• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.3 Analisis Struktural Novel Misteri Cincin yang Hilang

2.3.1 Analisis Plot Novel Misteri Cincin yang Hilang

Novel MCH terdiri atas 514 halaman yang terbagi menjadi sembilan bagian yang didasarkan pada pergantian hari, mulai pada hari Sabtu tanggal 26 Juni (tahun tidak dijelaskan) hingga Sabtu tanggal 10 Juli. Berikut uraian plot novel KB berdasarkan urutan cerita yang dibagi ke dalam lima tahap.

2.3.1.1 Tahap Penyituasian

Cerita dimulai pada hari Sabtu, 26 Juni (bab satu). Tahap ini berisi penggambaran latar utama, yakni sebuah rumah kuno yang megah dan misterius, serta pengenalan beberapa tokoh. Diawali dengan kunjungan seorang pengusaha kaya asal Jakarta bernama Edwin ke rumah Firman, teman Edwin yang berada di kota Lawang, Jawa Timur. Rumah kuno itu ditinggali Firman bersama adik, ibu kandung, serta ayah tirinya yang bernama Indra. Edwin terpesona keindahan rumah itu yang didukung pemandangan sekitar yang asri dan sejuk. Ia tertarik untuk membelinya dan menjadikannya sebagai rumah peristirahatan. Orangtua Firman menyambut tawaran tersebut karena sudah tidak mempunyai uang yang cukup untuk merawat rumah itu. Karena rumah tersebut merupakan rumah warisan orangtua ayah tiri Firman, penjualan rumah tersebut harus atas kesepakatan para ahli warisnya (motif penjualan rumah warisan).

Bab dua, Minggu 27 Juli. Indra beserta istrinya pergi ke Surabaya menemui Josefina, anak dari kakak kandung Indra yang telah meninggal, Irawan. Indra ingin meminta persetujuan Josefina sebagai salah satu ahli waris selain Indra untuk menjual rumah warisan tersebut. Josefina sudah belasan tahun tidak bertemu dengan pamannya tersebut dan tidak pernah mengetahui riwayat keluarga ayahnya setelah ayahnya meninggal sewaktu ia masih kecil. Ia kaget karena tidak pernah tahu bahwa ia mempunyai hak atas sebuah rumah yang diwariskan kakeknya. Karena belum pernah melihatnya, Josefina bermaksud mengunjungi rumah tersebut dan menginap beberapa hari di sana sebelum ia mengambil keputusan untuk menyetujui penjualan rumah itu.

2.3.1.2 Tahap Pemunculan Konflik

Konflik mulai dimunculkan setelah Josefina menginjak rumah warisan tersebut. Di rumah itu ia mulai mengenal riwayat keluarga ayahnya melalui foto-foto dan cerita dari bibinya. Sejarah keluarganya ternyata menyimpan banyak masalah. Kakek Josefina memiliki dua anak kandung, yakni ayahnya (Irawan) dan Indra, serta seorang anak angkat bernama Hartono. Bibinya bercerita, suatu hari Hartono kabur dari rumah karena kecewa pada Rahayu, tunangannya, yang dihamili orang lain. Selang beberapa hari, Irawan juga kabur dari rumah setelah bertengkar dengan kakek Josefina.

Setelah berbincang-bincang dengan bibinya, Josefina keluar rumah hendak berjalan-jalan dan membeli koran dan selotip untuk menutup jendela kaca kamar tempatnya menginap yang tidak dilengkapi gorden. Josefina mendatangi sebuah warung makan untuk membeli minum. Ternyata warung itu milik Rahayu, dan

53

perempuan yang menjaga warung itu adalah anaknya yang bernama Suharmi. Josefina berkenalan dan berbincang dengan Suharmi (motif perkenalan antartokoh). Suharmi mengatakan ibunya tidak pernah mengkhianati Hartono, dan ia lahir dari benih Hartono.

Josefina kemudian mendatangi sebuah toko kelontong milik seorang lelaki yang ternyata teman ayahnya sejak kecil. Josefina berkenalan dengan lelaki yang bernama Hidayat tersebut dan mendapatkan banyak cerita tentang ayahnya dan kedua pamannya sejak masa kecil hingga peristiwa kepergian Hartono dan Irawan (motif perkenalan antartokoh). Hidayat mengatakan, kepergian Hartono tidak ada kaitannya dengan Rahayu. Sebelum Josefina berpamitan, Hidayat menjanjikan padanya untuk memberikan surat-surat yang ditulis ayahnya untuk Hidayat setelah kepergian ayahnya dari rumah kakeknya.

