• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Metode dan Prosedur Analisis Data

4.4.1. Analisis Tata Kelola dan Kualitas Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto

4.4.1.1. Analisis Biaya Transaks

Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya setting, biaya sosialisasi, dan biaya untuk menjalankan organisasi. Biaya setting adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan sebuah kelembagaan, kemudian biaya sosialisasi meliputi biaya untuk melakukan sosialisasi dan implementasi kelembagaan. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya pengambilan keputusan (biaya pertemuan musyawarah anggota), biaya operasional bersama, dan biaya kumpul rutin. Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut:

35

TrC = ∑ Sij

Keterangan: TrC : Total Biaya Transaksi Sij : Komponen Biaya Transaksi 4.4.1.2. Analisis Kualitas Kelembagaan

Penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis kualitas kelembagaan dalam mencapai outcome kelembagaan yaitu peningkatan kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Selain itu, kualitas kelembagaan dianalisis untuk mengetahui bagaimana kelembagaan gapoktan tersebut selama ini bekerja menurut persepsi aktor-aktor yang bekerja di dalamnya. Untuk melihat persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kualitas kelembagaan, digunakan skala likert, yaitu antara 1sampai 3, dimana 3 = tinggi, 2 = sedang, dan 1 = rendah (Rianse dan Abdi 2009). Tabel 4 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.

Tabel 4. Matriks Analisis Kualitas Kelembagaan

Parameter Indikator

1. Kejelasan kelembagaan

1. Kejelasan struktur kelembagaan meliputi: a. Kelengkapan susunan pengurus.

b. Terdapat uraian kerja (pembagian tugas dan wewenang). c. Anggota kelembagaan mengetahui susunan pengurus.

d. Anggota kelembagaan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. e. Keteraturan waktu pergantian atau penyempurnaan pengurus

kelembagaan.

2. Kejelasan aturan merupakan analisis untuk mengetahui aturan informal yang dibuat secara tertulis atau lisan.

3. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan. 2. Keefektivan

kelembagaan

1. Partisipatif, indikatornya adalah: a. Demokrasi dalam kelembagaan 2. Efektivitas kelembagaan a. Perubahan perilaku.

b. Tingkat keberhasilan program.

Tabel parameter dan indikator analisis kualitas kelembagaan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.

36 4.4.2. Analisis Keberhasilan Gapoktan

Keberhasilan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto diindikasikan dengan adanya pengaruh dan peran kelembagaan terhadap kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian. Kemandirian petani dalam penelitian ini mencakup persepsi anggota gapoktan tentang tingkat bargaining position petani dalam hal pemasaran produk pertanian, kemandirian petani secara teknik bertanam, dan kemampuan petani memenuhi kebutuhan permodalan ketika bergabung dalam Gapoktan Desa Banyuroto.

Karakteristik keberlanjutan pertanian dilihat dari persepsi petani mengenai tingkat penggunaan pupuk dan pestisida organik, serta tingkat pencemaran air dan tanah yang ditimbulkan akibat kegiatan pertanian di Desa Banyuroto. Keberlanjutan pertanian dilihat pada inovasi tanaman strawberry dan pemakaiannya pada produk pertanian lain yang sudah biasa ditanam oleh para petani anggota. Kesemuanya kemudian dianalisis bagaimana kaitannya dengan kualitas kelembagaan gapoktan.

Persepsi mengenai tingkat kemandirian petani dan keberlanjutan pertanian strawberry didapatkan melalui skala likert dengan skala 1 sampai 3. Sedangkan untuk tingkat kesejahteraan petani anggota dilihat melalui parameter perbandingan pendapatan antar usahatani dan nilai tukar petani. Kemudian dari semua hasil parameter outcome kelembagaan tersebut dianalisis secara deskriptif dan dikaitkan hubungannya dengan kualitas kelembagaan Gapoktan. Tabel 5 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis keberhasilan Gapoktan Desa Banyuroto.

