• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Wisata Air Situ Gede terletak di pinggir jalan di kawasan kelurahan Situ Gede dan kawasan hutan CIFOR (Center for International Forestry Research) yang masih terjaga kelestariannya. Bab ini akan membahas mengenai bagaimana dampak sosial ekologi yang dialami oleh masyarakat akibat adanya wisata, yaitu tingkat gangguan terhadap sumber air, yang meliputi kondisi sumber air dan kualitas air minum, tingkat pencemaran air dan lingkungan yang meliputi kesuburan tanah, kondisi air, dan pemukiman penduduk.

Tingkat Gangguan terhadap Sumber Air

Tingkat gangguan terhadap sumber air adalah tingkat gangguan pada kondisi sumberdaya air meliputi kuantitas maupun kualitas air yang tersedia, yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Pengukuran ditentukan berdasarkan pada kondisi sumber air dan kualitas air minum responden.

Kondisi Sumber Air

Kondisi sumber air adalah kondisi sumberdaya air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Kondisi sumber air yang dimaksud adalah kondisi air Situ Gede. Hal yang dilihat apakah mengalami perubahan warna atau tidak. Terdapat jawaban yang beragam dari tiap responden. Ada yang mengatakan air Situ Gede berubah warna, ada juga yang mengatakan tidak. Air Situ Gede berubah warna karena dahulu warna air Situ Gede sangat jernih atau “bening” (bening adalah istilah yang digunakan responden untuk mengatakan bersih), sekarang berwarna atau “putih” (putih adalah istilah yang digunakan responden untuk mengatakan kotor). Responden yang mengatakan air Situ Gede tidak berubah warna umumnya karena mereka tidak terlalu memperhatikan bahkan sangat jarang mengunjungi Situ Gede. Ada juga responden karena rumahnya cukup jauh dari Situ Gede sehingga tidak memperhatikan apakah air Situ Gede mengalami perubahan atau tidak (Gambar 10).

Gambar 10 Kondisi sumber air di kawasan wisata air Situ Gede

Menurut responden, warna air situ berwarna karena banyaknya sampah yang dibuang dan limbah rumahtangga yang dialirkan ke Situ Gede. Selain itu, aliran air dari beberapa sungai maupun dari beberapa situ kecil di sekitar Situ Gede menyebabkan air

80% 20%

Kondisi Sumber Air

Berwarna Tidak Berwarna

yang dulunya “bening” menjadi “putih”. Perubahan warna air ini menyebabkan masyarakat tidak mau menggunakan air Situ Gede untuk keperluan sehari-hari, baik untuk mencuci piring sekalipun. Perubahan warna air ini membuat masyarakat enggan untuk berenang di sana, walaupun anak-anak kecil masih terlihat bermain di Situ Gede, tetapi mereka memilih tempat yang warna airnya masih bersih dan tidak terlalu dalam.

Kesesuaian wisata bebek-bebekan yang sangat sesuai dengan daya dukung sebanyak 64 orang per hari cukup berpengaruh terhadap perubahan warna air ini. Pengunjung yang datang ke Situ Gede membuang sampah ke Situ Gede, baik di pinggiran maupun ke dalam air. Dengan menaiki bebek-bebekan, pengunjung akan mengayuhnya, sehingga air yang di dasar pun akan berputar. Tanah-tanah akan terangkat ke atas, kotoran maupun sampah yang telah mengendap di dasar air menjadi naik ke atas sehingga mengotori air. Lama kelamaan air menjadi kotor dan berwarna. Adanya wisata situ berpengaruh terhadap perubahan warna air Situ Gede.

Kualitas Air Minum

Kualitas air minum adalah kondisi air minum secara fisik dilihat dari bersih atau kotornya air minum tersebut. Pengukuran dilakukan mulai dari skor terendah dari keadaan air yang buruk. Kualitas air minum yang ditanyakan kepada responden adalah kualitas sumber air minum yang digunakan. Dalam Tabel 8 terlihat bahwa kualitas air minum yang digunakan oleh masyarakat tetap bersih. Akan tetapi masyarakat tidak menggunakan air yang berasal dari Situ Gede sebagai sumber air minum mereka, karena sekarang air Situ Gede sudah berwarna dan kotor, sehingga mereka tidak mau meminumnya.

