• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perumusan Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Akhir Pasir Sembung

Pengelolaan TPA Pasir sembung berada di bawah kebijakan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Cianjur. Dinas ini memiliki hak untuk menetapkan kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan TPA. Pengelolaan TPA membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang memiliki peran dalam proses pelaksanaan pengelolaan. Pemerintah daerah memiliki fungsi meningkatkan

61 pelayanan dan pembangunan masyarakat dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan TPA merupakan salah satu bentuk pelayanan masyarakat yang dapat menjaga kelestarian lingkungan masyarakat. Selain dari itu peran pemerintah adalah mengeluarkan pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan aktivitas untuk pelayanan publik dalam hal ini pengelolaan TPA (Adisasmita 2011). Keterkaitan antar kebijakan diperlukan dalam pengelolaan sampah karena tidak ada solusi tunggal untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Hal ini dilakukan agar dapat menemukan kebijakan yang dapat mengintegrasikan semua bidang baik dari segi ekonomi, ekologi, dan teknis dalam pengelolaan sampah (Eshet et al. 2005). Adapun kebijakan yang dapat dilakukan untuk pengelolaan TPA adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan sampah

Peraturan daerah ini memiliki peran yang penting dalam membantu pengelolaan TPA agar lebih efektif. Perda tersebut dibuat agar pengelolaan TPA lebih terfokus yang disesuaikan dengan keadaan wilayah. Pembentukan peraturan ini dapat mengacu kepada UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan dan Permendagri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Peraturan ini mengatur mulai dari tahap pengambilan sampah sampai tahap pengolahan sampah karena dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang efisien perlu dilakukan penanganan secara komperhensif yaitu dari hulu sampai ke hilir. Pengolahan sampah ini perlu memiliki aturan yang jelas karena dapat memberikan suatu manfaat yang besar. Terutama dalam hal pengurangan volume sampah dan efisiensi dalam

62 pembiayaan pengelolaan sampah. Selain itu, peraturan ini juga mengatur kerjasama yang dilakukan antara pemerintah, pengelola, dan masyarakat sekitar demi terciptanya kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Adapun peraturan secara umum yang dapat dituangkan dalam Perda pengelolaan sampah adalah mengenai:

a. Penyusunan rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana tahunan SKPD.

b. Penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA.

c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat.

d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan menggunakan ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah.

2. Penetapan anggaran dan retribusi untuk pengelolaan TPA Pasir Sembung Pengelolaan TPA merupakan aktivitas untuk melayani fasilitas publik. TPA sebagai sektor publik memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat dalam hal pengelolaan sampah. Pemerintah daerah memiliki peranan yang penting dalam memainkan peranan sebagai pengelola (Adisasmita 2011). Bentuk kinerja pemerintah dalam menyediakan pelayanan dan memnuhi kebutuhan publik yaitu dalam penetapan anggaran dan retribusi daerah.

63 APBD merupakan suatu bentuk nyata dari rencana kerja pemerintah daerah sebagai dukungan dalam pelayanan kepada publik. Dana APBD digunakan untuk melakukan rencana kerja selama satu tahun ke depan. Dana ini digunakan dalam menggerakan pengelolaan sampah secara terpadu di TPA Pasir Sembung dan juga memaksimalkan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan fasilitas dan efisiensi pengelolaan perlu dukungan dari segi efisiensi pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pelayanan membutuhkan biaya yang semakin tinggi pula untuk memberikan kepuasan yang maksimal kepada masyarakat. Pengelolaan TPA Pasir Sembung tidak melibatkan adanya pihak swasta sehingga sumber utama penerimaan hanya berasal dari APBD.

