• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL MISTERI

3.2 Hubungan Intertekstual Unsur Plot

Plot novel KB tergolong plot lurus. Pemplotan cerita dari awal hingga akhir disusun secara kronologis. Cerita bermula ketika Poirot ditelepon Oliver yang memintanya segera datang ke Nassecombe. Di Nassecombe, Poirot berkenalan dan berbincang-bincang dengan orang-orang yang terlibat dalam penyelenggaraan acara pelacakan pembunuhan. Keesokan harinya, Marlene terbunuh di tengah acara berlangsung. Polisi datang melakukan penyelidikan. Dari kesimpulan sementara polisi, De Sousa menjadi orang yang paling dicurigai sebagai pembunuh. Poirot ikut melakukan penyelidikan secara terpisah. Dua minggu kemudian, Merdell terbunuh. Sebulan kemudian, Poirot dan polisi mendiskusikan kasus tersebut. Poirot melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan menemui beberapa orang. Poirot berhasil memecahkan kasus pembunuhan tersebut. Poirot menemui polisi untuk menyampaikan temuannya tentang pemecahan kasus pembunuhan tersebut. Lalu Poirot menemui Nyonya Folliat untuk mengklarifikasi kesimpulan yang didapatkannya mengenai kejahatan terpendam yang dilakukan anaknya.

Struktur plot novel KB ditransformasikan oleh S. Mara Gd ke dalam MCH. Plot MCH menggunakan pola urutan waktu yang sama dengan KB, yakni plot lurus. Cerita diawali dengan ketertarikan seorang pengusaha pada rumah keluarga Aznan dan akhirnya tertarik untuk membeli rumah tersebut. Sang penghuni rumah, Indra Aznan dan istrinya Tatiek menemui keponakannya Josefina sebagai salah satu ahli waris rumah tersebut untuk meminta persetujuannya menjual rumah warisan itu. Atas ajakan bibinya Tatiek, Josefina tiba di rumah warisan itu

dan mendapatkan kisah tentang keluarga leluhurnya yang memancing rasa penasarannya. Josefina berkenalan dengan orang-orang yang pernah berhubungan dengan keluarga Aznan dan mengetahui sejarah keluarga Aznan. Josefina berkenalan dengan Lasito dan melihat cincin Hartono dipakai Lasito. Lasito terbunuh. Polisi melakukan penyelidikan. Josefina dituduh sebagai pembunuh. Gozali diajak untuk ikut melakukan penyelidikan bersama polisi. Disusul kemudian Kresno, Indra, dan Suhadi terbunuh secara beruntun. Gozali menemukan pembunuh yang sebenarnya. Gozali menceritakan kesimpulannya tentang rentetan kasus pembunuhan yang terkait dengan kasus pembunuhan di masa lalu yang terpendam.

Penelitian terhadap plot cerita kedua novel ini akan lebih jelas dengan menghadirkan penyerapan dan transformasi intertekstualnya dalam hal motif-motif cerita dari kedua novel yang menjadi objek kajian penelitian. Hal ini untuk membuktikan secara intertekstual hubungan antara motif-motif yang ada dalam plot cerita kedua novel.

Motif adalah unsur terkecil dalam suatu cerita yang menggerakkan plot (Pradopo, 1976: 26). Penulis menemukan beberapa motif yang memiliki kesamaan di antara kedua novel. Berikut dipaparkan motif-motif yang memiliki hubungan intertekstual.

3.2.1 Motif Perkenalan Antartokoh

Dalam novel KB, tokoh protagonis Poirot di awal cerita bertemu dan berkenalan dengan tokoh-tokoh lain yang berkaitan dengan kasus pembunuhan yang diceritakan kemudian. Poirot diminta datang ke Nasse House oleh Oliver

87

sahabatnya yang meminta bantuannya. Melalui Oliver inilah, tokoh Poirot bertemu dan berkenalan dengan Sir Geroge, Hattie, dan Nyonya Folliat yang di akhir cerita diketahui terkait dengan kasus pembunuhan.

