• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

11. Perhitungan Dampak Risiko Proses

4 1.320.000 5 1.100.000 15 990.000 Jumlah 3.410.000 Rata-rata 1.136.666,667 S 168.027,776 Z 1,645 VaR 1.296.249,57

Lampiran 11. Perhitungan Dampak Risiko Proses Transaksi Jumlah Kerugian (Rp)

7 4.140.000 8 12.480.000 12 625.000 16 130.000 17 207.000 Jumlah 17.582.000 Rata-rata 3.516.400 S 5.280.033,800 Z 1,645 VaR 7.464.425,273

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PADA PEMASARAN

BENIH IKAN PATIN PT MITRA MINA NUSANTARA

DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

AZIZAH PURWITASARI H34070032

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

RINGKASAN

AZIZAH PURWITASARI. Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan Patin PT Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA)

Besarnya kontribusi perikanan terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan prime mover perekonomian nasional. Potensi perikanan Indonesia dapat terlihat pula dari total produksi perikanan yang semakin meningkat. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 63,243 persen dari tahun 2005 hingga 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi 10,8 juta ton pada tahun 2010. Berdasarkan total produksi tersebut, perikanan budidaya mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 dimana sektor perikanan menyumbang 50,433 persen dari total produksi nasional. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan budidaya meningkat sebesar 353 persen selama tahun 2010-2014. Hal ini sejalan dengan visi KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar pada tahun 2015. Salah satu kebijakan yang dilakukan KKP untuk mencapai visi tersebut adalah menargetkan produksi lima komoditas utama perikanan budidaya, yakni rumput laut, lele, bandeng kerapu, dan patin mampu menjadi yang terbesar di dunia pada 2014. Dari kelima komoditi tersebut, target produksi ikan patin selama lima tahun mendatang merupakan yang terbesar.

Ikan patin memiliki potensi besar untuk dibudidayakan secara komersial. Meningkatnya produksi budidaya ikan patin, akan meningkatkan permintaan akan benih sehingga membuka peluang usaha yang lebih besar di usaha pembenihan sebagai upaya untuk mencapai target produksi. Ketersediaan benih ikan patin yang berkelanjutan dibutuhkan sesuai permintaan. PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perikanan budidaya. Kegiatan utama dalam pemasaran benih ikan adalah menampung benih dari petani dan mendistribusikannya kepada konsumen ke berbagai wilayah di nusantara.

Usaha pemasaran benih ikan patin dihadapkan pada risiko yang dapat menghambat usaha ini. Risiko yang muncul pada usaha pemasaran benih ikan adalah risiko operasional. Proses distribusi merupakan sumber risiko terbesar yang dihadapi pemasar benih ikan. Berbagai macam risiko operasional yang ada membuat tingkat mortalitas benih tinggi. Indikasi risiko pada pemasaran benih menyebabkan perlunya suatu manajemen dalam menghadapi kerugian yang akan ditimbulkan. Dengan manajemen risiko sebuah usaha yang dijalankan diharapkan lebih dapat bertahan dimana potensi risiko yang akan terjadi sudah diperhitungkan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional pada unit pemasaran benih ikan patin yang dihadapi PT MMN, (2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber- sumber risiko pada unit pemasaran benih ikan patin terhadap PT MMN (3) Menganalisis alternatif penanganan risiko operasional dalam unit pemasaran benih ikan patin yang dapat diterapkan oleh PT MMN.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif yang dilakukan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian kedua. Metode nilai standar digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko dan metode Value at Risk dipakai untuk mengetahui dampak risiko. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko-risiko yang teridentifikasi pada unit pemasaran PT MMN untuk komoditi benih ikan patin dikelompokkan berdasarkan penyebab risiko operasional yaitu risiko SDM, risiko teknologi, risiko alam, dan risiko proses. Berdasarkan metode nilai standar didapatkan nilai tertinggi dari keempat penyebab risiko operasional adalah risiko alam (48,4 %) dan nilai probabilitas terendah adalah risiko teknologi (0,05 %). Probabilitas risiko juga dihitung berdasarkan risiko per kejadian, bencana alam, kesalahan penggunaan kendaraan, dan kecelakaan merupakan kejadian yang memiliki probabilitas terbesar. Risiko proses merupakan risiko yang memiliki dampak atau kerugian terbesar yaitu Rp 7.464.425,27 dihitung menggunakan metode Value at Risk (VaR). Dampak terjadinya risiko juga dihitung berdasarkan risiko per kejadian. Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses), kecelakaan, dan ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memiliki dampak terbesar.