Semakin banyak kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan kinerja pengelolaan sampah yang maksimal, sehingga terkadang biaya yang diterima dari APBD tersebut tidak mencukupi. Anggaran ini digunakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana dari TPA. Selain itu efisiensi dari anggaran ini dilakukan agar tidak terjadi kerugian baik bagi pemerintah maupun pengelola. Retribusi daerah dapat dijadikan sebagai tambahan penerimaan dalam pengelolaan TPA karena dana APBD merupakan subsidi dari pemerintah yang bersifat terbatas. Aktivitas ini bukan berorientasi pada bisnis yang melibatkan pihak swasta, sehingga pungutan daerah yang dibayar oleh masyarakat ini sebaiknya diberikan kepada pihak pengelola TPA sebagai sumber dana tambahan. Penetapan anggaran yang efisien untuk pengelolaan TPA akan memberikan kelayakan bagi TPA itu sendiri dalam mengelola sampah. Peningkatan dana retribusi kebersihan yang dibayarkan oleh

64 masyarakat perlu dilakukan karena besaran retribusi yang masih relatif kecil. Penetapan besaran retribusi ini juga diatur dalam Perda No. 10 Tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan. Peningkatan besaran jumlah retribusi ini dilakukan agar dapat menambah sumber pembiayaan bagi pengelolaan TPA sehingga pengelolaan TPA layak untuk dijalankan secara optimal. Hal ini tentu saja dapat memberikan pengaruh agar masalah sampah dapat semakin berkurang.

3. Pengolahan sampah

Pengolahan sampah dilakukan agar sampah yang terbuang jumlahnya semakin berkurang. Hal ini dilakukan untuk mendukung terwujudnya Zero Waste Management yakni pengelolaan sampah di lokasi yang paling dekat dengan sumber sehingga akan meminimalisir pencemaran dari sumber sampah sampai ke lokasi TPA. Pengolahan sampah ini dilakukan untuk merubah paradigma pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi pengurangan di sumber (reduce at source) dan daur ulang sumber daya (resource recycle) (KNLH 2009).

Implementasi falsafah tersebut dapat dilakukan dengan melakukan program pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle), pemanfaatan sampah, dan pemrosesan akhir sampah yang berwawasan lingkungan. Langkah dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah (Gambar 9) yang meliputi pengurangan sampah, penanganan sampah, pemanfaatan sampah, dan peningkatan kapasitas pengelolaan sampah. Pengolahan sampah tersebut terbagi menjadi pengolahan sampah organik dan anorganik.

66 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk memberikan pengaruh yang positif, sedangkan tingkat pendapatan masyarakat memberikan pengaruh negatif terhadap volume timbunan sampah karena daya beli masyarakat rendah. Namun, teknologi pengolahan sampah tidak berpengaruh signifikan terhadap volume timbunan sampah. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, menunjukkan bahwa volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung akan mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai 2020 jika pengelolaan sampah dengan sistem pengomposan dilakukan secara maksimal.

2. Berdasarkan evaluasi kriteria kelayakan finansial pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung dengan menggunakan metode control landfill yang diterapkan pada tahun 2006 layak untuk dijalankan (pada tingkat suku bunga 14 %). Hasil evaluasi kelayakan menunjukkan bahwa pengelolaan TPA tidak menimbulkan kerugian bagi pihak pengelola maupun pemerintah. Selain itu, karena TPA ini merupakan layanan publik maka harus dilaksanakan secara optimal agar memberikan kepuasan maksimal bagi masyarakat.

3. Kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan TPA adalah dengan menetapkan Perda tentang pengelolaan sampah, pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan (implementasi 3R), dan penetapan anggaran dasar dan juga retribusi kebersihan dalam mendukung pengelolaan TPA yang efektif dan juga ramah lingkungan.

67 7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disarankan: 1. Pemerintah dan juga pihak pengelola yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Cianjur diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat Kabupaten Cianjur. Penyuluhan tersebut dapat berupa pengertian mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pelatihan mengolah sampah dalam skala rumah tangga. Hal ini dapat membantu dalam upaya penurunan volume sampah yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk.

2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pengelola dapat menjadi fasilitator dalam menjual hasil produksi kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan di TPA Pasir Sembung kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan ekonomi yang dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan bagi pengelolaan TPA dan menambah lapangan pekerjaan. Selain itu bagi pemerintah daerah, besaran retribusi kebersihan harus ditingkatkan sebagai tambahan penerimaan dalam pengelolaan TPA. Hal ini dilakukan agar pengelolaan TPA dapat lebih maksimal sehingga akan memberikan manfaat yang lebih besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat.

