• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Dalam dokumen 4. ANALISIS DATA. Universitas Kristen Petra (Halaman 72-89)

8. Personel Qualities

4.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Analisis crosstab atau tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom. Variabel baris dan kolom adalah variabel independen dan data yang digunakan berskala nominal atau ordinal, tetapi tidak diukur tingkatannya (Priyatno, 2011, p.141). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tabulasi silang terhadap karakteristik (identitas) responden dengan hambatan komunikasi dan kinerja karyawan. Identitas responden yang digunakan adalah jenis kelamin, usia responden, departemen kerja, lama masa kerja, dan frekuensi berkomunikasi. Berikut adalah analisis mengenai hasil tabulasi silang antara hambatan komunikasi dan kinerja karyawan dengan identitas responden.

Tabel 4.41. Tabulasi Silang I

Jenis Kelamin * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Jenis Kelamin Laki-laki Count 18 45 63

% within Jenis Kelamin 28.6% 71.4% 100.0%

Perempuan Count 16 22 38

% within Jenis Kelamin 42.1% 57.9% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Jenis Kelamin 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.41 di atas, terlihat bahwa mayoritas responden karyawan laki-laki dan perempuan memiliki tingkat hambatan komunikasi yang tinggi dalam melakukan interaksi dengan rekan kerja. Dapat dilihat sebanyak 45 orang (71,4%) dari 63 karyawan laki-laki memiliki hambatan komunikasi yang tinggi. Hanya 18 orang (28,6%) yang memiliki hambatan komunikasi rendah. Begitu pula dengan karyawan perempuan sebanyak 22 orang (57,9%) dari 38 responden mempunyai hambatan komunikasi yang tinggi. Sedangkan 16 orang (42,1%) lainnya memiliki hambatan komunikasi

124

Universitas Kristen Petra

yang rendah. Namun, hambatan komunikasi yang paling besar sering terjadi pada kaum laki-laki.

Pada dasarnya, terdapat perbedaan cara berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki lebih suka berbicara tentang topik yang tidak berhubungan dengan orang (impersonal) dan jarang sekali mengakui jika mereka memiliki masalah keuangan. Mereka cenderung menjunjung tinggi kebebasan tanpa kekangan dan kadang membuat keputusan tanpa berdiskusi dengan orang lain. Kaum laki-laki lebih suka langsung pada pokok permasalahan atau melakukan satu kepentingan yang dituju (Liaw, 2005, p.41). Berbeda dengan kaum perempuan. Gaya komunikasi kaum perempuan lebih mementingkan perasaan dalam hal tutur kata. Mereka cenderung mengutamakan kehangatan persahabatan daripada urusan bisnis yang kaku dan dingin. Selain itu, perempuan lebih lambat melakukan tindakan daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan selalu ingin melihat berbagai sisi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan (Liaw, 2005, p.40).

Mengacu pada teori tersebut, perempuan lebih berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata, sehingga pada saat berbicara lebih mementingkan perasaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan orang lain. Sedangkan laki-laki, lebih cepat bertindak pada saat berbicara, sehingga kadang mereka langsung mengucapkan kalimat tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini yang dapat membuat komunikasi tidak efektif dan terjadi kesalahpahaman dengan orang lain. Dengan begitu, hambatan komunikasi akan terjadi. Data di atas menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terjadi hambatan komunikasi.

Seperti dari analisis sebelumnya, terlihat sering sekali karyawan laki-laki terjadi salah paham maupun salah mengucapkan informasi dengan rekan kerja yang lain.

Komunikasi memiliki arti yang jauh lebih besar bagi seorang perempuan. Sedangkan, tindakan adalah lebih penting bagi kaum laki-laki untuk menemukan kejernihan mental dan mengungkapkan perasaannya (Gray, 2000, p.99-100).

