• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan, dan dikelola secara berkelanjutan. Adanya wisata mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan. Perkembangan wisata salah satunya dapat terlihat dari jumlah pengunjung/wisatawan. Wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam maupun kebudayaan akan memberikan dampak bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata tersebut. Dampak ini meliputi dampak ekonomi, sosial, dan ekologi.

Bab ini akan membahas mengenai bagaimana dampak sosio-ekonomi yang dialami oleh masyarakat akibat adanya wisata, meliputi tingkat pendapatan, peluang kesempatan kerja, dan perubahan mata pencaharian.

Tingkat Pendapatan

Pengukuran tentang struktur pendapatan masyarakat pada penelitian ini hendak menduga sejauh mana dampak sosio-ekonomi akibat wisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk mengukur hal tersebut dilakukan analisis terhadap struktur nafkah atau struktur pendapatan warga setempat. Pendapatan responden berasal dari non pertanian, seperti warung, dagang, karyawan, supir, bengkel, pensiunan, wiraswasta, dan lainnya. Umumnya pendapatan diperoleh dari suami atau istri saja. Pendapatan tambahan bisa dari usaha sampingan maupun pemberian anak.

Responden dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Perhitungan pendapatan diperoleh dari total pendapatan keluarga yang meliputi pendapatan per bulan. Total tersebut digolongkan melalui pengujian statisik dalam bentuk grafik histogram untuk mengkategorikan tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan dibedakan menjadi tiga, yaitu kategori tinggi jika pendapatan lebih besar dari (mean+standar deviasi), yaitu lebih besar dari Rp 6026350,235. Kategori rendah jika pendapatan lebih kecil dari (mean- standar deviasi), yaitu lebih kecil dari Rp 562650,765. Kategori sedang, yaitu antara Rp 562650,765- Rp 6026350,235, seperti terlihat dalam Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2 Uji histogram tingkat pendapatan masyarakat di kawasan wisata air Situ Gede

Gambar 3 Kategori tingkat pendapatan masyarakat di kawasan wisata air Situ Gede Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kategori tingkat pendapatan tinggi sebanyak 3.33 persen, kategori sedang sebesar 3.33 persen, dan kategori rendah sebesar 93.33 persen. Adanya wisata tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumahtangga masyarakat di kawasan wisata Situ Gede. Hal ini karena responden bekerja di luar kawasan wisata situ, seperti wiraswasta, PNS, buruh, supir perusahaan, dan lainnya, sehingga masyarakat tidak terkena dampak wisata.

Peluang Usaha dan Kerja

Adanya penetapan kawasan wisata ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek termasuk kesempatan kerja yang diperoleh masyarakat lokal. Pengelolaan wisatawan ini sangat diperlukan untuk mempermudah wisatawan menikmati obyek yang ada dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Pengelolaan ini dilakukan oleh LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) Situ Gede. Adanya kawasan wisata diharapkan akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Akan tetapi, untuk kawasan wisata air Situ Gede hal itu tidak terlalu terlihat. Menurut mereka, hampir tidak ada peluang kerja yang ditemukan di kawasan wisata ini. Hal ini juga karena fasilitas wisata air yang tidak memadai sehingga kurang membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar (Gambar 6). Terlihat adanya pedagang di kawasan Situ Gede, akan tetapi mereka bukanlah masyarakat asli Situ Gede. Mereka hanyalah pendatang yang berdagang di sekitar Situ Gede, seperti yang

diungkapkan oleh salah satu pedagang soto (OD, 28 tahun), “...saya mah bukan asli

orang sini neng, cuma saya berjualan disini, lumayanlah buat ngirim ke rumah...”.

Masyarakat sekitar lebih banyak bekerja di sektor non pertanian dan umumnya bekerja di luar kawasan wisata Situ Gede (Gambar 4).

Gambar 4 Peluang usaha dan kerja di kawasan wisata air Situ Gede Selain kurangnya fasilitas wisata air, tidak adanya tiket masuk ke daerah Situ Gede menyebabkan tidak adanya peluang masyarakat untuk bekerja di bidang adminstrasi. Terlihat dengan jelas bahwa sebanyak 73 persen mengatakan bahwa sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena cenderung tidak ada peluang usaha dan kerja. Terlebih di kawasan wisata Situ Gede. Peluang usaha yang bisa dilakukan di daerah kawasan wisata Situ Gede diantaranya berdagang. Selain karena kurangnya modal untuk membuka usaha, kemauan dan keterampilan juga masih kurang, sehingga pedagang yang ada di kawasan wisata air Situ Gede masih tergolong sedikit. Padahal berdagang di kawasan wisata cukup menjanjikan.