3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cianjur diharapkan dapat menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengolahan sampah organik dan nonorganik di TPA Pasir Sembung. Selain di TPA, pengolahan sampah juga sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya. Pengolahan sampah tersebut diharapkan dapat mengurangi volume timbunan sampah. Selain itu, dapat menjadikan sampah sebagai suatu sumberdaya yang dapat dapat diolah menjadi barang yang memberikan nilai ekonomi.

68 DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita R. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2009. „Statistik Jawa Barat‟. BPS. Bandung.

Bell RG, Russell C. 2002. Environmental Policy for Developing Countries. Issues in Science and Technology Journal. vol.18. No.3:63–70.

Bogner J, Matthews E. 2003. Global Methane Emissions From and Fills: New Methodology and Annual Estimates 1980-1996. Global Biogeochemical Cycles Journal. vol.17: 34-18.

Bogner J. 2007. Waste Management. Gregory R, Sutamihardja RTM. Cambridge University Press. New York.

Daily GC, Ehrlich P. 1992. Population, Sustainability, and Earth‟s Carrying

Capacity. Bioscience Journal. vol. 42:761–771.

Damanhuri E. 2007. Sampah Indonesia. Teknik Lingkungan ITB. Bandung.

Eshet T, Ayalon O, Shechter M. 2005. Valuation of Externalities of Selected Waste Management Alternatives: A Comparative Review and Analysis. Resources Conservation and Recycling Journal. vol.46:335-364.

Giambona F, Jacono VL, Scuderi R. 2004. The IPAT Model: an Empirical Evidence. Journal. [tidak diketahui].

Gitinger G, Willis KG. 1999. Economic Valuation of The Environment : Methods and Case Studies. Edward Elgar. New York.

Jeffers. 1978. An Introduction to System Analysis: With Ecological Aplication. Edward Arnold. London.

69 Kantor Lingkungan Hidup. 2010. Status dan Informasi Lingkungan Kabupaten Cianjur. Dalam https://lhd.cianjurkab.go.id. diakses pada tanggal 20 Desember 2010.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2009. Status Lingkungan Hidup Indonesia. KNLH. Jakarta.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia. KNLH. Jakarta.

Nababan BO. 2001. Studi dinamika wilayah pesisir menggunakan model simulasi di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. [skripsi]. Instisut Pertanian Bogor. Bogor.

Nahman A, Godfrey L. 2009. Economic Instruments for Solid Waste Management in South Africa: Oportunities and Constraints. Resources, Conservation, and Recycling Journal. vol.54:521-531.

Nandi. 2005. Kajian keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dalam konteks Tata Ruang. Jurnal “GEA” pendidikan Geografi. vol.5 no.9:[halaman tidak diketahui].

Nicholson W. 1991. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan: Jilid 1 Edisi Kelima. Binarupa Aksara. Jakarta.

Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 10. 2005. Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan. Cianjur.

Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 4. 2006. Kajian Lingkungan. Cianjur.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33. 2010. Pedoman Pengelolaan Sampah. Jakarta.

Perman R, Gilvray McJ, Common M. 2003. Natural Resource and Environmental Economics. Pearson Education. Harlow.

70 Pramudya S. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.

Grasindo. Jakarta.

Schulze PC. 2002. News and Views I = PBAT. Economics and Ecological Journal. vol.40:149-150.

Solehati M. 2005. Studi Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Provinsi NAD. [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiarto DS, Lasmono TS, Deny S, Oetomobibl P. 2001. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2010. Dari Control Landfill lalu ke Sanitary Landfill. Dalam http://sanitasi.or.id. diakses pada tanggal 02 Februari 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2008. Pengelolaan Sampah. Jakarta.

Woodruff A, Holand P. 2008. Benefit Cost Analysis for Improved Natural Resource Decision-Making in Pasific Island Countries. Paper presented at the CRISP Economic Workshop. [tanggal tidak diketahui]. Suva. Fiji.