125

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.42. Tabulasi Silang II

Usia * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Usia 20-29 tahun Count 18 33 51

% within Usia 35.3% 64.7% 100.0%

30-39 tahun Count 13 24 37

% within Usia 35.1% 64.9% 100.0%

40-49 tahun Count 2 9 11

% within Usia 18.2% 81.8% 100.0%

50-59 tahun Count 1 1 2

% within Usia 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Usia 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Seperti yang sudah dijelaskan peneliti di analisis identitas responden berdasarkan usia, responden yang memiliki umur 20-29 tahun adalah mereka yang mulai memasuki dunia kerja dan meninggalkan dunia hiburan. Hurlock (2004, p.265) mengatakan bahwa umur 20-29 tahun termasuk dalam kategori masa dewasa dini dan usia produktif, dimana individu mempunyai keinginan untuk memiliki status sosial yang lebih baik dan memiliki harta banyak dengan memasuki dunia kerja. Dapat diketahui bahwa responden yang berada di lingkungan kerja yang baru akan banyak melakukan komunikasi dengan rekan kerja yang lainnya. Hambatan komunikasi dalam penelitian ini memiliki kategori tinggi pada mayoritas responden yang berusia 20-29 tahun.

Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab tidak memiliki keahlian dan kecakapan berkomunikasi (Anita, usia 28 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Rooms, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

126

Universitas Kristen Petra

“Saya memang tidak yakin bahwa saya memiliki keahlian dan kecakapan dalam berkomunikasi, tidak seperti karyawan lain yang dapat berkomunikasi dengan jelas. Sering kali terjadi kesalahpahaman karena menyampaikan pesan yang tidak sesuai atau tidak jelas”.

Dari hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa rentang umur 20-29 tahun akan sering mengalami komunikasi yang tidak efektif karena tidak memiliki keyakinan dalam melakukan komunikasi yang jelas. Hal ini dibuktikan dengan hasil tabel 4.42 di atas bahwa hampir seluruh responden pada usia 20-29 tahun (33 orang) paling tinggi hambatan komunikasinya.

Hanya terdapat 18 orang (35,3%) yang hambatan komunikasinya rendah. Di sisi lain, responden pada usia 30-39 tahun (24 orang) juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi, terdapat 13 orang (35,1%) yang memiliki kategori rendah. Responden pada usia 40-49 tahun (9 orang) juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi, hanya 2 orang (18,2%) yang rendah. Begitu pula pada responden yang berusia 50-59 tahun (1 orang) juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi dan 1 orang (50%) lainnya dalam kategori rendah.

Namun, tidak menutup kemungkinan responden yang semakin dewasa umurnya akan semakin mengerti dalam menyampaikan pesan dengan jelas.

Terlihat dari tabel di atas bahwa responden yang berusia 40-49 tahun dan 50-59 tahun juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi. Meskipun mereka juga memiliki hambatan komunikasi yang rendah dikarenakan lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan pengalaman kerja mereka lebih banyak, sehingga komunikasi yang dilakukan sehari-hari lebih komunikatif. Secara kesluruhan, baik umur 20-60 tahun tidak lepas dari hambatan komunikasi.

127

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.43. Tabulasi Silang III

Departemen * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Departemen Sales & Marketing Count 3 4 7

% within Departemen 42.9% 57.1% 100.0%

Finance & Accounting Count 6 7 13

% within Departemen 46.2% 53.8% 100.0%

Rooms Count 13 26 39

% within Departemen 33.3% 66.7% 100.0%

Food & Beverage Count 12 30 42

% within Departemen 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Departemen 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.43 di atas, maka dapat diketahui bahwa seluruh karyawan yang berasal dari Departemen Sales & Marketing, Finance &

Accounting, Rooms, dan Food & Beverage Marketing memiliki tingkat hambatan komunikasi yang tinggi dalam organisasi Hotel Midtown Surabaya.

Namun hambatan komunikasi yang paling tinggi terdapat dalam departemen Food & Beverage Marketing sebesar 71,4% (30 orang), sedangkan sisanya 28,6% (12 orang) dalam hambatan komunikasi yang rendah.

Pada dasarnya, fungsi Internal Communications dilakukan untuk setiap karyawan saling berbagi informasi, menyalurkan pengetahuan, dan mengembangkan hubungan. Selain itu juga berfungsi meningkatkan komitmen karyawan, rasa memiliki perusahaan, kesatuan identitas, dan dukungan untuk tercapainya tujuan perusahaan (Verghese, 2012, p.7).