Tabel 8 Persentase kualitas air minum Situ Gede

Kualitas Air Minum Jumlah Persentase

Baik 30 100.00

Buruk 0 0.00

Total 30 100.00

Dalam penelitian ini, lebih banyak responden mengatakan bahwa sumber air minumnya menggunakan air dari sumur bor. Sedikit yang menggunakan sumber air minum galon ataupun isi ulangnya. Responden yang menggunakan sumber air minum galon mengatakan bahwa air galon lebih bersih. Air sumur hanya digunakan untuk aktivitas mandi dan mencuci (Tabel 9).

.

Tabel 9 Persentase jenis sumber air minum penduduk

Jenis Sumber Air Minum Jumlah Persentase (%)

PDAM 0 0.00

AQUA dan sejenisnya (isi ulang maupun tidak) 1 3.33

Pompa Sanyo (dari Situ Gede) 0 0.00

Lainnya (Sumur Bor) 29 96.67

Total 30 100.00

Penggunaan sumur bor bagi hampir seluruh masyarakat Situ Gede mempunyai alasan tertentu. Alasan utama nya adalah karena PDAM belum masuk sepenuhnya ke daerah Situ Gede, masih hanya sebatas penanaman pipa air nya. Hal ini seperti yang

dituturkan oleh salah seorang warga, “...ga ada PDAM yang masuk neng. Baru masang

pipa itu mah...” (BS, 52 tahun). Menurut warga, sumber air minum yang mereka

gunakan tidak pernah berganti dalam waktu satu tahun terakhir. Mereka sudah cukup puas dengan sumber air minumnya. Hal ini seperti yang dituturkan oleh salah seorang warga, “...atuh ini aja udah bersih neng. Ga bau lagi...”. Demikian jawaban dari hampir semua responden ketika ditanyakan mengapa tidak mau mengubah sumber air minumnya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia tidak mampu untuk memasang PDAM untuk air minumnya, “...mahal neng. Belom lagi bayar tiap bulannya, masangnya aja udah mahal, belom lagi bayar per bulannya...” (AC, 50 tahun).

Masyarakat tidak mau menggunakan air dari Situ Gede karena sudah berwarna dan kotor. Masyarakat tidak mau menggunakannya bahkan untuk mencuci dan kegiatan rumahtangga lainnya. Pernah ada satu responden (FN, 38 tahun) mengungkapkan dengan penuturan seperti ini, “...dulu saya masih mau minum air setu, sekarang mah

udah kotor gitu, udah jijik...”. Kesesuaian wisata bebek-bebekan yang sangat sesuai

dengan daya dukung sebanyak 64 orang per hari berpengaruh terhadap kualitas air minum masyarakat. Hal ini karena air Situ Gede yang kotor akibat aktivitas wisata, sehingga masyarakat menggunakan sumber air minum bukan dari Situ Gede, tetapi dari air tanah berupa sumur bor. Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kualitas air minum masyarakat sekitar.

Tingkat Pencemaran Air dan Lingkungan

Tingkat pencemaran air dan lingkungan dilihat dari kondisi tanah dan air Situ Gede, serta kondisi lahan yang dimanfaatkan untuk lahan pemukiman/perumahan. Kondisi tanah dan air dilihat dari kesuburan tanah dan kondisi air Situ Gede.

Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah di sekitar Situ Gede tergolong subur. Sebanyak 28 responden mengatakan bahwa lahan di sekitar Situ Gede tergolong subur. Selain tanaman padi, tanaman hortikultura, tanaman keras, maupun tanaman hias bisa tumbuh di sana. Hal ini disebabkan karena sumber air sangat dekat, merupakan daerah resapan air, serta banyak humus/pupuk.

Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Banyaknya pengunjung dan masyarakat yang membuang sampah ke dalam maupun di pinggiran Situ Gede menyebabkan kesuburan tanah menjadi terganggu. Walaupun demikian, jika ditanam padi di sekitar kawasan wisata air Situ Gede masih bisa dipanen sebanyak tiga kali dalam satu tahun (Gambar 11), seperti yang dituturkan oleh salah seorang warga,

“...masih subur dik. Masih bisa panen padi tiga kali dalam setahun. Cuman yang bisa

ditanam selain itu hanya palawija, karena keterbatasan lahan kalau itu...” (Bapak US, 41 tahun).