71 LAMPIRAN

72 Lampiran 1

Regression Analysis: I (Y) versus P (X1); A (X2); T (X3)

The regression equation is

I (Y) = - 723521 + 1,86 P (X1) - 0,0156 A (X2) - 0,000017 T (X3)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -723521 181136 -3,99 0,005 P (X1) 1,8635 0,3773 4,94 0,002 8,2 A (X2) -0,015628 0,003888 -4,02 0,005 7,9 T (X3) -0,00001688 0,00001876 -0,90 0,398 1,1 S = 10671,4 R-Sq = 79,9% R-Sq(adj) = 71,3% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 3 3166070018 1055356673 9,27 0,008 Residual Error 7 797146014 113878002 Total 10 3963216033 Source DF Seq SS P (X1) 1 1324951359 A (X2) 1 1748987563 T (X3) 1 92131097 Unusual Observations

Obs P (X1) I (Y) Fit SE Fit Residual St Resid 8 550782 192170 192172 10671 -2 -1,61 X 10 564885 232628 210457 6401 22171 2,60R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Durbin-Watson statistic = 2,05831

Pengujian Hipotesis

1. Uji Multikolinearitas

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -723521 181136 -3,99 0,005 P (X1) 1,8635 0,3773 4,94 0,002 8,2 A (X2) -0,015628 0,003888 -4,02 0,005 7,9 T (X3) -0,00001688 0,00001876 -0,90 0,398 1,1

73

2. Kenormalan

H0 = eror menyebar normal H1 = tidak menyebar normal

RESI1 P e rc e n t 20000 10000 0 -10000 -20000 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean >0,150 1,084779E-10 StDev 8928 N 11 KS 0,162 P-Value

Probability Plot of RESI1

Normal

Nilai-p(0.150) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi. 3. Homoskedastisitas

H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas The regression equation is

abs resid 1 = - 184583 + 0,394 P (X1) - 0,00329 A (X2) - 0,000018 T (X3)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -184583 81399 -2,27 0,058 P (X1) 0,3944 0,1695 2,33 0,053 8,2 A (X2) -0,003293 0,001747 -1,89 0,101 7,9 T (X -0,00001786 0,00000843 -2,12 0,072 1,1 S = 4795,49 R-Sq = 53,4% R-Sq(adj) = 33,4% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 3 184318363 61439454 2,67 0,128 Residual Error 7 160977040 22996720 Total 10 34529540

p-value (0.128) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi Homoskedastisitas terpenuhi 4. Uji Autokorelasi

Durbin-Watson statistic = 2,05831

74 Lampiran 2. Hasil Pemodelan Volume Timbunan Sampah Tahun 2010-2020

(01) FINAL TIME = 10 Units: Year

The final time for the simulation. (02) INITIAL TIME = 0

Units: Year

The initial time for the simulation. (03) Konsumsi= (0.4*pendapatan)*Rumah tangga Units: **undefined** (04) pendapatan= 3.23357 Units: puluh juta rupiah (05) Peningkatan=

Rate peningkatan *Sampah Units: **undefined** (06) penurunan=

rate penurunan dari pengomposan*Sampah Units: **undefined** (07) pertumbuhan= Rate pertumbuhan*Rumah tangga Units: **undefined** (08) Rate peningkatan= 0.07*Konsumsi Units: **undefined** (09) rate penurunan dari pengomposan= 0.4

Units: **undefined* (10) Rate pertumbuhan=

0.0109

Units: **undefined** (11) Rumah tangga= INTEG (

pertumbuhan,0.569996) Units: juta jiwa

(12) Sampah= INTEG ( Peningkatan-penurunan, 162840) Units: **undefined** (13) SAVEPER = TIME STEP Units: Year [0,?]