Seluruh karyawan dalam Hotel Midtown Surabaya harus melakukan komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan maupun informasi ke seluruh departemen agar seluruhnya dapat mengetahui informasi yang baru.

Dengan begitu, pekerjaan mereka juga akan berjalan dengan lancar.

128

Universitas Kristen Petra

Seringnya komunikasi yang tidak efektif pada departemen Food &

Beverage Marketing dikarenakan pertama, jumlah karyawan di departemen ini paling banyak. Selain itu menurut hasil wawancara dengan salah satu responden dari staff divisi Food & Beverage Marketing pada tanggal 5 Juli 2013 (Putu, usia 41 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan bahwa hambatan komunikasi sering terjadi dikarenakan pesan yang disampaikan tidak sampai ke seluruh karyawan lainnya, sehingga terjadi miscommunication atau salah paham yang menyebabkan komunikasi terhambat. Hal seperti ini harus diminimalisir dengan cara saling bekerja sama mengingatkan penyampaian pesan satu sama lain dan melakukan rapat kecil agar seluruh karyawan mengetahuinya.

Hambatan komunikasi juga banyak terjadi pada departemen Rooms sebesar 66,7% (26 orang) dalam kategori tinggi, sedangkan 33,3% (13 orang) dalam kategori rendah. Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan responden pada tanggal 5 Juli 2013 (Vica, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Rooms) menyatakan bahwa komunikasi yang tidak efektif dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak memahami pesan yang dimaksud, sehingga kesalahan menafsirkan pesan yang ada membuat komunikasi terhambat. Di sisi lain, setiap departemen lainnya juga terjadi hambatan komunikasi dikarenakan hal tersebut.

Selain departemen yang telah disebutkan di atas, karyawan dalam departemen Finance & Accounting juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi sebesar 53,8% (7 orang) dan sebagian lainnya, yaitu 46,2% (6 orang) dalam kategori rendah. Pada departemen Sales & Marketing, hambatan komunikasi yang tinggi sebesar 57,1% (4 orang) dan sisanya sebesar 42,9%

(3 orang) memiliki hambatan komunikasi yang rendah. Secara keseluruhan hampir seluruh departemen memiliki hambatan komunikasi yang tinggi.

129

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.44. Tabulasi Silang IV

Lama Masa Kerja Responden * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Berdasarkan tabel 4.44 di atas dapat dilihat bahwa tingginya hambatan komunikasi berada pada mayoritas responden yang memiliki masa kerja satu tahun, yaitu sebanyak 33 orang (62,3%). Kemudian disusul dengan responden yang memiliki masa kerja lebih dari 10 bulan, yaitu 10 orang (52,6%), lalu responden yang memiliki masa kerja antara 7-9 bulan sebanyak 11 orang (84,6%), responden yang memiliki masa kerja antara 4-6 bulan sebanyak 5 orang (100%), dan responden yang berada pada masa kerja antara 1-3 bulan sejumlah 8 orang (72,7%).

130

Universitas Kristen Petra

Responden yang memiliki masa kerja 1 tahun adalah karyawan tetap yang telah bekerja dalam waktu yang lama dan sering melalukan komunikasi antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Human Resources Department pada tanggal 1 Oktober 2013 mengatakan bahwa karyawan yang telah bekerja selama 1 tahun akan sering berkomunikasi daripada karyawan yang masih baru beradaptasi. Hal ini dikarenakan antara karyawan satu dengan yang lainnya saling mengenal lebih dekat, sehingga kegiatan komunikasi organisasi dalam Hotel Midtown sering dilakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa karyawan yang memiliki masa kerja lama akan semakin sering melalukan komunikasi dan hambatan komunikasi menjadi tinggi. Responden yang berada pada masa kerja antara 1-3 bulan dan 4-6 bulan masih mulai mengenal lingkungan kerjanya, sehingga hambatan komunikasi yang ada tidak terlalu tinggi. Secara keseluruhan, responden yang semakin lama bekerja, hambatan komunikasi akan semakin tinggi.

