• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMAS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2.4. Kesejahteraan Petan

Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat perdesaan adalah melalui penerapan inovasi teknologi, khususnya teknologi pertanian. Menurut Bustanul (2000), perubahan sistem perekonomian perdesaan akibat inovasi teknologi akan merangsang inovasi kelembagaan, perubahan sistem

21 nilai, inovasi institusi, dan sebagainya yang mengarah kepada perputaran inovasi IPTEK.

Kinerja indikator kesejahteraan ekonomi petani dapat digambarkan melalui lima aspek yang bisa menunjukkan penciri atau penanda kesejahteraan petani, yaitu: (1) struktur pendapatan rumah tangga (on farm, off farm, dan non farm), (2) struktur pengeluaran rumah tangga, (3) keragaan tingkat ketahanan pangan rumah tangga, (4) keragaan daya beli rumah tangga petani, dan (5) perkembangan nilai tukar petani (NTP) (Sadikin dan Subagyono 2008).

2.5. Pertanian Berkelanjutan

Selama ini indikator sukses pertanian kita adalah sekedar jumlah atau hasil produksi pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan, tujuan yang ingin dicapai bukanlah sekedar target produksi jangka pendek, tetapi lebih ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian berkelanjutan adalah dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi dalam ekosistem (Manuwoto 1998).

Untuk inilah, kini saatnya terutama para penyuluh pertanian untuk mengajari petani tentang cara-cara mengembangkan kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama alami dan pengoptimalisasi peran musuh alami, pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola tanam, mengatur waktu tanam yang tepat) guna memanipulasi interaksi musim tanaman dan hama. Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak banyak membutuhkan pupuk dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas

22 unggul lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi.

Untuk menjamin keseimbangan agar terciptanya keberlanjutan ada tiga unsur yang harus diperhatikan. Pertama, kegiatan pertanian itu tidak menguras sumberdaya alam dan juga tidak merusak lingkungan. Kedua, kegiatan pertanian itu dilaksanakan secara efisien dan ekonomis sehingga memberikan keuntungan bagi pelaku-pelakunya tidak saja pada saat ini tapi juga bagi pelaku-pelaku pada generasi mendatang. Kemudian yang ketiga adalah harus dapat mengantisipasi perubahan karena perubahan itu pasti terjadi pada lingkungan yang dinamis ini (Manuwoto 1998).

2.6. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya yang ditimbulkan dalam melakukan transaksi ekonomi. Dalam pengertian yang lain, biaya transaksi adalah biaya untuk menentukan dan memberlakukan hak-hak kepemilikan atas barang dan jasa (Coase 1960). Jenis biaya transaksi, yaitu:

1. Biaya mencari informasi yaitu biaya yang ditimbulkan untuk memperoleh informasi mengenai barang yang diinginkan dari pasar (misalnya biaya untuk memperoleh harga termurah, kualitas terbaik, dan variasi jenis barang).

2. Biaya membuat kontrak atau negosiasi (bargaining cost) yaitu biaya yang diperlukan untuk menerima suatu persetujuan/kontrak dengan pihak lain atas suatu transaksi (misalnya biaya notaris).

3. Biaya monitoring yaitu biaya yang ditimbulkan karena adanya kegiatan untuk mengawasi pihak lain dalam melaksanakan kontrak (misalnya,

23 biaya cek kualitas, cek kuantitas, cek harga, ketepatan waktu kirim, dan keamanan).

4. Biaya adaptasi (selama pelaksanaan kesepakatan) yaitu biaya yang ditimbulkan karena dilakukannya penyesuaian-penyesuaian pada saat suatu kesepakatan transaksi dilakukan (misalnya penyesuaian biaya produksi karena kenaikan sebagian besar harga bahan baku).

Penyebab terjadinya biaya transaksi adalah: 1. Suatu kegiatan sering terjadi (frequent)

2. Suatu kegiatan transaksi atas barang/jasa yang bersifat khusus (speciality) 3. Kondisi ketidakpastian (uncertainty)

4. Daya nalar yang terbatas (limited rationality) 5. Perilaku spekulatif (opportunist)

Pengelolaan kelembagaan pasti memerlukan biaya transaksi. Bagaimanapun untuk mencapai kesepakatan dalam kelembagaan memerlukan biaya transaksi. Minimumnya biaya transaksi akan mempunyai implikasi terhadap tercapainya komitmen kesepakatan bersama, yang pada akhirnya akan tercapai distribusi manfaat yang adil antar stakeholders dan kelestarian.

