• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trangjiwani (2008) meneliti mengenai manajemen risiko operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis risiko-risiko yang terdapat di CV Bimandiri untuk berbagai komoditas sayuran, dan 2) menganalisis alternatif penanganan risiko di CV Bimandiri. Penggunaan analisis sekuen, identifikasi sumber risiko dan teknik pengidentifikasian lainnya berguna dalam proses identifikasi risiko operasional di CV Bimandiri. Hasil identifikasi risiko yang berupa daftar risiko kemudian diukur dengan menggunakan metode aproksimaksi dalam penilaian risiko. Pemetaan merupakan kelanjutan dari proses pengukuran risiko dengan menggunakan matriks frekuensi dan signifikansi yang memberikan alternatif penanganan risiko berdasarkan hasil pemetaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM dan risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan

untuk komoditi tomat dibandingkan dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and monitor dilakukan untuk a) risiko sistem, SDM, proses dan eksternal pada tomat, b) risiko sistem dan eksternal pada kol, c) risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head, dan d) risiko sistem, proses dan eksternal pada cabai merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu: a) risiko sistem dan SDM pada kentang, b) risiko proses dan SDM pada kol, c) risiko SDM pada lettuce head, dan d) risiko SDM pada cabai merah.

Lestari (2009) melakukan penelitian mengenai manajemen risiko dalam usaha pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT Suri Tani Pemuka (PT STP), Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan risiko pasar yang dihadapi PT STP, menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vanamae, serta menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang vanamae. Sumber-sumber risiko dalam usaha pembenihan udang vanamae diklasifikasi menjadi risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang terdapat dalam kegiatan pembenihan terdiri dari risiko penyakit, tingkat mortalitas larva, proses pengadaan induk, cuaca, dan kerusakan pada peralatan teknis. Risiko pasar yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi harga pada induk, pakan, dan benih. Dilihat dari kedudukan risiko operasional di dalam peta risiko yang menempati kuadran yang kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini besar pula. Risiko operasional yang paling dominan terjadi yaitu adanya penyakit dan tingkat mortalitas.

Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh risiko penerimaan mempunyai nilai probabilitas tertinggi sedangkan probabilitas risiko produksi terbesar terjadi pada produksi benur. Dampak risiko terbesar disebabkan oleh risiko pada kelangsungan hidup (survival rate). Risiko penerimaan tidak memberikan dampak yang terbesar bagi perusahaan, tetapi paling memungkinkan terjadi pada perusahaan. Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh PT STP dalam

menghadapi risiko dalam usaha pembenihan udang vanamae diantaranya melalui penghindaran dan pengalihan risiko.

Firmansyah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul "Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik Pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat" meneliti mengenai tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang dikaji pada penelitian ini adalah risiko pemasaran dengan komoditi berupa brokoli, wortel, tomat, dan jagung. Keempat produk unggulan ini dipilih berdasarkan kontribusi penjualan paling tinggi dan juga karena rekomendasi dari perusahaan.

Hasil identifikasi dan analisis risiko menunjukkan bahwa perusahaan Permata Hati memiliki risiko pada pemasarannya. Hal ini terlihat dari kecendrungan penerimaan yang berfluktuasi. Berdasarkan proses pemasarannya, titik yang merupakan faktor risiko ada pada saat pemesanan produk, karena jumlah pesanan tidak dapat diprediksi dan ditentukan sehingga penerimaan perusahaan menjadi terpengaruh dan tidak konstan. Hal sangat krusial mempengaruhi penerimaan perusahaan adalah risiko ketidakpastian jumlah pesanan. Mengacu pada hasil perhitungan risiko pada beberapa produk unggulan diketahui bahwa produk yang memiliki risiko tertinggi berdasarkan peluang terjadinya tingkat penjualan rendah, normal, dan penjualan tinggi dalam periode yang diteliti adalah brokoli. Tingkat risiko ini didapat dari hasil perhitungan coefficient variation. Hasil dari single-index portofolio yang dibantu sebuah software juga menunjukkan bahwa brokoli merupakan produk sayuran yang memiliki tingkat risiko portofolio. Dari tingkat risiko yang telah diketahui, walaupun tingkat risiko menurut angka pada brokoli lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya tetapi brokoli pun merupakan penyumbang pendapatan tertinggi untuk perusahaan. Jadi walaupun tingkat risiko terbesar ada pada brokoli, bukan berarti brokoli merupakan produk yang jelek atau harus dihindari. Jika dilihat dari segi keuntungan berupa penjualan dan tingkat harga yang tinggi, brokoli sangat berpengaruh dalam penerimaan perusahaan. Manajemen untuk mengelola risiko pemasaran yang ada yaitu risiko ketidakpastian pesanan dapat ditanggulangi dengan memperbanyak mitra atau agen yang dapat menjaga kestabilan kuantitas produk. Pilihan alternatif lainnya dapat berupa pendirian