Motif tersebut ditransformasikan ke dalam novel MCH. Dalam novel MCH, tokoh protagonis Josefina di awal cerita bertemu dan berkenalan dengan tokoh-tokoh lain yang berkaitan dengan sejarah keluarganya yang pelik dan penuh misteri. Perkenalan tersebut terjadi setelah Indra pamannya dan Tatiek bibinya menemuinya untuk meminta persetujuannya atas penjualan rumah warisan. Melalui Indra dan Tatiek inilah Josefina tiba di Lawang, kota kelahiran ayahnya. Di sana ia bertemu dan berkenalan dengan Suharmi anak Hartono, pamannya dan Hidayat teman ayahnya. Melalui Hidayat, Josefina berkenalan dengan Rahayu dan Lasito. Meski demikian, terdapat perbedaan dalam bentuk pertemuan yang tidak disengaja dalam novel MCH, yakni pertemuan Josefina dengan Suharmi dan Hidayat.

3.2.2 Motif Pembunuhan Saksi-saksi

Dalam novel KB, sang pembunuh (Sir George) akhirnya memutuskan untuk membunuh Marlene dan Merdell, kakek Marlene setelah kasus pembunuhannya mulai tercium oleh polisi. Sir George takut jika Merdell dan Marlene menceritakan kematian Hattie yang telah disembunyikannya selam bertahun-tahun kepada polisi. Merdell adalah saksi tidak langsung atas pembunuhan terhadap Hattie. Ia menceritakannya kepada Marlene. Dua saksi tidak langsung tersebut dibunuh untuk menutupi jejak kasus pembunuhan.

Motif tersebut ditransformasikan ke dalam novel MCH. Hidayat membunuh Lasito setelah Lasito menyadari adanya pembunuhan yang disembunyikan. Kresno yang tadinya berniat memeras Indra karena dia mengetahui bahwa tanah yang diplesternya merupakan tempat dikuburnya Hartono juga dibunuh oleh Hidayat. Begitu pula nasib Indra yang akhirnya dibunuh oleh Hidayat untuk menutupi kasus pembunuhan yang dilakukannya bersama Indra. Suhadi yang sebenarnya tidak berkaitan dengan kasus pembunuhan atas Hartono juga dibunuh untuk dijadikan kambing hitam atas rentetan kasus pembunuhan yang terjadi dalam cerita yang berlangsung. Dari penjelasan tersebut tampak adanya persamaan dalam tujuan pembunuhan saksi-saksi dalam kedua novel, yakni untuk menghilangkan jejak kejahatan. Meski demikian, terdapat variasi dalam hal jumlah korban yang dibunuh. Dalam KB ada dua korban, sedangkan dalam novel MCH ada empat.

3.2.3 Motif Penyelidikan Kasus

Dalam KB, penyelidikan dilakukan oleh Poirot dan polisi secara terpisah. Polisi mulai melakukan penyelidikan setelah Marlene ditemukan tewas terbunuh. Polisi melakukan penyelidikan dengan cara menginterogasi orang-orang yang terlibat dalam penyelenggaraan acara di Nasse House dan mengadakan percobaan di lapangan untuk mengetahui berbagai kemungkinan soal kronologi pembunuhan Marlene. Poirot juga melakukan cara yang sama dalam penyelidikannya. Meskipun polisi dan Poirot melakukan penyelidikan secara terpisah, mereka beberapa kali melakukan pertemuan untuk saling berbagi informasi. Hal itu mencerminkan adanya kerjasama antara polisi dan Poirot. Rentang waktu dalam

89

proses penyelidikan hingga pembongkaran kasus dalam cerita ini berlangsung cukup lama, yakni sekitar sebulan. Hal ini dikarenakan begitu rumitnya kasus dan minimnya informasi yang didapat.