Tabel 4.45. Tabulasi Silang V

Frekuensi Berkomunikasi * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Frekuensi Berkomunikasi Sangat sering Count 23 38 61

% within Frekuensi Berkomunikasi

37.7% 62.3% 100.0%

Sering Count 11 29 40

% within Frekuensi Berkomunikasi

27.5% 72.5% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Frekuensi Berkomunikasi

33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

131

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan tabel 4.45 di atas diketahui bahwa responden yang sangat sering dan sering melakukan komunikasi, maka hambatan komunikasinya semakin tinggi. Dapat dilihat melalui tabel di atas, responden yang sangat sering melakukan komunikasi dengan karyawan lain selama satu hari memiliki hambatan komunikasi yang tinggi sebanyak 38 orang (62,3%).

Sama halnya dengan responden yang sering melakukan komunikasi dengan karyawan lain selama satu hari memiliki hambatan komunikasi yang tinggi sebanyak 29 orang (72,5%).

Responden di sini adalah karyawan yang frekuensi berbicara atau berinteraksi dengan karyawan lain selama satu hari sangat sering dan sering, sehingga muncul kesalahpahaman yang terjadi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Human Resources Department pada tanggal 1 Oktober 2013 mengatakan bahwa semakin manusia sering melakukan komunikasi, maka tidak dipungkiri muncul hambatan komunikasi.

Seperti yang terjadi antara staff Sales & Marketing dengan staff Finance &

Accounting, dimana setiap hari mereka saling berinteraksi untuk membicarakan suatu hal karena dalam organisasi seluruh divisi saling bergantung. Pada akhirnya kadang muncul rasa tidak kesepakatan antara staff yang satu dengan yang lainnya dan menimbulkan hambatan komunikasi.

Tabel 4.46. Tabulasi Silang VI

Jenis Kelamin * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Jenis Kelamin Laki-laki Count 55 8 63

% within Jenis Kelamin 87.3% 12.7% 100.0%

Perempuan Count 34 4 38

% within Jenis Kelamin 89.5% 10.5% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Jenis Kelamin 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

132

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan data tabel 4.46 di atas diketahui bahwa mayoritas responden laki-laki dan perempuan memiliki kinerja karyawan dalam tingkatan rendah. Sebanyak 55 karyawan laki-laki memiliki kinerja dalam kategori rendah, hanya 8 orang yang memiliki kinerja tinggi. Responden perempuan sebanyak 34 orang memiliki kinerja yang rendah, hanya 4 orang yang kinerjanya tinggi. Terlihat dari data yang ada bahwa kinerja karyawan berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki kinerja yang rendah.

Meskipun demikian, responden laki-laki jumlahnya lebih banyak yang memiliki kinerja rendah.

Hal ini tampak dari cara berkomunikasi kaum laki-laki yang lebih suka langsung pada pokok permasalahan atau melakukan satu kepentingan yang dituju (Liaw, 2005, p.41). Berbeda dengan kaum perempuan yang lebih banyak memikirkan dan mencari tahu sesuatu terlebih dahulu daripada bertindak dengan cepat. Dapat dikatakan bahwa perempuan dalam bertindak lebih lama daripada laki-laki (Liaw, 2005, p.42). Namun, dari hasil analisis tabel 4.41 di atas, dijelaskan bahwa kaum laki-laki paling besar hambatan komunikasinya, sehingga kinerja karyawannya menjadi rendah.

Kinerja karyawan dalam penelitian ini dikatakan rendah, walaupun ada juga yang tinggi, baik karyawan laki-laki dan perempuan. Namun, kinerja karyawan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Bukan berarti perempuan memiliki kinerja yang buruk, tetapi dalam realitas yang ada di masyarakat Indonesia menunjukkan bila dunia kerja banyak didominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan lebih banyak beraktivitas di sektor domestik (kegiatan rumah tangga) (Narwoko dan Suyanto, 2004, p.322). Oleh karena itu, karyawan laki-laki akan lebih bekerja keras daripada karyawan perempuan. Kebanyakan responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki, sehingga kinerja karyawan laki-laki hasilnya lebih tinggi daripada perempuan. Secara keseluruhan, kinerja karyawan laki-laki maupun perempuan dalam penelitian ini dikatakan rendah.