Keterbatasan lahan ini disebabkan adanya pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu juga karena lahan dijadikan empang oleh masyarakat sebagai tambahan pendapatan mereka. Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kesuburan tanah tanah. Hal ini menurunkan kesuburan tanah kawasan wisata air Situ Gede karena banyaknya sampah yang dibuang di pinggir maupun di dalam Situ Gede.

Gambar 11 Tingkat kesuburan tanah di kawasan wisata air Situ Gede

Kondisi Air

Kondisi air dilihat dari ada tidaknya sampah di dalam dan di sekitar jalan Situ Gede. Hal ini terlihat sangat jelas di Situ Gede. Sampah berserakan di dalam maupun di pinggiran air. Bahkan terlihat sampah yang sudah mengendap di dalam air. Beberapa responden mengatakan bahwa sampah tersebut berasal dari pengunjung saja. Responden yang lain mengatakan bahwa sampah tersebut berasal dari masyarakat sekitar. Sampah dari masyarakat dibuang ke kali (aliran air) yang airnya mengalir ke dalam Situ Gede, sehingga sampah dari masyarakat masuk ke dalam Situ Gede (Gambar 12). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pemancing di kawasan Situ Gede, “...atuh

masyarakatnya buang sampah ke kali neng.. air dari kali kan masuknya ke sini...” (E, 28

tahun). Warga yang lain juga menuturkan hal yang sama, “...iya neng, sampah banyak

tuh di pinggir setu.. dari masyarakat tuh...buang sampah ke kali, ngalir ke setu...” (A, 50

tahun).

Gambar 12 Sumber sampah yang ada di kawasan wisata air Situ Gede Hal ini sangat berbeda dengan salah satu warga yang mengatakan bahwa sampah itu berasal dari pengunjung. Beliau menuturkan seperti ini, “...itu sebenarnya sampah pendatang, warga sini udah berpikir, tapi yang dateng pada bawa. Yang lewat juga bawa

sampah, jadi semacam “sampah titipan” dari rumah...” (N, 51 tahun). Berdasarkan

gambar 14 dapat dilihat bahwa sumber pembawa sampah terbanyak adalah masyrakat sekitar, yaitu sebanyak 43 persen. Banyaknya sampah ini membuat air Situ Gede menjadi tercemar (Tabel 10).

93% 7%

Tingkat Kesuburan Tanah

Subur Tidak Subur 43% 30% 27% Sumber Sampah Masyarakat Pengunjung/Wisatawan Masyarakat dan Pengunjung/Wisatawan

Tabel 10 Persentase kondisi air Situ Gede

Kondisi Air Jumlah Persentase (%)

Tercemar 30 100.00

Tidak tercemar 0 0.00

Total 30 100.00

Adanya wisata Situ Gede tidak berpengaruh terhadap kondisi air. Kawasan wisata air Situ Gede dengan pengunjung yang bebas keluar dan masuk menyebabkan pengunjung bebas membuang sampah. Kesadaran membuang sampah di kalangan masyarakat dirasakan masih kurang, sehingga sampah masih banyak yang dibuang ke dalam air, baik melalui aliran air kali, maupun membuang kedalam air langsung. Selain itu ketersediaan tempat sampah dirasakan masih kurang, sehingga pengunjung membuang sampah kedalam Situ Gede.

Pemukiman Penduduk

Berdasarkan data monografi kelurahan Situ Gede, peruntukan lahan untuk jalan sebesar 2 hektar, sawah sebesar 65 hektar, ladang sebesar 1 hektar, bangunan umum sebesar 1 hektar, empang sebesar 3 hektar, jalur hijau sebesar 1 hektar, pekuburan sebesar 2.5 hektar, lain-lain sebsar 1.2 hektar. Penggunaan lahan untuk perkantoran sebanyak 3 hektar, irigasi tekhnis sebesar 2 hektar, perladangan sebesar 5 hektar, dan tegalan sebesar 2 hektar. Tanah yang dikelola berupa hutan sebesar 50 hektar.