Ketika pulang, Josefina berkenalan dengan Firman dan Clara, anak bibinya (motif perkenalan antartokoh). Malam harinya, setelah makan malam, Indra, paman Josefina membicarakan kembali soal rencana penjualan tersebut. Indra mengatakan, rumah tua itu ditawar orang seharga dua ratus juta rupiah, dan Josefina mendapat separonya. Josefina tetap menolak permintaan Indra.

Bab dua, Senin, 28 Juni. Josefina menemui Hidayat untuk mengambil surat-surat ayahnya. Hidayat memperkenalkannya dengan istri dan anaknya, Esti Hidayat dan Fajar. Setelah berbincang-bincang, Hidayat menawarkan Josefina untuk memperkenalkannya pada Rahayu. Fajar dan Esti Hidayat mengantar Josefina mengunjungi Rahayu (motif perkenalan antartokoh). Rahayu menegaskan kepada Josefina, cerita kaburnya Hartono tidak ada kaitan dengan

dirinya, dan anak yang dikandungnya ketika itu adalah benih dari Hartono. Rahayu justru mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di balik berita kepergian Hartono yang penuh teka-teki.

Sepulang dari rumah Rahayu, Josefina bertengkar dengan Indra karena Indra menyalahkan Rahayu sebagai penyebab Hartono kabur dari rumah dan Josefina tidak sependapat. Josefina juga mengungkit kesalahan Indra ketika menjalankan perusahaan permen peninggalan kakek Josefina yang mengakibatkan perusahaan itu bangkrut. Bibi Josefina melerai pertengkaran tersebut. Josefina pergi ke kamar dan membaca surat-surat tulisan ayahnya. Dari surat itu, Josefina semakin yakin, kepergian Hartono tidak ada kaitannya dengan kehamilan Rahayu. Malam harinya Josefina berjalan-jalan ke Malang bersama Firman. Sepanjang jalan mereka bercengkrama. Inilah awal kedekatan mereka yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.

Bab empat, Selasa, 29 Juni. Josefina dikenalkan Hidayat dengan Lasito, mantan tukang kebun keluarga ayahnya (motif perkenalan antartokoh). Lasito bercerita banyak tentang keluarga ayah Josefina. Secara tidak sengaja Josefina melihat cincin yang dikenakan Lasito. Josefina pernah melihat cincin itu dipakai Hartono di foto yang ada di rumah kakeknya. Josefina bertanya kepada Lasito darimana ia mendapatkan cincin itu, tetapi ia tidak mendapatkan jawaban dari Lasito. Josefina kemudian menemui Rahayu untuk menanyakan soal cincin Hartono tersebut. Rahayu mengatakan bahwa cincin itu sangat berharga bagi Hartono karena itu adalah satu-satunya peninggalan dari ayah kandung Hartono.

55

Dari keterangan tersebut, Josefina mencurigai Lasito mencuri cincin tersebut dari Hartono.

Sore harinya, Josefina dan Indra kembali bertengkar karena Indra mendesak Josefina menyetujui penjualan rumah tersebut sedangkan Josefina menolak karena rumah tersebut menyimpan banyak sejarah keluarga ayahnya. Malam harinya Josefina ditemani Firman mengunjungi Lasito. Josefina menanyakan lagi soal cincin Hartono tersebut. Lasito tidak menjawab dan hanya duduk terpaku seperti orang kebingungan. Melihat reaksi pria tua itu ketika terus didesak oleh Josefina, Firman menjadi tidak tega dan mengajak Josefina pamit. Karena Josefina tidak mau, Firman meninggalkannya sendiri di rumah Lasito. Sepuluh menit kemudian, Josefina pulang menyusul Firman di jalan menuju rumah. Dalam perjalanan, Firman mengungkapkan, sebenarnya temannya menawar rumah tersebut seharga enam ratus juta rupiah. Josefina sudah menduga, Indra menipunya. Ia semakin membenci Indra.

2.3.1.3 Tahap Peningkatan Konflik

Konflik mulai meningkat pada bab lima, Rabu, 30 Juni. Tahap ini ditandai dengan tewasnya Lasito. Lasito ditemukan tewas di depan teras rumahnya oleh menantunya pada pagi hari (motif pembunuhan). Kejadian ini dilaporkan ke polisi setempat. Kresno, tetangga Lasito yang melihat Josefina berkunjung ke rumah Lasito malam hari sebelumnya, menuduh Josefina sebagai pembunuhnya. Josefina dituduh ingin mengambil kembali cincin paman angkatnya yang dicuri Lasito sekitar tiga puluh tahun yang lalu (motif penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah).