Motif tersebut ditransformasikan ke dalam novel MCH dalam motif yang sama. Setelah Lasito terbunuh, polisi melakukan penyelidikan dan mengajak tokoh lain yang bukan polisi untuk membantu mereka. Penyelidikan tersebut dilakukan dengan cara mendatangi beberapa saksi yang memiliki hubungan dengan korban dan meminta kesaksian mereka. Pola transformasi motif ini tampak dalam tujuan penyelidikan yang sama, yakni untuk mengungkap kasus pembunuhan yang telah terjadi. Perbedaan ditemukan dalam hal rentang waktu dalam proses penyelidikan hingga pembongkaran kasus dalam cerita ini yang berlangsung cukup singkat, kurang dari seminggu. Perbedaan juga ditemukan dalam hal bentuk hubungan polisi dengan tokoh pemecah masalah (detektif) dalam penyelidikan. Dalam KB, tokoh Poirot melakukan penyelidikan secara terpisah, sedangkan tokoh Gozali dalam MCH melakukan penyelidikan bersama-sama dengan polisi.

3.2.4 Motif Penuduhan Terhadap Orang yang Tidak Bersalah

Dalam KB, tokoh De Sousa menjadi orang yang paling dicurigai oleh polisi sebagai pelaku pembunuhan atas Marlene, padahal ia sebenarnya tidak bersalah. Tokoh antagonis secara sengaja membuat skenario agar De Sousa jadi kambing hitam dalam kasus terbunuhnya Marlene dengan mengatakan bahwa De Sousa suka membunuh orang.

Motif tersebut ditransformasikan ke dalam novel MCH dalam motif yang sama. Dalam MCH, tuduhan pembunuhan menimpa dua tokoh yang sebenarnya tidak bersalah, yakni Josefina dan Suhadi. Perbedaan ditemukan dalam hal dasar penuduhan. Penuduhan yang ada dalam MCH terjadi karena kesalahpahaman tokoh yang melakukakan penuduhan itu dan bukan karena kesengajaan dari sang pelaku pembunuhan. Dalam penuduhan terhadap Josefina, tokoh Kresno lah yang menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan atas Lasito meskipun ia tidak melihat kejadian pembunuhan atas Lasito secara langsung. Polisi setempat juga sempat mempercayai ucapan Kresno. Dalam hal Suhadi, tokoh Tatiek lah yang menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan atas Hartono, Lasito, Kresno, dan Indra. Tindakan Tatiek menuduh Suhadi dikarenakan ketidaktahuan Tatiek pada kejadian yang sebenarnya. Ia hanya menduga berdasarkan pengetahuannya yang tidak lengkap. Penuduhan terhadap kedua tokoh yang sebenarnya tidak bersalah ini bukan merupakan skenario dari sang pembunuh.

3.2.5 Motif Pembongkaran Kasus

Di akhir cerita novel KB, kasus kejahatan tokoh antagonis dibongkar oleh tokoh protagonis setelah melakukan penyelidikan secara mendalam. Dalam pembongkaran kasus kejahatan tersebut, turut terbongkar pula kasus pembunuhan di masa lalu yang tidak diduga oleh tokoh protagonis sebelumnya. Tokoh protagonis Poirot akhirnya mengetahui bahwa kasus pembunuhan atas Marlene berkaitan dengan pembunuhan atas Merdell, dan yang mengejutkan kedua kasus tersebut berhubungan dengan kasus pembunuhan di masa lalu yang menimpa

91

Hattie. Poirot menyimpulkan bahwa pembunuh Hattie, Marlene, dan Merdell adalah Sir George yang sebenarnya adalah James, anak Nyonya Folliat.