37 Tabel 5. Matriks Analisis Keberhasilan Gapoktan

Parameter Indikator

1. Kemandirian petani

 Peningkatan bargaining position petani setelah bergabung dengan gapoktan, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

- Sedang, jika petani kurang punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

- Rendah, jika petani tidak punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

 Kemampuan petani dalam teknik bercocok tanam strawberry, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani telah mampu bercocok tanam tanpa pendampingan dari penyuluh.

- Sedang, jika petani telah mampu bercocok tanam masih ada pendampingan dari penyuluh.

- Rendah, jika petani telah mampu bercocok tanam harus ada pendampingan dari penyuluh.

 Kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan untuk menjalankan usahataninya, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani mampu memenuhi kebutuhan dan tidak lagi kesulitan mengakses modal.

- Sedang, jika kemampuan petani biasa saja dalam mengakses modal. - Rendah, jika petani tidak mampu dan sangat kesulitan mengakses

modal. 2. Kesejahteraan

ekonomi Petani

Untuk menghitung pendapatan petani merujuk pada Doll dan Orazen (1984) dalam Sahara et al. (2010) dan untuk menghitung nilai tukar petani merujuk pada Sunanto dan Sahardi (2006).

3. Keberlanjutan pertanian

 Bagaimana tingkat penggunaan pestisida organik oleh para petani - Tinggi : jika petani sudah menggunakan pestisida organik dalam

kegiatan bercocok tanamnya.

- Sedang : jika petani masih mencampur pestisida organik dan anorganik dalam kegiatan bercocok tanamnya.

- Rendah : jika petani tidak menggunakan pestisida organik dalam kegiatan bercocok tanamnya.

 Bagaimana tingkat penggunaan pupuk organik oleh para petani, kategorinya adalah:

- Tinggi : jika petani sudah menggunakan pupuk organik dalam kegiatan bercocok tanamnya.

- Sedang : jika petani masih mencampur pupuk organik dan anorganik dalam kegiatan bercocok tanamnya.

- Rendah : jika petani tidak menggunakan pupuk organik dalam kegiatan bercocok tanamnya.

 Bagaimana persepsi petani terhadap pencemaran air dan tanah akibat kegiatan pertanian di Desa Banyuroto, kategorinya adalah:

- Tinggi: jika tingkat pencemaran air dan tanah masih tinggi. - Sedang: jika tingkat pencemaran air dan tanah sedang. - Rendah: jika tingkat pencemaran air dan tanah rendah.

38 Karakteristik kesejahteraan ekonomi petani dilihat dari peningkatan pendapatan petani dan nilai tukar petani. Adanya Inovasi tanaman strawberry kemudian dianalisis apakah berdampak atau tidak terhadap peningkatan pendapatan mereka. Menurut Doll dan Orazen (1984) dalam Sahara et al. (2010), pendapatan petani dari usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

π = TR - TC dimana:

π = pendapatan petani TR = total penerimaan TC = total biaya produksi

Perubahan pendapatan petani setelah menanam strawberry dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

x 100%

dimana:

X1 = pendapatan petani dari usahatani sayuran X2 = pendapatan petani dari usahatani strawberry

Parameter yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi daya beli petani adalah nilai tukar petani. Nilai tukar petani merupakan ukuran tingkat daya tukar atau daya beli petani atau komoditas pertanian terhadap produk non pertanian. Nilai tukar petani tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian namun juga sektor diluar pertanian.

Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis pendapatan rumah tangga petani, yaitu menghitung seluruh penerimaan baik dari usaha pertanian maupun non pertanian dan menghitung pengeluaran baik pengeluaran untuk

39 usahatani maupun untuk konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, dari perhitungan tersebut dihitung nilai tukar petani menurut rumus sebagai berikut (Sunanto dan Sahardi, 2006): NTPt = Yt/Et dimana: Yt = Ypt + Ynpt Et = Ept + Ekt keterangan:

Ypt = total pendapatan petani dari usaha pertanian (Rp) Ynpt = total pendapatan petani dari usaha non pertanian (Rp) Ept = pengeluaran total petani untuk usahatani (Rp)

Ekt = pengeluaran total petani untuk konsumsi keluarga petani (Rp) T = periode waktu dalam tahun (1 tahun)

40 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN