• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN

7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional

Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat digunakan sebagai petunjuk strategi penanganan risiko. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko, dapat diketahui mana saja risiko-risiko yang besar dan mana saja yang kecil. Sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang perlu diprioritaskan. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dapat dihitung melalui persentase mortalitas benih pada tiap transaksi. Persentase mortalitas benih ini didapat dari data pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh PT MMN pada periode September 2010 hingga Januari 2011. Perbedaan jumlah pembelian dengan penjualan yang dilakukan mengindikasikan adanya risiko dalam usaha pemasaran benih ini. Perbedaan jumlah tersebut kemudian dijadikan dalam bentuk persen karena jumlah pengiriman benih yang dilakukan tidak sama setiap bulan, sehingga untuk menyamakan ukuran kerugian, angka tersebut diubah menjadi persen.

Risiko yang ada pada kegiatan pemasaran benih ikan patin yang dilakukan oleh PT MMN adalah risiko operasional yang disebabkan oleh sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses. Analisis probabilitas risiko dilakukan dengan membandingkan tingkat probabilitas antara faktor-faktor penyebab terjadinya risiko operasional. Hasil perhitungan probabilitas risiko operasional pada faktor penyebab risikomenunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut pada PT MMN sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Probabilitas Sumber Risiko

No. Sumber Risiko Kemungkinan (%)

1 Risiko Sumberdaya Manusia 22,4

2 Risiko Teknologi 0,05

3 Risiko Alam 48,4

Nilai probabilitas pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai probabilitas tertinggi dari keempat penyebab risiko operasional (sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses) adalah pada risiko alam (48,4) dan nilai probabilitas terendah adalah risiko teknologi (0,05). Tingkat kematian benih yang ditoleransi oleh perusahaan adalah sebesar 2 persen pada setiap pengiriman yang dilakukan PT MMN. Jadi selama persentase kematian benih ikan patin yang dikirim berkisar 2 persen dianggap wajar. Probabilitas atau kemungkinan tingkat mortalitas benih yang dikirim lebih dari 2 persen dapat diketahui dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Hasil perhitungan nilai z adalah sebesar 0,04. Nilai z positif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari rata-rata distribusi normal karena nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol (0). Nilai z sebesar 0,04 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,484. Nilai 0,484 menunjukkan bahwa alam memiliki kemungkinan 48,4 persen sebagai faktor penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin pada tiap pengiriman diatas 2 persen.

Kemungkinan terjadinya risiko alam menandakan usaha ini bergantung pada alam. Kegiatan penanganan dan distribusi sangat akrab dengan risiko alam. Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko menyangkut bencana alam (banjir yang bisa menyebabkan sarana umum rusak), kondisi alam (panas, lembab, perubahan suhu), dan makhluk alam (jamur dan protozoa yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup ikan). Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Pengiriman melalui jalur udara sangat tergantung dengan kondisi cuaca baik di daerah pengiriman maupun tujuan. Terganggunya jadwal pesawat akibat adanya hujan, angin kencang, maupun kondisi cuaca lain yang menyebabkan pesawat tersebut tidak dimungkinkan untuk terbang membuat pengiriman tertunda. Tertudannya waktu pengiriman membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati dijalan karena sudah melebihi perkiraan waktunya. Bencana alam yang pernah membuat jembatan putus pada jalur lintas sumatera membuat pengiriman via jalan darat tidak dapat dilakukan.

Adanya deviasi waktu membuat perkiraan waktu bertahan benih ikan dalam kemasan tidak lagi sesuai sehingga tingkat mortalitas benih menjadi tinggi.

Nilai probabilitas risiko yang disebabkan oleh proses adalah 41,7 persen. Risiko sumberdaya manusia memiliki kemungkinan terjadinya terbesar ketiga yaitu sebesar 22,4 persen. Tingginya kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh sdm menunjukkan bahwa sumberdaya manusia (sdm) merupakan aset terpenting dalam perusahaan, namun manusia dapat pula menjadi sumber risiko. Hasil perhitungan nilai z untuk tingkat mortalitas diatas 2 persen yang disebabkan oleh sdm adalah -0,758. Nilai z ini menunjukkan nilai probabilitas pada tabel z sebesar 0,224 dan berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Dengan kata lain, kemungkinan atau probabilitas kematian benih yang dikirim lebih besar dari 2 persen pada tiap pengiriman yang disebabkan oleh manusia adalah 0,224 atau 22,4 persen.

Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, probabilitas risiko juga dapat dihitung berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 10.

Tabel 10. Probabilitas Risiko berdasarkan Risiko per Kejadian

No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Kemungkinan (%)

Risiko Sumberdaya Manusia

1 Kelalaian 37,4

2 Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 21,2

3 Kecelakaan 37,4

4 Pemilihan kendaraan yang salah 38,6

Risiko Teknologi

1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 21,5

Risiko Alam

1

Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat (delay)

karena kondisi cuaca 6,4

2 Bencana alam 41,3

Risiko Proses

1

Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan

proses) 25,5

2

Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan

Pada probabilitas risiko per kejadian, bencana alam, kesalahan penggunaan kendaraan, dan kecelakaan merupakan kejadian yang memiliki probabilitas terbesar. Kemungkinan tingkat mortalitas benih pada saat pengiriman diatas 2 persen yang disebabkan oleh bencana alam adalah sebesar 41,3 persen. Bencana alam yang terjadi disini adalah hujan besar yang terjadi di sumatera pernah menyebabkan jembatan lintas Sumatera putus, sehingga menimbulkan kemacetan dan kendaraan tidak dapat bergerak sama sekali. Tertahannya kendaraan membuat pengiriman tidak dapat dilakukan tepat waktu sehingga benih ikan tidak mampu bertahan dan mati. Kesalahan penggunaan kendaraan juga merupakan salah satu kejadian yang menyebabkan tingkat mortalitas benih pada waktu pengiriman lebih dari 2 persen.

Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Penggunaan kendaraan menjadi sumber risiko apabila kendaraan yang dipilih untuk mengantarkan pesanan benih ternyata tidak dapat mengantarkan pesanan sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan bus dipilih menjadi kendaraan pengangkut benih selain dapat menjangkau banyak wilayah di pulau jawa, tarif yang dikenakan juga lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan operasional perusahaan. Namun penggunaan bus menjadi risiko ketika bus tidak sampai di tempat tujuan tepat waktu. Adanya deviasi waktu membuat banyak benih ikan tidak mampu untuk bertahan. Begitu pula untuk penggunaan mobil, waktu tempuh yang sudah diperkirakan sebelumnya bisa berubah ketika jalanan macet dan waktu tempuh benih tentu saja akan lebih lama. Jika tanpa penanganan, dengan selisih waktu tempuh antara 1-2 jam benih ikan masih aman, untuk 2 hingga 4 jam akan terjadi kematian sedang, 4-6 jam jumlah kematian benih sudah masuk tahap parah, dimana benih ikan yang dikirim sudah lebih dari setengahnya mati, dan kematian total terjadi ketika deviasi waktu tempuh melenceng selama lebih dari 6 jam. Terkait dengan penggunaan kendaraan, hal lain yang dapat menjadi sumber risiko adalah kecelakaan. Kecelakaan menjadi sumber risiko yang memiliki kemungkinanan sebesar 37,4 persen penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin lebih dari 2 persen. Pada kecelakaan besar yang terjadi di bulan Januari ini,

97.000 benih ikan patin mati dan supir yang membawa mobil ini juga ikut meninggal.

Dokumen terkait