Dalam notasi matematik:

Dimana:

Xi = Manfaat kelembagaan

Yj = Biaya transaksi kelembagaan i = Jenis manfaat kelembagaan j = Jenis biaya transaksi

24 Biaya transaksi terdiri dari (i) pencarian informasi, (ii) manajemen stakeholders, dan monitoring, serta (iii) penegakan aturan dan kesepakatan, mencakup asuransi dan pencegahan konflik. Biaya informasi umumnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, yaitu biaya mengenai stakeholders yang berkepentingan, lokasi, peran, tupoksi, dan lain sebagainya. Kartodiharjo (2004) menyebutkan bahwa informasi tentang peran setiap aktivitas institusi tersebut sangat penting terutama untuk menghubungkan dengan struktur insentif. Karena setiap pembuatan konsensus atau kesepakatan juga perlu banyak informasi. Biaya manajemen stakeholders mencakup biaya koordinasi, sosialisasi, pertemuan, monitoring, dan lain sebagainya.

2.7. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Hermanto (2007), Prima Tani di Desa Kertosari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas (Mura), Propinsi Sumatera Selatan merupakan model percontohan sistem dan usaha agribisnis di lahan sawah intensif dengan mengembangkan Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT). Kelembagaan tani yang telah ditumbuhkembangkan selama kurun waktu dua tahun berjalan (2005-2006) antara lain: (1) kelembagaan keuangan mikro perdesaan untuk mengatasi kelangkaan modal usaha dan kebutuhan konsumsi, (2) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh petani dalam mengembangkan usaha agribisnisnya, (3) kelembagaan klinik agribisnis yang ditujukan untuk memberdayakan masyarakat petani dalam mewujudkan sistem kehidupan yang lebih baik, dan (4) kelembagaan kemitraan bermediasi dalam rangka membantu peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan efisiensi sistem pemasaran.

25 Dengan adanya pembinaan yang dilakukan secara intensif terhadap kelompok tani di Desa Kertosari, maka terciptalah suatu kelembagaan kelompok tani yang mampu memberikan suasana kepada anggotanya untuk masuk dalam sistem agribisnis. Hal ini juga ditunjukkan dari peranan kelompok yang semakin meningkat dalam pengembangan sistem agribisnis di perdesaan. Misalnya, beberapa kelompok tani telah menerapkan dan mempersiapkan sarana pertanian guna memenuhi kebutuhan anggotanya, baik bersifat barang maupun pendanaan (Hermanto 2007).

Demikian halnya dengan gabungan kelompok tani (gapoktan) yang baru dibentuk pada bulan September 2006 dengan pengurus terdiri atas manajer, sekretaris, dan bendahara. Unit usaha yang baru dikembangkan, yaitu: unit Alsintan dan unit produksi/pemasaran (bidang tanaman pangan, peternakan dan perikanan). Dalam unit usaha alsintan/pasca panen dihimpun semua bentuk usaha yang menggunakan alsintan dalam mendukung implementasi sistem dan usaha agribisnis. Pada unit produksi/pemasaran difokuskan untuk mendukung pengembangan usahatani padi dan penangkaran benih, penggemukan sapi, produksi jamur, pupuk, dan produksi ikan (Hermanto 2007).

Selanjutnya klinik agribisnis juga telah dibentuk untuk mengembangkan pelayanan informasi teknologi dan agribisnis, pusat pelatihan petani dan tempat pertemuan teknis. Materi kegiatan klinik yang dikembangkan meliputi: (1) penguatan fasilitator melalui kegiatan pelatihan di bidang tanaman pangan, peternakan dan perikanan, pengelolaan perpustakaan dan pengelolaan peta peragaan inovasi teknologi, (2) pelayanan informasi teknologi (inisiasi perpustakaan), (3) konsultasi teknologi, (4) peragaan inovasi teknologi, seperti

26 peragaan penangkaran benih VUTB/VUB, pembuatan pupuk kompos kascing, pembuatan fermentasi jerami, teknologi budidaya jamur, dan pembuatan pakan formulasi (Hermanto 2007).