Alternatif penanganan risiko operasional yang terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I. ditangani dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak risiko proses adalah dengan melakukan diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak dilakukan dengan baik. Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi. Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Strategi lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah monitor, prevent at source, low control dan detect and monitor.

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km2 dan mendominasi lebih dari 70 persen dari luas territorial Indonesia. Wilayah perairan Indonesia terdiri dari 3,1 juta km2 perairan nusantara dan 2,7 juta km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Potensi sumberdaya ikan laut di seluruh perairan Indonesia diduga sebesar 6,26 juta ton per tahun2. Berdasarkan luasan wilayah perairan tersebut, sektor perikanan memiliki potensi untuk berkembang dilihat dari segi ekonomi maupun produksi.

Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan memegang peranan strategis dalam memberikan kontribusi bukan hanya untuk PDB kelompok pertanian secara umum, tetapi juga pada PDB nasional3. Besarnya kontribusi perikanan terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional. PDB sektor perikanan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 adalah Rp 53,01 triliun atau sama dengan 16,107 persen dari PDB kelompok pertanian dan 2,309 persen dari PDB nasional. Pada 2008, PDB sektor perikanan meningkat menjadi Rp 137,249 triliun. Nilai ini memberikan kontribusi pada PDB kelompok pertanian menjadi sekitar 19,167 persen atau kontribusi terhadap PDB nasional sekitar 2,772 persen. Sampai dengan triwulan ketiga tahun 2009, PDB perikanan mencapai Rp 177,773 triliun atau memberikan kontribusi 20,713 persen terhadap PDB kelompok pertanian dan 3,167 persen terhadap PDB nasional. Besarnya PDB Perikanan atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Miliar Rupiah

1

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NO. PER. 06/MEN/2010. Dirilis tanggal 18 Februari 2010.

2

Isnan W. 2008. Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Mendukung Pembangunan Indonesia. http://wahyudiisnan.blogspot.com/2008/06/potensi-wilayah-pesisir-dan lautan.html [Diakses tanggal 9 Juli 2011].

3

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 329.124,6 364.169,3 433.223,4 541.931,5 716.065,3 858.252,0 a. Tanaman Bahan Makanan 165.558,2 181.331,6 214.346,3 265.090,9 349.795,0 418.963,9 b. Tanaman Perkebunan 49.630,9 56.433,7 63.401,4 81.664,0 105.969,3 112.522,1 c. Peternakan 40.634,7 44.202,9 51.074,7 61.325,2 82.676,4 104.040,0 d. Kehutanan 20.290,0 22.561,8 30.065,7 36.154,1 40.375,1 44.952,1 e. Perikanan 53.010,8 59.639,3 74.335,3 97.697,3 137.249,5 177.773,9 Produk Domestik Bruto 2.295.826,2 2.774.281,1 3.339.216,8 3.950.893,2 4.951.356,7 5.613.441,7 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 2.083.077,9 2.458,234,3 2.967.040,3 3.534.406,5 4.427.193,3 5.146.512,1

Persentase PDB Perikanan terhadap Kelompok Pertanian 16,107 16,377 17,159 18,028 19,167 20,713 PDB Total 2,309 2,150 2,226 2,473 2,772 3,167 Sumber: BPS (2010)

(*Angka Sementara; ** Angka Sangat Sementara)

Potensi perikanan Indonesia dapat terlihat pula dari total produksi perikanan yang semakin meningkat dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 2. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 63,243 persen dari tahun 2005 hingga 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi 10,8 juta ton pada tahun 2010.