outlet sayuran organik sendiri sehingga perusahaan tidak akan khawatir dengan masalah ketidakmenentuan penjualan tersebut.

Permatasari (2010) melakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pada usaha pembiakan anjing Labrador Retriever di D’Sunflower Kennel Mampang, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi, menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retriever terhadap D’Sunflower Kennel serta menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retriever. Analisis risiko yang dilakukan adalah dengan pemetaan risiko. Pemetaan risiko didapat dengan mengidentifikasi dan memetakan sumber-sumber risiko produksi terlebih dahulu, menganalisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi, kemudian menganalisis strategi penanganan risiko produksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya berbagai sumber risiko produksi dengan urutan yang paling berisiko sampai paling tidak berisiko, yaitu mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, keguguran, penyakit, kesulitan persalinan, warna anakan tidak sesuai harapan serta jenis kelamin yang tidak sesuai harapan. Strategi penanganan risiko terdiri dari strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang terpetakan adalah pemeriksaan USG, perbaikan SDM, serta operasi Caesar. Sedangkan strategi mitigasi yang terpetakan adalah karantina, pengendalian penyakit, pengobatan, melakukan usaha sampingan, serta melakukan perawatan intensif. Alternatif strategi penanganan risiko produksi untuk D’Sunflower Kennel adalah dengan melakukan strategi prevent at source, detect and monitor, monitor, serta low control.

Penelitian tentang risiko telah banyak dilakukan sebelumnya namun penelitian tentang risiko untuk komoditi perikanan budidaya khusunya ikan patin belum dapat ditemukan. Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan kajian terdahulu mengenai risiko. Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu adalah fokus analisis mengenai risiko. Risiko yang dibahas pada penelitian ini adalah risiko operasional, sama dengan penelitian yang dilakukan Trangjiwani (2008) dan Lestari (2009). Unit kerja yang dibahas sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009) yaitu unit pemasaran. Alat analisis yang digunakan adalah pemetaan risiko menggunakan metode nilai standar untuk mengukur kemungkinan risiko daan metode VaR (Value at Risk) untuk mengukur dampak risiko seperti halnya penelitian Lestari (2009) dan Permatasari (2010).

Berdasarkan uraian di atas, perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat pada komoditi yang dianalisis. Komoditi yang dikaji pada penelitian ini adalah benih ikan patin yang memiliki risiko tinggi berdasarkan kondisi ukuran tubuh dan usianya. Analisis manajemen risiko operasional dimulai dengan proses identifikasi untuk mengetahui risiko-risiko yang ada pada perusahaan, penggunaan metode nilai standar untuk menentukan nilai kemungkinan terjadinya risiko, metode VaR untuk mengukur dampaknya serta metode pemetaan risiko yang kemudian digunakan untuk mengetahui alternatif penanganan risiko. Output dari penelitian ini adalah diketahuinya sumber risiko terbesar dalam kegiatan pemasaran benih ikan patin yang dilakukan PT Mitra Mina Nusantara berdasarkan hasil pemetaan risiko yang dilakukan dengan melihat dampak dan probabilitas sumber-sumber risiko dari kegiatan pemasaran benih ikan patin.

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Dokumen terkait