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari, klinik agribsinis di Desa Kertosari telah didukung oleh peneliti/penyuluh BPTP, staf dinas dan PPL. Keberadaan klinik tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kertosari sebagai tempat untuk belajar, berkonsultasi dan mengetahui berbagai informasi inovasi teknologi pertanian dan pengembangan usaha agribisnis. Bahkan klinik ini juga telah dikunjungi oleh Bupati beserta rombongan dalam rangka penilaian PKK desa untuk diperlombakan. Dalam hal ini Desa Kertosari, tidak saja muncul sebagai pemenang PKK tingkat kabupaten, namun juga sebagai juara I untuk tingkat Propinsi Sumatera Selatan (Hermanto 2007).

27 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional

Keberhasilan gapoktan sangat ditentukan oleh struktur dan infrastruktur kelembagaan. Struktur kelembagaan yang dimaksud adalah struktur organisasi beserta pembagian fungsi, struktur, dan kewenangan. Keberadaan struktur organisasi beserta pembagian fungsinya akan sangat membantu kelancaran dalam menjalankan roda organisasi. Selain struktur, infrastruktur kelembagaan berupa aturan main (rule of the game) juga sangat menentukan arah gerak dan keberhasilan kelembagaan. Aturan main yang jelas yang mengatur hubungan antar aktor dan hubungan dengan pihak lain akan menjamin kepastian dan keberhasilan interaksi antar aktor dengan pihak lain. Maka untuk mengetahui keberhasilan kelembagaan gapoktan harus diawali dengan menganalisis aturan main yang berlaku pada gapoktan tersebut.

Untuk lebih mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kelembagaan tersebut bekerja, maka dilakukan pula analisis lebih jauh terhadap aktor-aktor yang terlibat dalam gapoktan tersebut dan bagaimana pula kualitas hubungan antar aktor tersebut. Kualitas hubungan antar aktor diidentifikasikan oleh adanya harmonis, sinergi, konflik, dan lain-lain. Tentu saja aturan main yang baik akan tercermin dari kualitas hubungan antar aktor tersebut.

Kelembagaan gapoktan merupakan sebuah wadah representasi yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian di suatu wilayah. Transfer inovasi spesifik lokasi mengenai pertanian dikelola melalui kelembagaan sehingga gapoktan benar-benar menjalankan fungsinya sebagai wadah berhimpunnya interaksi berbagai

28 kelompok tani dengan lingkungan eksternal. Tata kelola yang demikian diharapkan dapat meningkatkan kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian di Desa Banyuroto. Namun kelembagaan itu sendiri seringkali kurang mengapresiasi kepentingan anggota. Oleh karenanya, perlu diadakan penelitian mengenai kualitas kelembagaan dalam mencapai tujuannya.

Hubungan antar aktor yang baik merupakan insentif bagi gapoktan untuk terus bekerja mencapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian, khususnya komoditi strawberry. Tujuan itu tidak mungkin tercapai tanpa adanya kelembagaan yang baik. Hasil studi ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara kelembagaan (struktur dan infrastruktur), interaksi antar aktor, dan keberhasilan, tujuan serta target yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pengelolaan gapoktan- gapoktan lainnya. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini disajikan pada Gambar 1 berikut ini.

29 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Keterangan:

= Aspek yang dikaji

= Komponen biaya transaksi = Rincian yang dikaji

KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO

Struktur kelembagaan (susunan dan fungsi

organisasi)

Infrastruktur Kelembagaan (aturan main)

Pola interaksi antar aktor (sinergi atau kompetisi)

Aktor Identifikasi aktor

Kualitas kelembagaan - Kemandirian petani

-Kesejahteraan ekonomi petani

- Keberlanjutan pertanian secara ekologi

Rekomendasi kebijakan Biaya

30 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data primer ke lapangan yang dilakukan mulai bulan Maret 2012 hingga selesai.