Tabel 2. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2011)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perikanan budidaya Tahun

Produksi Ikan Budidaya (Ton)

Produksi Ikan Tangkap (Ton) Total Produksi (Ton) 2005 2.163.674 4.705.868 6.869.542 2006 2.682.596 4.769.160 7.451.756 2007 3.088.800 4.940.000 8.028.000 2008 3.855.200 5.196.000 9.051.200 2009 4.708.565 5.285.000 9.993.565 2010 5.478.000 5.384.000 10.862.000

mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 perikanan budidaya menyumbang 31,497 persen dari total produksi nasional. Kontribusi perikanan budidaya terhadap total produksi perikanan nasional semakin meningkat pada tahun 2010. Pada tahun tersebut perikanan budidaya menyumbang 50,433 persen dari total produksi nasional.

Gambaran mengenai kondisi ini memberikan tantangan bagi Indonesia untuk bertumpu pada kegiatan perikanan budidaya. Kegiatan perikanan budidaya diprediksi mampu menaikkan produksi perikanan secara nyata. Kebijakan pengembangan perikanan Indonesia ke depan juga akan lebih didominasi oleh kegiatan perikanan budidaya4.

Perikanan budidaya dituntut menjadi kontributor utama peningkatan produksi perikanan nasional. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan budidaya meningkat sebesar 353 persen selama tahun 2010- 2014, yaitu dari 5,26 juta ton menjadi 16,89 juta ton. Hal ini sejalan dengan visi KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar pada tahun 20155. Pencapaian visi KKP diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan posisi Indonesia dalam pergaulan di dunia internasional disamping meningkatkan perekonomian masyarakat dan penerimaan negara.

Salah satu kebijakan yang dilakukan KKP untuk mencapai visi tersebut adalah dengan menargetkan produksi lima komoditas utama perikanan budidaya, yakni rumput laut, lele, bandeng kerapu, dan patin mampu menjadi yang terbesar di dunia pada 2014. Komoditas rumput laut pada 2014 ditargetkan mencapai 10 juta ton dari 2009 yang hanya 2,9 juta ton. Pada 2014 produksi lele ditargetkan mampu diproduksi sebanyak 900 ribu ton dari produksi 2009 sebanyak 144 ribu ton. Produksi bandeng ditargetkan naik dari 328.288 ton tahun lalu menjadi 700.000 ton pada 2014 sementara ikan kerapu diharapkan meningkat dari 8.791 ton pada tahun 2009 menjadi 20.000 ton selama lima tahun mendatang. Produksi ikan patin selama lima tahun mendatang juga diproyeksikan naik menjadi 1,88 juta ton dari 109.685 ton6. Besarnya volume produksi perikanan budidaya pada

4

[KKP]. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Hlm 21.

5

Pusat Data Statistik dan Informasi Perikanan. Gelar Indo Aqua, KKP Siap Pacu Perikanan Budidaya. No. B.110/PDSI/HM.310/X/2010, dirilis tanggal 04/10/10.

6

tahun 2007 hingga 2009 tercermin pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 2007-2009

Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2010), diolah

Ikan patin merupakan komoditi yang target peningkatannya paling besar selama kurun waktu 2009 hingga 2014. Ikan patin memiliki potensi besar untuk dibudidayakan secara komersial, karena ikan konsumsi air tawar ini relatif lebih mudah dibudidayakan. Ikan patin merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat strategis untuk konsumsi domestik maupun ekspor7. Harga ikan patin lebih murah yakni separuh dari daging ayam8 serta rasa daging ikan patin yang enak, lezat dan gurih, serta teksturnya yang lebih kenyal membuat ikan ini banyak digemari olehmasyarakat terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan (Zelvina, 2009).