Pemukiman penduduk tersebar di sekitar kawasan Situ Gede. Ada juga pemukiman penduduk yang berada di pinggiran Situ Gede. Selain pemukiman penduduk, terlihat juga bangunan untuk perkantoran dan bangunan perumahan. Bangunan kantor lurah Situ Gede berada tepat di pinggir Situ Gede, bangunan kantor CIFOR berada di dalam hutan Situ Gede, bangunan kantor LPM Situ Gede berada di dalam hutan Situ Gede, bangunan perumahan ada yang dekat dengan Situ Gede dan ada juga yang jauh dari Situ Gede, misalnya : Situ Gede Residence. Menurut data monografi kelurahan Situ Gede, komplek pemukiman berupa BTN yang memiliki 60 unit rumah seluas 2 ha.

Menurut salah satu warga, perumahan itu awalnya hanya diijinkan untuk dijadikan kos-an, sekarang diubah menjadi kawasan perumahan kecil. Salah satu warga mengatakan bahwa kelangsungan pembangunan di kawasan Situ Gede tidak berlangsung setiap bulan, tetapi beberapa kali dalam satu tahun, sehingga kelangsungan pembangunannya tergolong kategori sedang. Pembangunan yang ada sebenarnya mempengaruhi tidak suburnya lahan di kawasan Situ Gede. Menurut LPM, hal ini juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya lahan produktif kawasan Situ Gede. Akan tetapi, pembangunan yang dilakukan tidak cukup sering, sehingga adanya pembangunan tidak menganggu adanya kawasan wisata Situ Gede. Adanya wisata Situ Gede tidak berpengaruh terhadap pemukiman penduduk. Adanya wisata Situ Gede tidak mempengaruhi pembangunan pemukiman maupun pembangunan sarana tempat tinggal lainnya, walaupun terlihat banyak pemukiman penduduk di kawasan wisata Situ Gede.

Ikhtisar

Tingkat gangguan terhadap sumber air adalah tingkat gangguan pada kondisi sumberdaya air meliputi kuantitas maupun kualitas air yang tersedia, yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Adanya wisata situ berpengaruh terhadap perubahan warna air Situ Gede. Perubahan warna air situ dari yang tidak berwarna menjadi berwarna karena banyaknya sampah yang dibuang dan limbah rumahtangga yang dialirkan ke Situ Gede. Pengunjung yang datang ke Situ Gede membuang sampah ke Situ Gede, baik di pinggiran maupun ke dalam air. Kesesuaian wisata bebek-bebekan dengan daya dukung sebanyak 64 orang per hari cukup berpengaruh terhadap perubahan warna air ini. Adanya wisata situ berpengaruh terhadap kualitas air minum masyarakat. Masyarakat tidak mau menggunakan air dari Situ Gede karena sudah berwarna dan kotor. Masyarakat juga tidak mau menggunakannya bahkan untuk mencuci dan kegiatan rumahtangga lainnya.

Tingkat pencemaran air dan lingkungan dilihat dari kondisi tanah dan air Situ Gede, serta kondisi lahan yang dimanfaatkan untuk lahan pemukiman/perumahan. Kondisi tanah dan air dilihat dari kesuburan tanah dan kondisi air Situ Gede. Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Banyaknya pengunjung dan masyarakat yang membuang sampah ke dalam maupun di pinggiran Situ Gede menyebabkan kesuburan tanah menjadi terganggu. Walaupun demikian, jika ditanam padi di sekitar kawasan wisata air Situ Gede masih bisa dipanen sebanyak tiga kali dalam satu tahun.

Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kondisi air. Kawasan wisata air Situ Gede dengan pengunjung yang bebas keluar dan masuk menyebabkan pengunjung bebas membuang sampah. Kesadaran membuang sampah di kalangan masyarakat dirasakan masih kurang, sehingga sampah masih banyak yang dibuang kedalam air, baik melalui aliran air kali, maupun membuang ke dalam air langsung. Selain itu ketersediaan tempat sampah dirasakan masih kurang, sehingga pengunjung membuang sampah kedalam Situ Gede.

Kelangsungan pembangunan di kawasan Situ Gede tidak berlangsung setiap bulan, tetapi beberapa kali dalam satu tahun, sehingga kelangsungan pembangunannya tergolong kategori sedang. Hal ini tidak mengganggu kawasan wisata Situ Gede, walaupun terlihat banyak pemukiman penduduk di kawasan wisata Situ Gede.

ANALISIS KRISIS EKOLOGI TERHADAP SOSIAL-EKOLOGI