4.2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Adapun responden penelitian ini adalah petani anggota dan pengurus gapoktan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Gapoktan Desa Banyuroto, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, jurnal, buku, internet, maupun sumber lain yang dapat menyediakan data yang akan digunakan pada penelitian ini.

Data primer meliputi data mengenai kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian, pola interaksi antar aktor, karakteristik kelembagaan dalam Gapoktan Desa Banyuroto, stakeholders yang berperan, dan analisis kualitas kelembagaan terhadap peningkatan kemandirian dan kesejahteraan petani, serta keberlanjutan pertanian strawberry. Sedangkan data sekunder meliputi data tingkat kemiskinan, PDRB Kecamatan Sawangan, data

31 monografi desa, peraturan perundang-undangan, dan AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 1 menyajikan matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, parameter, dan cara mengumpulkan serta analisis data.

Tabel 1. Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Parameter atau Indikator, dan Cara Mengumpulkan serta Analisis Data

No. Tujuan

Penelitian

Parameter atau indikator Cara Mengumpulkan

dan Analisis Data

1. Menganalisis tata kelola dan kualitas

kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.

Identifikasi kelembagaan meliputi:

a. Tata kelola kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto

 Aktor-aktor yang terlibat dan pola interaksinya seperti apa

 Analisis konten kelembagaan berupa aturan main, yang terdiri dari aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan gapoktan beserta seluruh komponennya), aturan internal (aturan- aturan yang terkait dan berlaku di dalam keanggotaan gapoktan), boundary rule, peraturan mengenai monitoring dan sanksi, dan aturan mengenai penyelesaian konflik.

 Biaya transaksi yang timbul bisa berupa:  biaya setting kelembagaan

 biaya sosialisasi kelembagaan  biaya operasional bersama

Wawancara langsung kepada key person atau leading actor dalam gapoktan yang terkait

dan memiliki

pengetahuan, analisis dokumen, Peraturan Menteri, atau AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto dan menggunakan analisis biaya transaksi.

b. Kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto

 Kejelasan kelembagaan: Struktur, aturan, dan pengetahuan anggota tentang kelembagaan.

 Keefektivan kelembagaan: Partisipasi dalam kelembagaan dan efektivitas kelembagaan.

Kuesioner mengenai persepsi yang disusun berdasarkan skala likert kepada seluruh petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto. 2. Mengidentifikasi peran kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dalam mencapai keberhasilan usahatani strawberry.  Kemandirian petani

Bargaining position petani

 Kemandirian petani secara teknik bertanam

 kemampuan petani memenuhi kebutuhan modal

 Kesejahteraan ekonomi petani  Perbandingan pendapatan petani  Tingkat nilai tukar petani  Keberlanjutan pertanian

 Penggunaan pestisida organik  Penggunaan pupuk organik  Pencemaran air dan tanah

Kuesioner kepada para petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto dan untuk mendapatkan nilai pendapatan petani dan nilai tukar petani, maka dihitung dengan menggunakan rumus.

32 4.3. Metode Penentuan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan informan dan responden sebagai sumber data primer. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Sedangkan responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian.

Pengumpulan data diperoleh dengan wawancara secara mendalam (depth interview) menggunakan teknik pendekatan informan kunci (Key Informant Approach). Teknik pendekatan ini adalah teknik mengumpulkan data melalui orang-orang tertentu yang dipandang sebagai pemimpin, pengambil keputusan atau juga dianggap sebagai juru bicara dari kelompok atau komunitas yang jadi obyek pengamatan, dan orang tersebut dianggap akan bisa memberikan informasi akurat dalam mengidentifikasi masalah-masalah dalam komunitas tersebut (Rudito dan Famiola 2008).

Dalam penelitian ini informan kunci (key person) yang dipilih diantaranya adalah petinggi gapoktan atau tokoh masyarakat setempat. Pemilihan informan kunci ini didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui dan memiliki pengalaman secara mendalam terkait dengan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Sedangkan responden adalah seluruh petani yang bergabung dan merupakan keterwakilan dari seluruh kelompok tani yang ada di bawah Gapoktan Desa Banyuroto yang berjumlah 28 orang.