Di Surabaya, ayah tiri Josefina menerima kabar bahwa anaknya dituduh membunuh. Ayah tiri Josefina lalu meminta bantuan Kapten Polisi Kosasih, anggota kepolisian Jawa Timur yang masih punya hubungan saudara dengannya untuk mengeluarkan Josefina dari tuduhan yang diyakininya tidak benar. Kapten Kosasih mengajak Gozali sahabatnya untuk membantunya menyelidiki kasus tersebut.

Kosasih dan Gozali berangkat menuju Lawang, lalu menemui polisi setempat untuk meminta informasi dan meminta izin ikut dalam penyelidikan (motif penyelidikan). Josefina membantah telah membunuh Lasito. Ia menceritakan perbincangannya dengan Lasito. Padanya, Lasito mengaku menemukan cincin itu di bekas istal kuda, tetapi waktu itu ia tidak tahu kalau itu cincin Hartono. Kosasih dan Gozali kemudian menemui Kresno. Kresno menuduh Josefina karena semalam ia melihat gadis itu menemui Lasito dan mempertanyakan cincin yang dipakai Lasito.

Bab enam, Kamis, 1 Juli. Pada bab ini konflik kian menanjak. Kresno ditemukan tewas pada pagi hari (motif pembunuhan). Polisi setempat mendatangi Josefina. Polisi mencurigai Josefina sebagai pembunuh Lasito dan Kresno. Setelah polisi pergi, Josefina menemui Hidayat untuk mencurahkan perasaannya yang sedang jengkel karena dituduh membunuh. Ketika pulang, Josefina bertemu Kosasih dan Gozali. Josefina menegaskan, ia bukan pembunuh.

Kosasih dan Gozali pergi menemui polisi setempat untuk meminta keterangan lebih detil tentang kematian Kresno. Bersama polisi setempat, Kosasih dan Gozali lalu menemui dokter yang memeriksa mayat Lasito dan Kresno dan

57

mendapatkan keterangan bahwa pembunuh Lasito bertangan kidal. Kosasih dan Gozali lalu menemui Jumadi, anak Lasito. Jumadi bercerita, sehari sebelum meninggal ayahnya mengatakan, sebelumnya ia tidak tahu bahwa cincin tersebut adalah cincin orang mati, jika ia tahu tentunya ia tidak akan mengambil cincin itu. Lasito juga bercerita pernah mimpi tentang Hartono, tetapi ia tidak mengerti arti mimpinya itu. Andai ia mengerti waktu itu, ia pasti akan lapor ke polisi (motif kesadaran akan pembunuhan terpendam). Keterangan Jumadi membuat Gozali menyimpulkan bahwa Josefina tidak berbohong dan tidak bersalah. Mereka berdua lalu menyampaikan kabar baik itu kepada Josefina dan ayah tirinya, kemudian pulang ke Surabaya bersama Josefina dan ayahnya. Selama perjalanan, Kosasih dan Gozali berbincang dengan Josefina. Josefina bercerita banyak mengenai latarbelakang perkenalannya dengan Lasito, juga tentang surat ayahnya. Gozali lalu meminjam surat tulisan ayah Josefina untuk dipelajari.

Bab tujuh, Sabtu, 7 Juli. Gozali bertemu Kosasih dan menyampaikan dugaan kuatnya setelah membaca surat tersebut, yakni bahwa Hartono tewas dibunuh lalu dikuburkan di bekas istal kuda. Mereka lalu berangkat ke Lawang untuk melanjutkan penyelidikan. Sementara itu, Firman mengajak Edwin ke Surabaya menemui Josefina untuk membicarakan masalah penjualan rumah. Josefina tetap menolak menyetujui penjualan rumah itu. Edwin membuat janji dengan Josefina untuk bertemu kembali malam nanti.

Gozali dan Kosasih tiba Lawang, lalu mengajak polisi setempat melanjutkan penyelidikan. Mereka menemui istri Kresno dan mendapatkan keterangan bahwa sebelum meninggal, Kresno pamit untuk tahlilan di rumah Lasito dan berencana

ke rumah Indra untuk meminta uang atas jasanya memplester bekas istal kuda puluhan tahun yang lalu. Kemudian mereka pergi ke rumah keluarga Aznan untuk meminta keterangan dari Indra soal plesteran di bekas istal. Indra sedang keluar rumah. Tatiek mengatakan, Indra mungkin ada di rumah Suhadi, temannya. Tatiek sempat bercerita tentang Suhadi ini. Saat ditanya soal plesteran di istal, Tatiek mengatakan bahwa plesteran itu sudah ada ketika ia mulai tinggal di rumah itu setelah Indra menikahinya. Mereka menikah setelah Hartono dan Irawan kabur.