Motif tersebut ditransformasikan ke dalam novel MCH dengan pola yang sama. Dalam kedua novel, pembongkaran kasus ditempatkan di akhir cerita dan menjadi penyelesaian atas konfik yang ada dalam cerita. Dalam MCH, kasus kejahatan tokoh antagonis dibongkar oleh tokoh bawahan Gozali bersama polisi di akhir cerita. Dalam pembongkaran kasus kejahatan tersebut, turut terbongkar pula kasus pembunuhan di masa lalu yang tidak diduga oleh polisi sebelumnya. Tokoh Gozali akhirnya mengetahui bahwa kasus pembunuhan atas Lasito, Kresno, Indra, dan Suhadi berkaitan dengan pembunuhan atas Hartono di masa lalu yang tidak terduga sebelumnya. Gozali menyimpulkan bahwa pembunuh Lasito, Kresno, Indra, Suhadi, dan Hartono adalah Hidayat yang sebenarnya pernah menjadi pasangan homo Indra.

3.2.6 Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Hubungan intertekstual unsur plot antara novel KB dan MCH muncul dalam kesamaan dan perbedaan (variasi). Variasi yang ada dalam motif pembunuhan saksi-saksi menjadikan cerita dalam MCH terasa lebih menegangkan karena saksi yang dibunuh tidak hanya dua orang seperti yang ada dalam KB, melainkan empat orang yang dibunuh secara beruntun dalam waktu yang berdekatan. Dalam hal motif penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah, variasi yang dimunculkan dalam MCH dengan menjadikan tokoh protagonis sebagai korban penuduhan

menjadikan emosi pembaca lebih terpancing. Agar lebih jelas, berikut ini penulis sajikan tabel ringkasan temuan hubungan intertekstual kedua novel itu.

Motif Novel KB Novel MCH

Perkenalan Antartokoh

- Tokoh protagonis Poirot tiba di Nassecombe atas permintaan sahabatnya - Poirot dikenalkan oleh sahabatnya dengan orang-orang yang sedang menyiapkan acara

- Tokoh protagonis Josefina tiba di Lawang atas ajakan bibinya

- Josefina secara kebetulan berkenalan dengan orang-orang yang pernah

berhubungan dengan keluarga ayahnya (Suharmi dan

Hidayat) Pembunuhan

Saksi

- Bertujuan menutupi jejak kejahatan

- Tokoh antagonis membunuh dua orang saksi

- Bertujuan menutupi jejak kejahatan

- Tokoh antagonis membunuh empat orang saksi

Penyelidikan Kasus

- Dilakukan polisi dan Poirot - Penyelidikan terpisah tetapi ada kerjasama

- Rentang waktu cukup lama, yakni lebih dari sebulan

- Dilakukan polisi dan Gozali - Penyelidikan bersama

- Rentang waktu cukup singkat, kurang dari seminggu

Penuduhan Terhadap Orang yang Tidak Bersalah

- Menimpa tokoh De Sousa - Pelaku kejahatan menghasut polisi agar mencurigai De Sousa

- Menimpa Josefina dan Suhadi

- Polisi mendasarkan pada keterangan Kresno dan Tatiek yang telah salah paham akan kejadian yang sebenarnya Pembongkaran

Kasus

- Tokoh Poirot membongkar kejahatan tokoh antagonis setelah proses penyelidikan selesai

- Turut terbongkar pula kasus terpendam secara tidak terduga

- Terdapat di akhir cerita sebagai bentuk penyelesaian

- Tokoh Gozali membongkar kejahatan tokoh antagonis setelah proses penyelidikan selesai