Peluang kerja dirasakan masih kurang, karena kurangnya keterampilan dan tingkat pendidikan yang dimiliki. Peluang kerja yang bisa ditemukan di kawasan wisata air Situ Gede diantaranya sebagai petugas administrasi, petugas kebersihan, dan juga petugas keamanan. Akan tetapi, petugas keamanan sudah tersedia, seperti hansip dan juga petugas parkir. Selain itu, petugas kebersihan juga sudah ada, yang dilakukan oleh pihak kebersihan dari kabupaten. Selain itu, ada jadwal kebersihan yang ditetapkan pihak kelurahan, yaitu setiap hari Jumat bersama pihak LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) yang melibatkan masyarakat secara bergantian tiap RW. Petugas administrasi tidak ada karena tidak ada retribusi untuk memasuki wilayah Situ Gede, sehingga tidak diperlukan. Untuk administrasi menaiki bebek-bebekan langsung diberikan kepada petugas bebek-bebekan tersebut.

Inilah yang menjadi alasan mengapa peluang usaha dan kerja masih dirasakan sulit di kawasan wisata air Situ Gede. Adanya wisata Situ Gede sebagai kawasan wisata dirasakan tidak berpengaruh terhadap terciptanya peluang usaha dan kerja masyarakat. Selain kurangnya kemauan dan modal yang dimiliki oleh masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki juga berpengaruh terhadap terciptanya peluang usaha dan kerja di kawasan wisata air Situ Gede. Selain itu, masyarakat kawasan Situ Gede juga lebih banyak yang bekerja di wilayah Jakarta dan wilayah di luar kawasan Situ Gede. Mereka lebih tertarik untuk bekerja di kantor, menjadi wiraswasta, dan jenis pekerjaan lainnya di luar bidang pariwisata.

Perubahan Mata Pencaharian

Perubahan mata pencaharian adalah perubahan pekerjaan dari bidang pertanian menjadi bidang non-pertanian. Dalam penelitian ini, hampir seluruh responden tidak bekerja di bidang pertanian. Semua responden bekerja di bidang non-pertanian, seperti

73% 27%

Peluang Usaha dan Kerja

Sulit Mudah

dapat dilihat dalam lampiran 4. Menurut responden, tidak ada perubahan mata pencaharian setahun terakhir karena pekerjaan mereka tidak ada yang berubah. Pekerjaan yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat Situ Gede umumnya tidak berubah sepanjang satu tahun terakhir. Umumnya masyarakat bekerja di bidang jasa (non pertanian), yaitu sebanyak 35 persen.

Ikhtisar

Adanya wisata tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumahtangga. Hal ini karena responden bekerja di luar kawasan wisata situ, seperti wiraswasta, PNS, buruh, supir perusahaan, dan lainnya, sehingga masyarakat tidak terkena pengaruh wisata Situ Gede.

Adanya wisata Situ Gede sebagai kawasan wisata dirasakan tidak berpengaruh terhadap terciptanya peluang usaha dan kerja masyarakat. Selain kurangnya kemauan dan modal yang dimiliki oleh masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki juga berpengaruh terhadap terciptanya peluang usaha dan kerja di kawasan wisata air Situ Gede. Selain itu, masyarakat kawasan Situ Gede juga lebih banyak yang bekerja di wilayah Jakarta dan wilayah di luar kawasan Situ Gede. Masyarakat lebih tertarik untuk bekerja di kantor, menjadi wiraswasta, dan jenis pekerjaan lainnya di luar bidang pariwisata.

Tidak ada perubahan mata pencaharian masyarakat selama setahun terakhir karena pekerjaan masyarakat tidak ada yang berubah. Pekerjaan yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat Situ Gede umumnya tidak berubah sepanjang satu tahun terakhir. Umumnya masyarakat bekerja di bidang jasa (non pertanian), yaitu sebanyak 35 persen.