Sambil menunggu Indra pulang, Gozali dan para polisi pergi menemui Hidayat. Hidayat mengatakan, plesteran itu sudah ada jauh sebelum kepergian Hartono dan Irawan. Mereka berdua lalu kembali mengunjungi rumah keluarga Aznan, tetapi Indra belum pulang juga. Diantar oleh Firman, mereka pergi ke rumah Suhadi untuk mencari Indra. Ternyata di rumah Suhadi pun Indra tidak ditemukan. Suhadi mengatakan, Indra tadi ke rumahnya, tetapi sudah pulang. Mereka kembali ke rumah Aznan. Indra belum pulang. Karena hari sudah hampir malam, Gozali dan Kosasih kembali ke Surabaya.

Sementara itu, Josefina bertemu dengan Edwin dan membicarakan kembali penjualan rumah itu. Josefina tetap menolak. Selesai pertemuannya dengan Edwin, Josefina pulang dan mendapat kabar bahwa Indra ditemukan tewas terbunuh di jalan menuju rumahnya (motif pembunuhan). Josefina lalu pergi ke Lawang. Kosasih dan Gozali juga kembali ke Lawang setelah mendengar kabar itu.

Bab delapan, Minggu 4 Juli. Kosasih mengungkapkan kepada keluarga Aznan tentang dugaannya semula bahwa Hartono sebenarnya tewas dibunuh, dan

59

pembunuhnya adalah Indra, tetapi dugaannya itu dipatahkan dengan tewasnya Indra. Tatiek lalu mengungkapkan dugaannya tentang siapa pembunuh Indra, Kresno, Lasito, juga Hartono. Ia mencurigai Suhadi. Dengan penuh amarah, ia membuka rahasia yang ia pendam selama ini, Indra homo dan Suhadi adalah pasangan homonya. Tatiek membayangkan kemungkinan Hartono pernah melihat Indra dan Suhadi berhubungan seks lalu Hartono dibunuh.

Gozali bersama Kosasih dan polisi setempat lalu pergi ke rumah sakit untuk meminta hasil otopsi pada mayat Indra. Dokter menyimpulkan, pembunuh Indra bertangan kidal, sama seperti yang terjadi pada Lasito. Mereka kemudian pergi ke rumah Suhadi untuk membawanya ke kantor polisi. Dalam perjalanan, Kosasih dan Gozali berdebat tentang alasan Suhadi membunuh Indra. Kosasih tetap yakin bahwa Suhadi lah pembunuhnya, sedangkan Gozali tidak yakin dengan hal itu. 2.3.1.4 Tahap Klimaks

Cerita ini mencapai klimaksnya ketika Kapten Kosasih, Gozali, dan aparat polisi setempat berhasil menemui Suhadi di rumahnya. Mereka menyampaikan maksudnya dan menyuruh Suhadi segera berganti pakaian karena akan dibawa ke kantor polisi. Ketika sedang menunggu Suhadi, mereka mendengar suara tubuh terjatuh. Suhadi sedang sekarat. Gozali memangkunya. Detik-detik dalam peristiwa ini digambarkan dengan sangat menegangkan. Akhirnya Suhadi tewas (motif pembunuhan). Penyelidikan polisi menyimpulkan Suhadi tewas setelah meminum kopi beracun yang ditemukan di sampingnya. Peristiwa tewasnya Suhadi ini menjadi petunjuk bagi Gozali dalam memecahkan rentetan kasus pembunuhan yang terjadi.

2.3.1.5 Tahap penyelesasian

Setelah upacara pemakaman Indra, Firman berbincang-bincang dengan Josefina di rumah yang kini sepenuhnya menjadi milik Josefina. Firman berniat akan membawa ibu dan adiknya pindah dari rumah yang kini resmi menjadi milik Josefina. Josefina meminta Firman tetap tinggal. Josefina akan mencari jalan agar keluarga Firman dapat tetap tinggal dan ia akan memikirkan cara mendapatkan uang untuk merenovasi dan merawat rumah itu. Josefina juga menanyakan perasaan Firman pada Suharmi. Firman menegaskan, ia sudah tidak mencintai Suharmi lagi.