- Turut terbongkar pula kasus terpendam secara tidak terduga

- Terdapat di akhir cerita sebagai bentuk penyelesaian

93

3.3 Hubungan Intertekstual Unsur Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh dalam KB yang ditransformasikan ke dalam MCH ialah tokoh Poirot, Sir George, Merdell, dan De Sousa. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai peran masing-masing. Poirot berperan sebagai tokoh pemecah masalah. Sir George berper an sebagai pelaku kejahatan. Merdell berperan sebagai saksi tak langsung atas kasus pembunuhan di masa lalu. De Sousa berperan sebagai pemicu terbongkarnya kasus pembunuhan. Dalam MCH, peran-peran tersebut muncul dalam tokoh Gozali, Hidayat, Lasito, dan Josefina. Keempat tokoh dalam MCH tersebut menunjukkan adanya kesejajaran dengan keempat tokoh dalam KB yang telah disebutkan di atas. Berikut penjelasan hubungan masing-masing tokoh. 3.3.1 Tokoh Pemicu Terbongkarnya Kasus

Tokoh De Sousa ditransformasikan dalam MCH sebagai tokoh Josefina dengan beberapa kesamaan dan perbedaan. Keduanya berperan sebagai tokoh yang memicu terbongkarnya kasus pembunuhan terpendam sekaligus dicurigai sebagai pembunuh. De Sousa adalah sepupu jauh Hattie, korban utama kasus pembunuhan yang ada dalam cerita, sedangkan Josefina adalah keponakan Hartono, korban utama kasus pembunuhan dalam cerita.

Perbedaan antara tokoh De Sousa dan tokoh Josefina terdapat dalam hal bentuk tindakan yang memicu terbongkarnya kasus. De Sousa memicu terbongkarnya kasus dikarenakan kedatangannya ke Nassecombe. Kedatangan De Sousa ke Nassecombe untuk mengunjungi Hattie membuat James dan istrinya takut penyamaran mereka sebagai Sir George Stubbs dan Lady Hattie Stubbs

terbongkar. Jika De Sousa melihat Hattie yang ada, tentunya De Sousa akan mengatakan bahwa Hattie yang ada sekarang bukanlah Hattie yang sebenarnya. Jika itu terjadi, penyamaran istri pertama Sir George tersebut pasti terbongkar, demikian juga kejahatannya akan terbongkar. Karena itu, Sir George membuat skenario dengan menghilangkan Hattie dan membunuh Marlene, lalu mengkambinghitamkan De Sousa sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian Marlene dan hilangnya Hattie.

Josefina memicu terbongkarnya kasus karena ia mempertanyakan cincin Hartono yang dipakai Lasito. Dari Josefina lah Lasito akhirnya mengetahui bahwa cincin itu milik Hartono dan menyimpulkan dugaannya atas sebuah kasus pembunuhan di masa lalu. Sebelum dugaan Lasito tersebut sampai ke tangan polisi, sang pelaku kejahatan membunuh Lasito sesaat setelah kedatangan Josefina ke rumah Lasito. Josefina pun menjadi orang yang diduga kuat telah membunuh Lasito.

Selain itu, perbedaan antara tokoh De Sousa dan Josefina juga terdapat pada fungsi pemunculan dan perwatakannya. De Sousa merupakan tokoh bawahan yang mulai muncul pada pertengahan cerita, sedangkan Josefina merupakan tokoh utama protagonis yang muncul mulai awal hingga akhir cerita. De Sousa digambarkan sebagai pemuda kaya yang berwibawa dengan pembawaan yang tenang dan agak tertutup sehingga memunculkan kesan misterius, sedangkan Josefina digambarkan sebagai mahasiswi yang dinamis, tegas, terbuka, dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Kesamaan perwatakan kedua tokoh terletak pada sifat percaya diri, sopan, dan berani.