Meningkatnya produksi budidaya ikan patin, akan meningkatkan permintaan akan benih sehingga membuka peluang usaha yang lebih besar di usaha pembenihan (Surahmat, 2009) sebagai upaya untuk mencapai target produksi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan benih ini cukup memiliki prospek yang bagus karena permintaan benih cukup besar. Budidaya http://entertainment.kompas.com/read/2010/01/08/20200299/Komoditas.Perikanan.Budidaya.Pu nya.Lima.Unggulan [diakses tanggal 11 Juli 2011].

7

Akmalia Mila. 2011. Perkembangan Patin Indonesia.

http://www.indonesianaquaculture.com/showtread.php/180-Perkembangan-Patin-Indonesia

[diakses tanggal 11 Juli 2011]

8

Primus J. 2010. Komoditas Perikanan Budidaya Punya Lima Unggulan.

http://entertainment.kompas.com/read/2010/01/08/20200299/Komoditas.Perikanan.Budidaya.Pu nya.Lima.Unggulan [diakses tanggal 11 Juli 2011].

Komoditas Produksi (ton)

2007 2008 2009 1. Rumput Laut 1.728.475 2.145.061 2.963.556 2. Lele 91.735 114.371 144.755 3. Bandeng 263.139 277.471 328.288 4. Kerapu 8.036 5.005 8.791 5. Patin 36.755 102.021 109.685

ikan patin sebagai persediaan benih ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal bisa dipercepat. Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan saat benih ikan patin memiliki berat 8-12 gram/ekor, dan setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor9. Dengan target produksi ikan patin yang mencapai 1,88 juta ton, diperkirakan total kebutuhan benihnya adalah 3.196.000 ekor benih. Jumlah ini setara dengan 1,7 kali total produksi dengan survival rate 98 persen. Jumlah ini akan meningkat seiring permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya.

Ketersediaan benih ikan patin yang berkelanjutan dibutuhkan sesuai permintaan. Selama ini kegiatan pemijahan ikan patin banyak terkonsentrasi di daerah Sukabumi, Bogor, dan Jakarta sedangkan kegiatan pendederan dan pembesaran berada di daerah Sumatra, Kalimantan, dan daerah lainnya di pulau jawa (Sumarna, 2007).

Bogor merupakan salah satu sentra produksi pembenihan ikan patin di daerah Jawa Barat. Wilayah Kalimantan dan Sumatera yang difokuskan untuk usaha pembesaran, tidak jarang memesan benih patin berasal dari Jawa Barat. Pola konsumsi masyarakat Jawa Barat yang kurang menggemari ikan patin ikut berperan dalam pemilihan pembudidaya ikan lebih memilih kegiatan pembenihan daripada pembesaran10. Kondisi cuaca, iklim, dan pH air yang menunjang, serta pakan yang berupa cacing sutera melimpah dan banyak ditemukan di Jawa Barat membuat usaha pembenihan lebih berkembang di Jawa Barat. Teknologi penyuntikan dan pengekstraksian kelenjar hipofisa juga lebih berkembang di Jawa Barat (Bukit, 2007).

Potensi ekonomi, peningkatan produksi, sumberdaya yang dimiliki, serta peluang pasar yang terbuka membuat pembenihan ikan patin di Jawa Barat berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun potensi dan peluang ini tidak terlepas dari berbagai kendala yakni tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Ketersediaan benih dan pendistribusian benih dari satu tempat ke tempat lain merupakan beberapa risiko dalam budidaya ikan patin. Risiko yang sering

9

Galeri ukm. 2010. Budidaya Ikan Patin. http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/22/aspek- pemasaran-budidaya-pembesaran-ikan-patin/ [diakses tanggal 11 Agustus 2011].

10

Wawancara dengan Direktur Pemasaran PT Mitra Mina Nusantara (Agus Purnomo W, S.Pi) [7 Mei 2011].

dihadapi dalam pengiriman benih ikan patin adalah tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang rendah akibat perubahan kualitas air selama pengangkutan, antara lain tingginya kadar CO2, akumulasi amoniak, rendahny O2 kasar (Berka,

1986 diacu dalam Mukti, 2010).