4.4. Metode dan Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data hasil

33 wawancara kedalam matriks, kemudian dilakukan pengkodean. Setelah pengkodean data, tahap selanjutnya adalah penghitungan persentase responden dan merepresentasikannya secara deskriptif melalui tabel dan grafik. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007.

4.4.1. Analisis Tata Kelola dan Kualitas Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik kelembagaan dan aturan Gapoktan Desa Banyuroto yang meliputi beberapa parameter yang bersifat kualitatif, yaitu: pertama, aktor dalam kelembagaan dianalisis dengan mengidentifikasi struktur kelembagaan yang terdapat dalam Gapoktan Desa Banyuroto. Kemudian masing-masing aktor tersebut diidentifikasi perannya dalam kelembagaan. Kedua, aturan main kelembagaan diklasifikasikan dalam lima bagian yaitu: (1) aturan formal, yang kemudian dibagi lagi menjadi aturan main eksternal dan internal; (2) aturan informal; (3) boundary rule; (4) monitoring dan sanksi; serta (5) aturan dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam pelaksanaan kelembagaan. Tabel 2 menyajikan matriks analisis kelembagaan gapoktan.

Tabel 2. Matriks Analisis Kelembagaan

Parameter Analisis

Profil kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto:  Identifikasi aktor dan karakteristik interaksi

aktor dalam kelembagaan.

 Identifikasi infrastruktur kelembagaan baik secara internal maupun eksternal.  Konten kelembagaan yang mengatur

hubungan antar aktor secara internal: 1. Aturan formal

2. Aturan informal 3. Boundary rule 4. Monitoring dan sanksi

5. Penyelesaian konflik dalam kelembagaan.

 Untuk mengetahui aktor-aktor utama dalam gapoktan dan mengetahui interaksi dari aktor-aktor tersebut. Aktor dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi struktur kelembagaan dengan peran masing-masing aktor tersebut.

 Mengetahui kualitas hubungan antar aktor : harmonis, sinergi, konflik, dan lain-lain.  Analisis konten untuk mengetahui aturan

34 Selain itu, interaksi antar aktor maupun antar stakeholder dianalisis dari hasil kuesioner dengan parameter keharmonisan dan sinergisme antar aktor yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Tabel 3 berikut ini menyajikan matriks hubungan antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.

Tabel 3. Matriks Hubungan Antar Aktor Maupun Antar Stakeholder dalam Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto

Indikator Parameter

Interaksi antar aktor maupun antar stakeholder

Untuk mengetahui bagaimana pola interaksi antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto, kategorinya adalah:

1. Keharmonisan antar aktor

Tinggi, jika semuanya berjalan selaras dan tidak ada konflik Sedang, jika masih terdapat konflik

Rendah, jika sering terjadi konflik 2. Sinergisme antar aktor

Tinggi, jika interaksi antar aktor saling mendukung dan bekerjasama

Sedang, jika interaksi antar aktor kurang saling mendukung dan bekerjasama

Rendah, jika interaksi antar aktor tidak saling mendukung dan bekerjasama

4.4.1.1. Analisis Biaya Transaksi

Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya setting, biaya sosialisasi, dan biaya untuk menjalankan organisasi. Biaya setting adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan sebuah kelembagaan, kemudian biaya sosialisasi meliputi biaya untuk melakukan sosialisasi dan implementasi kelembagaan. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya pengambilan keputusan (biaya pertemuan musyawarah anggota), biaya operasional bersama, dan biaya kumpul rutin. Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut:

35

TrC = ∑ Sij

Keterangan: TrC : Total Biaya Transaksi Sij : Komponen Biaya Transaksi 4.4.1.2. Analisis Kualitas Kelembagaan

Penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis kualitas kelembagaan dalam mencapai outcome kelembagaan yaitu peningkatan kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Selain itu, kualitas kelembagaan dianalisis untuk mengetahui bagaimana kelembagaan gapoktan tersebut selama ini bekerja menurut persepsi aktor-aktor yang bekerja di dalamnya. Untuk melihat persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kualitas kelembagaan, digunakan skala likert, yaitu antara 1sampai 3, dimana 3 = tinggi, 2 = sedang, dan 1 = rendah (Rianse dan Abdi 2009). Tabel 4 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.