95

3.3.2 Tokoh Saksi yang Terbunuh

Merdell adalah mantan mandor tukang kebun Nasse House yang dibunuh ketika cerita berlangsung. Semasa masih bekerja di Nasse House, Merdell menemukan sesosok mayat perempuan di hutan dekat Nasse House. Setelah melihat mayat perempuan itu, ia segera keluar dari hutan dan memberitahukan hal itu kepada warga sekitar. Ketika warga diajak ke hutan, mayat perempuan itu sudah lenyap. Sejak itu warga tidak mempercayai kata-kata Merdell. Merdell mulai mencurigai Sir George yang waktu itu diketahui sebagai pendatang baru yang telah mengambilalih Nasse House. Merdell mempunyai dugaan kuat bahwa Sir George sebenarnya adalah James, anak Nyonya Amy Folliat yang melarikan diri dari wajib militer. Merdell menceritakan soal mayat di hutan dan dugaannya mengenai penyamaran James sebagai Sir George kepada Marlene cucunya. Ketika De Sousa datang dan membuat sang pembunuh gusar, Merdell dan Marlene cucunya dibunuh agar kejahatan sang pembunuh tidak terbongkar.

Tokoh Merdell dalam KB ditransformasikan dalam MCH menjadi tokoh Lasito. Lasito adalah mantan tukang kebun rumah keluarga Aznan yang juga dibunuh ketika cerita berlangsung. Lasito juga menjadi saksi pembunuhan terpendam secara tidak langsung. Ketika terjadi pembunuhan atas Hartono, Lasito tidak mengetahuinya. Yang Lasito tahu, suatu pagi Kresno datang dengan membawa setumpuk semen dan pasir, lalu memplester lantai salah satu bagian di dalam bekas istal kuda. Setelah itu, ia menemukan sebuah cincin di dalam istal tersebut. Ia kemudian mendengar kabar bahwa Hartono kabur dari rumah, disusul oleh Irawan yang juga kabur dari rumah dua hari sesudahnya. Beberapa hari

setelah kejadian itu, ia berkali-kali mimpi didatangi Hartono. Ia tidak pernah berpikir adanya keterkaitan antara bekas istal yang tiba-tiba diplester, cincin yang ditemukannya di bekas istal tersebut, dan kabar minggatnya Hartono. Hingga akhirnya, tiga puluh tahun kemudian, Josefina mendatanginya dan mempertanyakan soal cincin yang dipakainya. Dari mulut Josefina inilah ia akhirnya mengetahui bahwa cincin yang ditemukannya tersebut merupakan cincin Hartono. Akhirnya ia menyimpulkan sebuah dugaan kuat, Hartono tidak kabur, melainkan telah dibunuh dan dikuburkan di bekas istal. Ketika ia menceritakan dugaannya kepada Kresno sahabatnya, sang pembunuh mendengarnya. Lasito akhirnya dibunuh.

Tokoh Merdell dan Lasito mempunyai kesamaan dan perbedaan dalam penggambarannya. Merdell dan Lasito sama-sama digambarkan sebagai lelaki tua yang sederhana dan selalu menghindari konflik. Merdell dikisahkan telah berusia 92 tahun ketika cerita berlangsung, sedangkan Lasito digambarkan sebagai lelaki tua tanpa disebutkan usianya. Merdell tidak mempunyai keinginan untuk menceritakan kecurigaannya tentang sosok Sir George kepada orang-orang, begitu pula Lasito tidak pernah berpikir adanya keanehan dalam rentetan kejadian yang dilihat dan dialaminya ketika mendengar kabar kepergian Hartono. Ketika Josefina mendesaknya untuk menjelaskan tentang cincin yang dipakainya pun Lasito tidak mampu berkata-kata karena ia merasakan perasaan takut dan gelisah yang muncul secara tiba-tiba. Merdell dan Lasito mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Merdell suka minum minuman keras dan kata-katanya sinis, sedangkan Lasito digambarkan sangat ramah dan halus kata-katanya.