The frequency with which output is stored. (14) TIME STEP = 1 Units Rate pertumbuhan Konsumsi Sampah Rate peningkatan Peningkatan Rumah tangga pertumbuhan

rate penurunan dari pengomposan

penurunan pendapatan

75 Rumah tangga 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Time (Year) jut a j iw a

Rumah tangga : Current

Konsumsi 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Time (Year) Konsumsi : Current Sampah 200,000 150,000 100,000 50,000 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Time (Year) Sampah : Current

76 Lampiran 3. Tabel Cashflow Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan TPA

2006 2007 2008 2009 2010 Tahun 1 2 3 4 5 Penerimaan Dana APBD 254.500.000 2.980.500.000 953.500.000 549.700.000 584.580.000 Bantuan Provinsi 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 Total 354.500.000 3.080.500.000 1.053.500.000 649.700.000 684.580.000 Pengeluaran 1. Biaya Investasi

Pengadaan Alat Berat (Bulldozer dan Eksavator) 2.575.000 0 0 0 0

Pengadaan Mesin Kompos 0 1.050.116.500 0 0 0

Pembebasan Tanah (13.500 m2) 0 810.000.000 0 0 0

Pembuatan Bangunan Kompos 0 120.000.000 0 0 0

Pembuatan Hanggar Untuk Garasi Alat Berat 0 250.000.000 0 0 0

Pembuatan Tembok Penahan Tanah 0 130.000.000 0 0 0

Pembuatan Saluran Leachete 0 165.000.000 0 0 0

Pembuatan Sumur 0 87.500.000 0 0 0

Pengaspalan Jalan Lingkungan 0 160.000.000 0 0 0

Pembuatan Saluran drainase 0 0 50.000.000 0 0

Pengadaan Konstruksi Jaringan Air 0 0 0 0 98.175.000

Sub Total 2.575.000 2.772.616.500 50.000.000 0 98.175.000

2. Biaya Operasional a. Upah Tenaga Kerja

Tenaga Kerja/ Pegawai @ Rp 725.000/bulan (6 orang) 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

77

Tenaga Kerja Pembuat Kompos @ Rp 1.200.000/bulan (5 0rang) 0 0 72.000.000 72.000.000 72.000.000

Sub Total 52.200.000 52.200.000 124.200.000 124.200.000 124.200.000

b. Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya Pemeliharan Instalasi 8.945.000 10.000.000 56.000.000 10.000.000 11.300.000

Biaya Pemeliharaan Alat Berat 77.640.000 155.114.000 570.382.000 151.000.000 153.000.000

Belanja Bahan Kimia 14.000.000 14.800.000 14.000.000 27.880.000 15.550.000

Pemeliharaan Kantor TPA 110.000.000 50.000.000 105.000.000 114.500.000 20.450.000

Penghijauan 20.000.000 0 0 0 20.000.000

Pengelolaan Kompos 0 0 36.730.000 36.730.000 36.730.000

Pemeliharaan Tanah (Pengurugan) 98.500.000 94.000.000 96.500.000 98.000.000 98.400.000

Sub Total 329.085.000 323.914.000 878.612.000 438.110.000 355.430.000 Total 383.860.000 3.148.730.500 1.052.812.000 562.310.000 577.805.000 Net Benefit -29.360.000 -68.230.500 688.000 87.390.000 106.775.000 CF(14%) 1,14 1,30 1,48 1,69 1,93 Present Value -33470400 -88672357,8 1019302,272 147598228,4 205586142 Present Benefit 404130000 4003417800 1560806604 1097317416 1318100315 Present Cost 437600400 4092090158 1559787302 949719187,6 1112514173 NPV 232060914,9 Net B/C 2,899915468 Gross B/C 1,028467755 IRR 45% 77

78 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 2 Januari 1990 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syarief Hamzah dan Ibu Hana Marliana. Pada tahun 1994 penulis memulai studinya di TK Bani Shaleh Bandung. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Merdeka 5/1 Bandung pada tahun 1995 sampai tahun 2000 kemudian pada tahun tersebut pindah ke SDN Ibu Jenab 1 Cianjur dan lulus tahun 2001. Setelah itu penulis melajutkan studinya di SMP Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Cianjur dan lulus tahun 2007. Pada tahun tersebut juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) menjadi mahasiswi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Untuk melengkapi kompetensi Mayor, penulis memilih Minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan yang diampu Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, fakultas Kehutanan.

Selama kuliah penulis aktif menjadi bendahara divisi Public Relation Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB pada tahun 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan baik sebagai panitia maupun peserta.