Tabel 4. Matriks Analisis Kualitas Kelembagaan

Parameter Indikator

1. Kejelasan kelembagaan

1. Kejelasan struktur kelembagaan meliputi: a. Kelengkapan susunan pengurus.

b. Terdapat uraian kerja (pembagian tugas dan wewenang). c. Anggota kelembagaan mengetahui susunan pengurus.

d. Anggota kelembagaan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. e. Keteraturan waktu pergantian atau penyempurnaan pengurus

kelembagaan.

2. Kejelasan aturan merupakan analisis untuk mengetahui aturan informal yang dibuat secara tertulis atau lisan.

3. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan. 2. Keefektivan

kelembagaan

1. Partisipatif, indikatornya adalah: a. Demokrasi dalam kelembagaan 2. Efektivitas kelembagaan a. Perubahan perilaku.

b. Tingkat keberhasilan program.

Tabel parameter dan indikator analisis kualitas kelembagaan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.

36 4.4.2. Analisis Keberhasilan Gapoktan

Keberhasilan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto diindikasikan dengan adanya pengaruh dan peran kelembagaan terhadap kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian. Kemandirian petani dalam penelitian ini mencakup persepsi anggota gapoktan tentang tingkat bargaining position petani dalam hal pemasaran produk pertanian, kemandirian petani secara teknik bertanam, dan kemampuan petani memenuhi kebutuhan permodalan ketika bergabung dalam Gapoktan Desa Banyuroto.

Karakteristik keberlanjutan pertanian dilihat dari persepsi petani mengenai tingkat penggunaan pupuk dan pestisida organik, serta tingkat pencemaran air dan tanah yang ditimbulkan akibat kegiatan pertanian di Desa Banyuroto. Keberlanjutan pertanian dilihat pada inovasi tanaman strawberry dan pemakaiannya pada produk pertanian lain yang sudah biasa ditanam oleh para petani anggota. Kesemuanya kemudian dianalisis bagaimana kaitannya dengan kualitas kelembagaan gapoktan.

Persepsi mengenai tingkat kemandirian petani dan keberlanjutan pertanian strawberry didapatkan melalui skala likert dengan skala 1 sampai 3. Sedangkan untuk tingkat kesejahteraan petani anggota dilihat melalui parameter perbandingan pendapatan antar usahatani dan nilai tukar petani. Kemudian dari semua hasil parameter outcome kelembagaan tersebut dianalisis secara deskriptif dan dikaitkan hubungannya dengan kualitas kelembagaan Gapoktan. Tabel 5 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis keberhasilan Gapoktan Desa Banyuroto.

37 Tabel 5. Matriks Analisis Keberhasilan Gapoktan

Parameter Indikator

1. Kemandirian petani

 Peningkatan bargaining position petani setelah bergabung dengan gapoktan, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

- Sedang, jika petani kurang punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

- Rendah, jika petani tidak punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal.

 Kemampuan petani dalam teknik bercocok tanam strawberry, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani telah mampu bercocok tanam tanpa pendampingan dari penyuluh.

- Sedang, jika petani telah mampu bercocok tanam masih ada pendampingan dari penyuluh.

- Rendah, jika petani telah mampu bercocok tanam harus ada pendampingan dari penyuluh.

 Kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan untuk menjalankan usahataninya, kategorinya adalah:

- Tinggi, jika petani mampu memenuhi kebutuhan dan tidak lagi kesulitan mengakses modal.

- Sedang, jika kemampuan petani biasa saja dalam mengakses modal. - Rendah, jika petani tidak mampu dan sangat kesulitan mengakses

modal. 2. Kesejahteraan

ekonomi Petani

Untuk menghitung pendapatan petani merujuk pada Doll dan Orazen (1984) dalam Sahara et al. (2010) dan untuk menghitung nilai tukar petani merujuk pada Sunanto dan Sahardi (2006).

3. Keberlanjutan pertanian