97

3.3.3 Tokoh Pemecah Masalah

Poirot, tokoh pemecah masalah dalam KB yang berprofesi sebagai detektif swasta merupakan tokoh protagonis utama yang muncul mulai dari awal hingga akhir cerita. Poirot terlibat dalam cerita melalui sahabatnya Oliver yang meminta bantuannya untuk menyelidiki dugaan akan adanya kasus pembunuhan. Poirot secara fisik digambarkan bertubuh gemuk, pendek, dan berkumis tebal. Ia adalah sosok yang gigih, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan setia pada kebenaran. Itulah yang menjadikannya detektif handal yang terkenal telah memecahkan banyak kasus pembunuhan yang ditanganinya. Poirot juga mempunyai kelebihan yang jarang dimiliki orang awam, yakni ketajaman akal dalam melihat kebenaran di balik fakta. Poirot juga dikisahkan bersahabat dengan seorang polisi bernama Kapten Hastings.

Sosok tokoh Poirot sebagai penyelidik handal ditransformasikan ke dalam novel MCH dalam tokoh Gozali. Keduanya memiliki peran yang sama, yakni sebagai tokoh pemecah masalah sekaligus pahlawan dalam cerita yang menjadi kunci penyelesaian konflik yang sama-sama lajang dan bersahabat dengan seorang kapten polisi. Selain itu, Gozali juga seorang yang tidak mudah putus asa, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan memiliki kelebihan dalam melihat suatu fakta yang tersembunyi. Dalam novel MCH, pemunculan tokoh pemecah masalah tidak disertai penjelasan yang logis atas relevansi kehadirannya. Tokoh Gozali hanya diceritakan sebagai sahabat Kapten Polisi Kosasih. Kosasih terlibat dalam cerita melalui hubungan persaudaraannya dengan ayah tiri tokoh

protagonis. Kurang relevannya pemunculan tokoh Gozali dalam cerita MCH membuat kehadirannya tampak dipaksakan.

Selain memiliki kesamaan, kedua tokoh itu juga memiliki perbedaan. Gozali digambarkan bersifat tenang dan tidak banyak bicara, sedangkan Poirot digambarkan banyak berbincang-bincang dengan orang-orang dengan bumbu basa-basi ala orang Inggris. Begitu juga dalam hal pencirian fisik kedua tokoh yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Tokoh Gozali bertubuh kurus, sedangkan Poirot bertubuh gemuk dan pendek. Pencirian fisik tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa seorang pahlawan dalam sebuah cerita tidak harus bertubuh proporsional seperti halnya para super hero.

Penyimpangan yang ada dalam proses transformasi ini juga terlihat dalam penempatan tokoh Gozali yang berbeda dengan tokoh Poirot. Tokoh Gozali dalam MCH tidak ditempatkan sebagai tokoh utama, melainkan tokoh bawahan yang mulai muncul pada pertengahan cerita. Penyimpangan yang dilakukan pada fungsi pemunculan tokoh pemecah masalah (Gozali) bukan sebagai tokoh utama berkaitan dengan pemunculan tokoh Josefina sebagai tokoh utama. Pengarang MCH memfokuskan cerita pada peristiwa yang dialami tokoh Josefina yang merupakan orang biasa, berbeda dengan pemunculan tokoh Poirot sebagai tokoh utama yang merupakan detektif terkenal yang handal. Hal ini menunjukkan usaha pengarang MCH menonjolkan masalah komitmen pada kebenaran melalui sosok orang biasa, berbeda dengan pengarang KB yang menonjolkan unsur kepahlawanan melalui kehebatan tokoh detektif dalam mengungkap fakta.

99

Selain itu, penyimpangan juga dapat dilihat pada status profesi dan hubungan tokoh pemecah masalah dalam proses penyelidikan. Penyesuaian tersebut tidak lepas dari latar sosial-budaya yang berbeda dalam kedua novel. Pengarang MCH tidak menjelaskan profesi Gozali, berbeda dengan tokoh Poirot dalam KB yang dijelaskan profesinya sebagai detektif swasta. Dalam melakukan penyelidikan, Gozali melakukan penyelidikan bersama polisi karena ia tidak mempunyai kewenangan secara resmi, sedangkan Poirot tidak mempunyai

Dokumen terkait