133

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.47. Tabulasi Silang VII

Usia * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Usia 20-29 tahun Count 41 10 51

% within Usia 80.4% 19.6% 100.0%

30-39 tahun Count 35 2 37

% within Usia 94.6% 5.4% 100.0%

40-49 tahun Count 11 0 11

% within Usia 100.0% .0% 100.0%

50-59 tahun Count 2 0 2

% within Usia 100.0% .0% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Usia 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa kinerja karyawan yang rendah berada dikisaran usia 20-29 tahun, yaitu sebanyak 41 orang, sebagian lainnya 10 orang dalam kategori tinggi. Kinerja karyawan yang berada di usia 30-39 tahun sebanyak 35 orang dalam kategori rendah, sedangkan 2 orang lainnya dalam kategori tinggi. Kinerja karyawan pada usia 40-49 tahun dengan jumlah 11 orang dikatakan rendah. Begitu pula kinerja karyawan yang berada pada usia 50-59 tahun berjumlah 2 orang dalam kategori rendah.

Seperti yang dijelaskan dalam analisis identitas usia responden bahwa usia 20-29 tahun adalah masa produktif, dimana individu mulai melepaskan masa mudanya dan menuju dunia kerja. Namun pada usia tersebut juga ditemukan banyak hambatan komunikasi yang menyebabkan kinerja karyawan menjadi tidak dapat mencapai target yang diharapkan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara oleh salah satu responden (Erni, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, divisi Sales & Marketing, 4 Juli 2013) menyatakan demikian.

134

Universitas Kristen Petra

“Pada saat Manager Sales & Marketing menyuruh saya membuat laporan bulanan mengenai occupancy kamar hotel Midtown selama satu bulan, saya langsung membuatnya tanpa bertanya lagi, karena saya berpikir hanya membuat seperti biasa. Ternyata apa yang saya buat salah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atasan juga tidak menjelaskan sebelumnya. Akibatnya pekerjaan tertunda, sehingga tidak dapat diselesaikan tepat waktu”.

Melalui jawaban responden dapat dikatakan bahwa dalam dunia kerja usia 20-29 tahun dapat terjadi kesalahpahaman atau salah pengertian dalam menangkap pesan yang akhirnya menghambat pekerjaan individu. Individu yang berada pada usia 30-39 tahun juga memiliki kinerja yang rendah. Seperti hasil wawancara dengan salah satu responden (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales & Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif, sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

Secara keseluruhan, kinerja karyawan dalam penelitian ini dikatakan rendah, terutama responden yang berusia 20-29 tahun memiliki kinerja yang rendah. Responden yang berada dalam usia 40-60 tahun juga memiliki kinerja yang rendah.

135

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.48. Tabulasi Silang VIII

Departemen * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Departemen Sales & Marketing Count 5 2 7

% within Departemen 71.4% 28.6% 100.0%

Finance & Accounting Count 10 3 13

% within Departemen 76.9% 23.1% 100.0%

Rooms Count 33 6 39

% within Departemen 84.6% 15.4% 100.0%

Food & Beverage Count 41 1 42

% within Departemen 97.6% 2.4% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Departemen 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Melalui data tabel 4.48 di atas, terlihat bahwa departemen Food &

Beverage Marketing, Rooms, Finance & Accounting, dan Sales & Marketing memiliki kinerja karyawan yang rendah. Terlihat dari hasil prosentase yang memiliki kinerja karyawan paling rendah terdapat di departemen Food &

Beverage Marketing sebesar 97,6% (41 orang), hanya 2,4% (1 orang) yang kinerjanya tinggi. Diikuti dengan departemen Rooms dengan prosentase 84,6% (33 orang) yang memiliki kinerja rendah dan hanya 15,4% (6 orang) dalam kategori tinggi. Departemen Finance & Accounting juga memiliki ketegori rendah dengan total 76,9% (10 orang), hanya 23,1% (3 orang) yang kinerjanya tinggi. Departemen Sales & Marketing dengan jumlah 71,4% (5 orang) dalam kategori rendah dan 28,6% (2 orang) dalam kategori tinggi.

