• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.2 Analisis Struktural Novel Kubur Berkubah

2.2.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Kubur Berkubah

2.2.2.3 Tokoh Bawahan

Tokoh bawahan adalah tokoh yang dianggap tidak sentral. Beberapa tokoh bawahan yang muncul dalam novel ini antara lain Nyonya Amy Folliat, Hattie, Ariadne Oliver, Etienne De Sousa, Merdell, Marlene, dan Alec Legge. Nyonya

37

Amy Folliat dikisahkan sebagai wanita tua yang lemah dan penuh kepasrahan setelah ia ditinggal seluruh keluarganya, yakni suaminya dan kedua anaknya, dan mengalami kebangkrutan hingga akhirnya ia harus menjual rumahnya kepada Sir George. Ia juga berpandangan sinis pada hidup. Suatu ketika ia berkata pada Poirot bahwa dunia ini jahat dan banyak pula orang yang jahat sekali di dunia ini. Di akhir cerita, dijelaskan bahwa Nyonya Folliat sebenarnya adalah ibu dari tokoh Sir George yang sebenarnya bernama James. Tokoh Amy Folliat merupakan tokoh bawahan yang berpihak pada tokoh antagonis karena ia membela dan menutupi tindak kejahatan yang dilakukan oleh tokoh antagonis.

Lady Stubbs alias ”Hattie” palsu digambarkan sebagai wanita yang lugu, manja, suka kemewahan, dan kekanak-kanakan. Ia juga seorang pemalas yang lebih suka menyuruh pembantunya melakukan semua pekerjaan rumah tangga.

Hattie Stubbs menggeleng.

”Ah, tidak. Saya rasa itu membosankan sekali dan bodoh sekali. Bukankah ada para pelayan dan tukang-tukang kebun? Mengapa bukan mereka saja yang disuruh menyiapkannya?” (Christie, 1984:44)

Hattie juga dikenal tertutup dan jarang bergaul dengan orang-orang. Dalam beberapa kesempatan digambarkan bahwa Hattie hanya sibuk memandangi cincin barunya, tidur di kamar, dan hanya keluar kamar ketika makan bersama.

Meskipun demikian, beberapa orang mempunyai pandangan lain tentang Hattie palsu ini. Brewis berpendapat, meski tampak lugu dan bodoh, Hattie sebenarnya cerdik dan licik.

”Licik,” kata Nona Brewis lagi. ”Penipu! Selalu berpura-pura bodoh—lebih-lebih bila ada orang—. Saya rasa karena pikirnya suaminya senang kalau dia begitu!” (Christie, 1984:185)

Di akhir cerita, karakter Hattie ”palsu” tersebut ditunjukkan. Ia sebenarnya adalah istri pertama James yang berasal dari Itali dan berkomplot dengan James melakukan pembunuhan atas Hattie ”asli” dan merebut hartanya. Hattie ”palsu” tersebut berpura-pura bodoh dan lugu, padahal sebenarnya ia kejam dan licik. Tokoh Hattie ”palsu” merupakan tokoh bawahan yang berpihak pada tokoh antagonis.

Ariadne Oliver, sahabat Poirot adalah tokoh yang mengantarkan dan membawa Poirot memasuki cerita dalam novel ini. Oliver adalah seorang janda tua yang telah menerbitkan banyak buku cerita detektif. Oliver digambarkan sebagai wanita yang ramah, baik hati, dan percaya diri baik dengan penampilannya maupun keahliannya. Ia adalah pengarang cerita yang cerdas dan mempunyai daya imajinasi yang tinggi tetapi sulit menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Ia menganggap dirinya mempunyai insting wanita yang kuat sehingga ia merasa mendapatkan firasat bahwa akan ada sesuatu yang aneh terjadi dalam permainan tersebut. Sisi buruknya, ia terkadang terburu-buru dalam mengambil keputusan. Contohnya, ketika ia dengan asal berimajinasi tentang motif pembunuhan tersebut.