Sesaat kemudian Gozali, Kosasih, dan polisi setempat muncul. Mereka bermaksud untuk memberitahukan tewasnya Suhadi sekaligus hendak menangkap pembunuh yang sebenarnya. Di rumah itu telah ada beberapa orang, yakni Tatiek dan kedua anaknya, Josefina, dan Hidayat. Pada awalnya keluarga Aznan menduga bahwa Suhadi lah pembunuhnya dan mereka merasa lega bahwa pembunuh itu bunuh diri karena akan ditangkap polisi. Gozali mematahkan pendapat tersebut dan mengatakan bahwa pembunuh yang sebenarnya bukanlah Suhadi.

Cerita selanjutnya, pada bab sembilan yang merupakan bab terakhir, melompat enam hari setelah kejadian di atas, yakni hari Sabtu, 10 Juli. Edwin mengungkapkan perasaannya pada Josefina. Josefina menolaknya dengan halus. Malam harinya, keluarga Josefina mengadakan syukuran kecil atas tuntasnya permasalahan yang menimpa keluarga mereka dengan mengundang keluarga Firman, Kosasih, dan Gozali.

61

Pada pertemuan itu, Kosasih dan Gozali mengungkapkan hasil pemecahannya atas misteri pembunuhan Lasito, Kresno, Indra, dan Suhadi yang berkaitan langsung dengan kasus pembunuhan Hartono yang terjadi sekitar tiga puluh tahun yang lalu (motif pembongkaran kasus). Hidayat lah pembunuhnya. Ia bersama Indra membunuh Hartono setelah Hartono memergoki mereka berhubungan intim. Hidayat adalah kekasih Indra sebelum Suhadi. Lasito dibunuh karena belakangan, setelah pertemuannya dengan Josefina, ia menyadari apa yang sesungguhnya terjadi tiga puluh tahun yang lalu meskipun ia tidak tahu pasti siapa yang telah membunuh Hartono. Ketika ia mengungkapkan hal ini kepada Kresno, Hidayat tidak sengaja mendengarnya secara sembunyi-sembunyi. Karena itu pula Kresno dibunuh. Hidayat membunuh Indra karena takut Indra akan membocorkan perbuatan mereka kepada polisi. Dalam kasus kematian Suhadi, Hidayat sebenarnya menyiapkan Suhadi sebagai kambing hitam dengan membuat seolah-olah Suhadi bunuh diri karena putus asa setelah perbuatannya terbongkar. Dari penelusuran Gozali juga ditemukan fakta bahwa kepergian Irawan tidak lain karena tidak tahan melihat sikap ayahnya yang membela dan menutupi perbuatan Indra yang telah menewaskan kakak angkatnya, Hartono.

Di akhir cerita, dikisahkan bahwa Firman akhirnya menyatakan cintanya pada Josefina. Peristiwa ini menutup cerita petualangan Josefina yang akhirnya menguak sejarah keluarga ayahnya dan menemukan cintanya.

2.3.1.6 Pembahasan Plot

Dari uraian di atas, ditemukan beberapa motif yang menggerakkan plot, yakni motif penjualan rumah warisan, perkenalan antartokoh, kesadaran akan

pembunuhan terpendam, pembunuhan, penyelidikan, penuduhan terhadap orang tidak bersalah, dan motif pembongkaran kasus. Hubungan kausalitas antarmotif tidak selalu dapat dilihat dalam peristiwa yang berlangsung. Hubungan kausalitas itu dapat dilihat di akhir cerita ketika tokoh Gozali menceritakan hasil pemecahannya atas kasus tersebut. Ini merupakan ciri khas dalam cerita detektif yang betujuan memberikan efek kejutan bagi pembaca.

Susunan plot novel MCH tergolong plot lurus. Peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa selanjutnya secara berurutan. Peristiwa Josefina mengenang pembicaraannya dengan Firman ketika berjalan-jalan di Malang dan peristiwa Gozali menceritakan kembali kisah terbunuhnya Hartono tidak dimaksudkan sebagai sorot balik melainkan sebagai teknik backtracking. Peristiwa Josefina mengenang pembicaraannya dengan Firman bertujuan menjelaskan awal mula ketertarikan Josefina pada Firman yang menurutnya berbeda dengan para lelaki yang pernah ditemuinya, sedangkan peristiwa Gozali bercerita tersebut dimunculkan melalui dialog untuk mengungkapkan hasil penyelidikan Gozali dalam membongkar kejahatan yang dilakukan oleh tokoh Hidayat.

2.3.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Misteri Cincin yang Hilang

Dokumen terkait