Kabupaten Bogor memiliki beberapa perusahaan distributor benih ikan patin diantaranya Tapos Agro Lestari, Number One Fish Farm, Deddy Fish Farm, dan PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang berpengalaman menyalurkan jutaan ekor benih tiap bulannya. Tapos Agro Lestari dan Deddy Fish Farm mendistribusikan hampir 2.000.000 ekor benih ikan patin tiap bulannya (Mastuti, 2011 dan Atemalem, 2001), dan Number One Fish Farm 300.000 benih (Armayuni, 2011). PT MMN mendistribusikan benih dalam jumlah yang lebih besar, yaitu kisaran 600.000 hingga 3.000.000 benih tiap bulannya. PT MMN merupakan salah satu perusahaan dengan unit bisnis utamanya adalah pemasaran benih ikan patin yang terletak di kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Kecamatan Parung memiliki beberapa keunggulan dimana tenaga kerja yang digunakan sebagian besar berpengalaman. Dengan menggunakan tenaga kerja berpengalaman, produksi benih patin di Parung lebih efisien. Sebagai akibatnya, jika benih ikan dijual dengan harga yang sama, pengusaha ikan patin di Parung mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan di daerah lain (Mastuti, 2011).

PT MMN dihadapkan pada masalah risiko operasional pada pelaksanaan usaha yang didalamnya ikut mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah serta kualitas benih yang dikirim. Risiko operasional terdapat dalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penanganan, serta pendistribusian benih menyebabkan terjadinya fluktuasi pada penerimaan. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko dalam kegiatan pemasaran benih ikan patin, membuat PT MMN mengalami pasang surut dalam perjalanannya.

Mengingat adanya risiko dalam usaha perikanan maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengelola risiko tersebut. Keputusan yang tepat dapat diambil sehingga risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan dapat dihindari atau dikurangi. Upaya untuk masuk dalam peta persaingan dalam industri perikanan serta mengurangi risiko diperlukan oleh PT MMN, namun sebelumnya

perusahaan harus mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko. Manajemen risiko yang baik akan membantu menghindari kejadian- kejadian yang tidak terduga dan merugikan serta memberikan kontribusi penting bagi perusahaan sehingga kerugian perusahaan akibat adanya risiko dapat diminimalisir dan keuntungan perusahaan akan semakin meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Perikanan budidaya sedang diupayakan menjadi kontributor utama peningkatan produksi perikanan nasional11. PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perikanan budidaya. PT MMN memiliki tujuh unit kerja yang masing-masing unitnya dipimpin oleh seorang manajer. Ketujuh unit kerja tersebut adalah unit trading (pemasaran), produksi ikan hias, pembenihan lobster air tawar, toko ikan hias, aquascape, pembesaran lobster air tawar, dan fillet. Unit kerja yang akan dibahas pada penelitian ini adalah unit trading (pemasaran) dengan komoditi berupa benih ikan patin. Kegiatan utama dalam pemasaran benih ikan adalah menampung benih dari petani dan mendistribusikannya kepada konsumen ke berbagai wilayah di nusantara seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Usaha pemasaran benih ikan patin dihadapkan pada risiko yang dapat menghambat usaha ini. Risiko yang muncul pada usaha pemasaran benih ikan adalah risiko operasional yang terdapat dalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penanganan, serta pendistribusian. Proses distribusi merupakan sumber risiko terbesar yang dihadapi pemasar benih ikan. Pada usia benih, ikan memiliki kondisi tubuh yang lemah, gerakannya lambat, dan belum memiliki kemampuan perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit. Berbagai kelemahan benih tersebut ikut berperan membuat proses pendistribusian benih ikan tidaklah mudah dan tidak jarang memberikan kerugian yang cukup besar. Risiko ini bisa muncul apabila pembenih tidak bisa menekan mortalitas benih. Proses penanganan benih ikan yang tidak dilakukan dengan baik ikut berpengaruh dalam risiko ini. Risiko operasional lain yang pernah terjadi pada PT MMN

11

Pusat Data Statistik dan Informasi Perikanan. Gelar Indo Aqua, KKP Siap Pacu Perikanan Budidaya. No. B.110/PDSI/HM.310/X/2010, dirilis tanggal 04/10/10.