”Saya tak bisa membayangkan siapa yang mungkin melakukannya. Atau sekurang-kurangnya saya bisa berprasangka—saya bisa mengkhayalkan apa saja! Itulah sulitnya dengan saya. Sekarang saja—pada saat ini saya sudah bisa mengkhayalkan beberapa hal. Saya bahkan bisa membuatnya agar kelihatan seperti benar. Maksud saya, bisa saja dia dibunuh oleh orang yang suka membunuh anak-anak gadis (tetapi itu terlalu mudah)—dan apalagi kebetulan sekali orang yang suka membunuh anak-anak gadis itu berada dalam keramaian hari ini. Lalu bagaimana dia tahu bahwa Marlene berada di gudang kapal itu? Atau mungkin gadis itu mengetahui tentang rahasia cinta seseorang, atau mungkin dia telah melihat seseorang yang menguburkan mayat malam hari, mungkin pula dia telah mengenali seseorang yang selama ini menyembunyikan dirinya—atau mungkin dia telah mencium rahasia

39

tentang tempat tersembunyinya harta karun selama perang. Atau seseorang di perahu telah melemparkan seseorang ke dalam sungai dan gadis itu telah melihatnya dari jendela gudang kapal—atau dia bahkan telah menemukan suatu pesan yang amat penting, tertulis dengan kode rahasia dan dia sendiri tak tahu apa itu.” (Christie, 1984:126)

Oliver adalah tipe orang yang mudah gelisah. Setelah ia mengetahui Marlene terbunuh, ia tampak syok dan kacau. Karena itu, Poirot menyarankannya minum obat agar lebih tenang. Oliver suka memperhatikan penampilannya, termasuk rambutnya. Ia suka sekali mengubah-ubah tatanan rambutnya. Oliver merupakan tokoh bawahan yang berpihak pada tokoh protagonis. Tokoh Oliver menghubungkan tokoh protagonis dengan tokoh antagonis dan mendukung usaha tokoh protagonis dalam membongkar kejahatan tokoh antagonis dengan menyampaikan dugaan dan semua informasi yang diketahuinya.

Etienne De Sousa, sepupu jauh Hattie, adalah lelaki kaya yang ramah dan berwibawa. Pembawaannya tenang, sopan dan penuh percaya diri. Ia tidak terlalu suka bergaul dengan orang-orang. Ia berperan sebagai pemicu konflik yang membuat Sir George dan Hattie palsu takut jika kejahatannya terbongkar.

Merdell, mantan mandor tukang kebun Nasse House, adalah lelaki tua yang telah berusia 92 tahun dan sekarang bekerja di dermaga penyebrangan di sungai dekat Nasse House. Ia selalu berpikiran sederhana dan menghindari konflik. Merdell juga suka meminum minuman keras. Ia terkadang berbicara dengan nada sinis ketika membicarakan sesuatu yang menurutnya pantas diejek, seperti yang tampak dalam dialog antara Merdell dengan Poirot ketika membicarakan tentang Sir George. Merdell yang mengetahui kebusukan Sir George bercerita kepada Poirot dengan sinis. Merdell menjadi korban pembunuhan karena ia pernah

melihat mayat perempuan di hutan sekitar Nasse House dan mengetahui penyamaran Sir George.

Marlene Tucker, cucu Merdell, adalah gadis lugu yang bodoh dan mudah disuap. Marlene suka mengintai dan mengintip orang-orang. Ia sering mendapatkan uang suap dari orang yang diintipnya agar ia menutup mulut. Ia senang mendapatkan uang suap itu dan membelanjakannya untuk membeli peralatan kosmetik dan aksesoris pakaian. Secara fisik Marlene tidak cantik dan wajahnya agak bopeng. Marlene dibunuh karena ia mengetahui kejahatan sang pembunuh dari cerita kakeknya.

Alec Legge adalah orang luar daerah yang sedang berlibur bersama istrinya di Nassecombe dan menyewa sebuah rumah di dekat Nasse House untuk beberapa bulan. Alec digambarkan sebagai orang yang mudah marah, suka menyimpan masalah sendiri, suka merendahkan kaum perempuan, dan tertutup. Ketika sedang mengalami masalah dengan partai tempat ia bernaung, Alec tidak mau membagi masalahnya itu dengan istrinya karena tidak mempercayai istrinya dan lebih suka memendam masalah itu sendiri. Ia berpendapat, perempuan lebih banyak membawa masalah.

Di samping tokoh-tokoh di atas, ada pula tokoh-tokoh lain yang berperan kecil dalam cerita ini, dan karenanya penulis tidak akan mendeskripsikannya secara detil dalam analisis ini. Di antaranya adalah Nona Brewis (sekretaris Sir George), Peggy Legge (istri Alec), Michael Weyman (arsitek muda yang bekerja pada Sir George dan menjadi pemicu kecemburuan Alec karena ia mendekati Peggy), Nyonya Masterton (istri anggota Dewan Perwakilan setempat), dan

41

Kapten Jim Warburton (pengawal Masterton). Tokoh-tokoh tersebut berperan untuk menguatkan kelogisan dan menghidupkan alur cerita.

Dokumen terkait