Penilaian kinerja karyawan juga penting dilihat dari masing-masing departemen dalam sebuah organisasi. Tujuan penilaian kinerja karyawan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia organisasi (Mangkunegara, 2010, p.10). Alasan kinerja karyawan yang paling rendah berada di departemen

136

Universitas Kristen Petra

Food & Beverage Marketing dikarenakan jumlah karyawan dalam departemen ini sebanyak 42 orang. Dimana komunikasi yang dilakukan antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya kadang-kadang tidak efektif, sehingga pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh seluruh karyawan yang menyebabkan pekerjaan mereka menjadi salah. Selain itu juga tidak adanya over handle dengan karyawan yang lain, sehingga kinerja mereka menjadi menurun.

Seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh salah satu responden pada tanggal 5 Juli 2013 (Santi, usia 27 tahun, masa kerja 8 bulan, staff divisi Food & Beverage Marketing) mengatakan sebagai berikut.

“Selama saya bekerja pasti adanya miscommunication antara karyawan satu dengan yang lain. Apalagi dalam divisi ini jumlah karyawannya tidak sedikit. Kadang yang menghambat pekerjaan menjadi tidak selesai dikarenakan pesan yang disampaikan tidak disalurkan dengan teman yang lain, sehingga tidak semua karyawan mengerti informasi terbaru maupun pesanan tamu. Disamping itu juga adanya pemahaman yang berbeda dalam melakukan pekerjaan yang membuat pekerjaan itu tidak selesai tepat waktu.”

Melalui jawaban responden terlihat bahwa setiap karyawan dalam departemen ini seringkali tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat dikarenakan komunikasi yang tidak sampai ke karyawan yang lain. Sama halnya dengan departemen Rooms juga memiliki jumlah karyawan yang cukup banyak, yaitu 40 orang. Seperti yang dikatakan salah satu responden pada tanggal 6 Juli 2013 (Vica, usia 37 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Rooms) menyatakan bahwa beberapa karyawan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dikarenakan tidak mengerti tugas apa yang diberikan. Pernyataan ini dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut.

“Penyebab utama hal ini karena komunikasi yang kurang lancar dan tidak dimengerti oleh komunikan, sehingga tugas yang diberikan tidak dipahami dengan baik dan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

Kinerja karyawan dalam responden ini menjadi menurun karena tidak mengerti penjelasan yang diberikan dan pekerjaan menjadi tidak sesuai”.

137

Universitas Kristen Petra

Begitu pula yang terjadi dalam departemen Sales & Marketing dan Finance & Accounting. Seluruh responden sebagian besar berusaha meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik lagi agar tujuan perusahaan juga mencapai hasil yang diharapkan. Namun dalam divisi yang telah disebutkan di atas, terlihat adanya kinerja karyawan yang rendah dikarenakan dengan banyaknya karyawan dalam divisi ini kadang membuat kerjasama yang ada kurang baik.

Tabel 4.49. Tabulasi Silang IX

Lama Masa Kerja Responden * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

138

Universitas Kristen Petra

Melalui tabel 4.49 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki masa kerja satu tahun memiliki kinerja karyawan yang rendah, yaitu sebanyak 44 orang (83%). Kemudian responden yang memiliki masa kerja lebih dari 10 bulan memiliki kinerja karyawan yang rendah sebanyak 16 orang (84,2%). Responden yang berada pada masa kerja 7-9 bulan sebanyak 13 orang (100%) memiliki kinerja karyawan yang rendah, responden yang berada pada masa kerja 4-6 bulan sebanyak 5 orang (100%) juga memiliki kinerja karyawan yang rendah. Begitu pula responden yang berada pada masa kerja antara 1-3 bulan sebanyak 11 orang (100%) memiliki kinerja karyawan yang rendah.

Hal ini sesuai dengan tabel 4.45 yang menyatakan semakin sering komunikasi dilakukan akan semakin banyak hambatan komunikasinya. Dari situ kinerja karyawan menjadi terganggu karena adanya hambatan komunikasi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu responden (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif, sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif, sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

Dalam dokumen 4. ANALISIS DATA. Universitas Kristen Petra (Halaman 72-89)

Dokumen terkait