- 5,00 10,00 15,00 20,00

September Oktober November Desember Januari

P er sent a se (%) Bulan

Tingkat Mortalitas Benih Patin

Rp0 Rp50.000.000 Rp100.000.000 Rp150.000.000 Rp200.000.000

September Oktober November Desember Januari

O

m

ze

t

Bulan

Omzet PT Mitra Mina Nusantara

adalah kecelakaan pada Januari 2011 dimana keseluruhan benih ikan yang dibawa mati dan supirnya meninggal.

Berbagai kendala ini menunjukan meskipun usaha pembenihan menjanjikan perolehan keuntungan yang besar dilihat dari peningkatan voleme produksi yang berkorelasi dengan permintaan benih, usaha pemasaran benih mempunyai risiko usaha yang tinggi. Tingkat mortalitas benih di PT Mitra Mina Nusantara selama periode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tingkat Mortalitas Benih Ikan Patin pada Tahun 2010-2011

Berbagai macam risiko operasional yang ada membuat tingkat mortalitas benih tinggi. Tingginya tingkat mortalitas benih akan menyebabkan penerimaan perusahaan berfluktuatif. Omzet perusahaan yang berfluktuatif mencerminkan adanya gangguan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Fluktuasi omzet dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Omzet Penjualan Benih Ikan Patin PT MMN tahun 2010-2011 Indikasi risiko pada pemasaran benih menyebabkan perlunya suatu

manajemen dalam menghadapi kerugian yang akan ditimbulkan. Dengan manajemen risiko sebuah usaha yang dijalankan diharapkan lebih dapat bertahan dimana potensi risiko yang akan terjadi sudah diperhitungkan. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah bagaimana manajemen risiko yang dapat diterapkan PT MMN dalam mengendalikan risiko operasional yang dihadapi. Manajemen risiko yang baik akan memberikan kontribusi penting bagi perusahaan sehingga kerugian perusahaan akibat adanya risiko dapat diminimalisir dan keuntungan perusahaan akan meningkat. Berdasarkan kondisi tersebut maka rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber-sumber risiko operasional apa saja yang terdapat pada unit pemasaran benih ikan patin yang dihadapi oleh PT Mitra Mina Nusantara?

2. Bagaimana probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber- sumber risiko pada unit pemasaran benih ikan patin terhadap PT Mitra Mina Nusantara?

3. Bagaimana strategi penanganan yang dapat diterapkan oleh PT Mitra Mina Nusantara untuk mengendalikan risiko operasional dalam unit pemasaran benih ikan patin?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional pada unit pemasaran benih ikan patin yang dihadapi PT Mitra Mina Nusantara.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber- sumber risiko pada unit pemasaran benih ikan patin terhadap PT Mitra Mina Nusantara.

3. Menganalisis alternatif penanganan risiko operasional dalam unit pemasaran benih ikan patin yang dapat diterapkan oleh PT Mitra Mina Nusantara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Pihak perusahaan dalam hal ini PT Mitra Mina Nusantara, sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan, memperbaiki pembuatan keputusan,

membantu menghindari kejadian-kejadian yang tidak terduga, merugikan, dan dapat membantu memperbaiki atau memperbesar kemungkinan keberhasilan kegiatan pemasaran di perusahaan.

2. Penulis, menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah.

3. Pembaca, agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Terdapat beberapa batasan dari penelitian yang akan dilakukan ini. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada beberapa hal yaitu:

1. Unit usaha yang dikaji adalah bagian trading (pemasaran) dengan terkonsentrasi pada benih ikan patin. Hal ini dikarenakan pemasaran benih ikan patin merupakan sumber pendapatan utama perusahaan dengan kontribusi rata-rata lebih dari 80 persen dari total pendapatan.

Dokumen terkait