan secara tradisional di kolam air tenang dan sawah perikanan secara mina padi. Pengelompokkan petani pembenih ikan nila di Kabupaten Sukabumi dilakukan atas dasar penggunaan benih, yaitu ukuran < 3 cm, 3-5 cm dan 5-8 cm. Secara umum usaha pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi masih tergolong tradisional. Hal ini dilihat berdasarkan padat tebar benih, jumlah debit air yang digunakan dan pemberian pakan. Padat tebar benih yang digunakan masih rendah, sekitar < 30 ekor/m2 untuk benih ukuran < 3 cm, < 15 ekor/m2 untuk benih ukuran 3-5 cm dan < 4 ekor/m2 untuk benih ukuran 5-8 cm. Debit air yang digunakan relatif kecil, yaitu < 5 liter/detik untuk pemeliharaan di kolam dan < 5 liter/detik/hektar untuk pemeliharaan di sawah secara mina padi. Pemberiaan pakan masih belum intensif, dimana untuk semua usaha pembenihan ikan nila secara umum masih mengandalkan pakan alami. Pemberian pakan tambahan masih berupa sisa-sisa makanan limbah rumah tangga maupun pakan lokal yang terbuat dari bekatul, singkong, ubi serta bahan-bahan lainnya yang dinilai layak oleh petani.

Gambar

Gambar 1. Pergeseran dan Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran
Gambar 2. Kurva Primary dan Derived Demand (Tomek and Robinson, 1972)
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Tabel 5.  Nilai Koefisien Regresi dan Taraf Signifikansi Pada Model Penawaran Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode pada Percakapan di Status Jejaring Sosial Facebook, bertujuan untuk mendeskripsikan terjadinya alih kode dan campur

Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap

Lebih dari 50 persen perempuan di seluruh dunia pernah mengalami infeksi saluran kemih dalam kehidupannya. Infeksi saluran kemih ini sangat membebankan perempuan,

Pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan selama sebulan (exp_nfd) File: susenas96_all Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Width: 9 Desimal: 0 Range: 3554-5590417

Bahkan di bidang aspek teknik dalam teknologi industri gula aren juga masih mengalami kendala terutama dibidang teknologi karena belum semua industri gula aren

Kata keterangan waktu 就 (jiù) dan 才 (cái) tidak mempunyai arti yang konkrit atau jelas, karena kata keterangan waktu 就 (jiù) dan 才 (cái) menyesuaikan artinya sesuai

Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan atau yakni surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan, Bambang Riyanto

Berdasarkan teori kauasalitas, penulis mengasumsikan bahwa rendahnya tingkat perceraian di Kecamatan Margacinta merupakan akibat dari peran dan kontribusi BP4