Composition of the Income Distribution
ANALYSIS OF COMPREHENSIVE PROFIT AND LOSS INCOME
Pembahasan dan Analisa Manajemen
Management Discussion and Analysis
Pendapatan Income
Rp (Juta) IDR (Million)
Sewa pembiayaan Pembiayaan konsumen Anjak piutang
Sewa operasi - properti investasi Sewa operasi - kendaraan Bunga
Keuntungan belum direalisasi investasi jangka pendek Keuntungan kurs mata uang asing - bersih
Pendapatan lain-lain
Jumlah Pendapatan
Finance lease Consumer financing Factoring Operating Lease - investment properties Operating Lease - vehicle Interest Unrealized gain on short term investment
Gain on foreign exchange rate - net Other income Total Income 182,151 403,158 184,299 540 9,348 19,723 145 5,069 75,639 880,072 164,843 333,723 115,938 540 7,417 7,251 355 342 69,948 700,357 10.5% 20.8% 59.0% 0.0% 26.0% 172.0% -59.2% 1382.2% 8.1% 25.7% 2012 2011 PerubahanChange/
Pendapatan Perseroan berasal dari pendapatan sewa pembiayaan, pembiayaan konsumen, anjak piutang, sewa operasi-properti investasi, sewa operasi-kendaraan, bunga, keuntungan belum direalisasi investasi jangka pendek, keuntungan kurs mata uang asing, dan pendapatan lain-lain.
Jumlah pendapatan di tahun 2012 adalah sebesar Rp 880 miliar meningkat 26% dibandingkan dengan jumlah pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp 700 miliar. Secara keseluruhan pendapatan yang berasal dari kegiatan utama seperti sewa pembiayaan, pembiayaan konsumen dan anjak piutang mengalami kenaikan, namun kenaikan terbesar diperoleh dari pembiayaan anjak piutang yang jumlah pendapatannya di tahun 2012 meningkat 59% dibandingkan tahun sebelumnya bahkan dalam tahun 2012 ini, jumlah pendapatan yang berasal dari pembiayaan anjak piutang melebihi jumlah pendapatan sewa pembiayaan. Sementara itu, jumlah pendapatan yang berasal dari transaksi pembiayaan konsumen masih menjadi komponen terbesar dari pendapatan yang diperoleh Perseroan.
Bisnis sewa pembiayaan fokus pada pembiayaan barang modal seperti alat berat khususnya untuk pertambangan dan perkebunan, kendaraan bekas niaga dan non niaga, tongkang, tug boat, mesin produksi, dan lainnya. Sebagian besar pendapatan sewa pembiayaan Perseroan diperoleh dari pembiayaan alat berat. Pendapatan dari sewa pembiayaan memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 182 miliar atau 21% dari jumlah pendapatan Perseroan di tahun 2012. Meskipun jumlah pendapatan Perseroan di tahun 2012 meningkat lebih kurang 11% dibandingkan jumlah pendapatan tahun 2011 yang sebesar Rp 165 miliar, namun kontribusi jumlah pendapatan sewa pembiayaan turun dari 24% di tahun 2011 menjadi 21% di tahun 2012. Bisnis sewa pembiayaan khususnya alat berat mulai kembali bangkit pada semester kedua tahun 2011, setelah pada tahun 2010 sampai pertengahan tahun 2011, industri pembiayaan alat berat mengalami kekurangan pasokan alat berat baru dari Jepang karena negara produsen alat berat dengan merk terkenal seperti Komatsu, Hitachi dan Kobelco tersebut dilanda gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,9 skala richter yang menimbulkan gelombang tsunami di negara tersebut. Pada tahun 2012, dengan kondisi ekonomi global yang masih belum pulih dan berdampak pada penurunan harga barang komoditas, dan tentu saja mengakibatkan turunnya permintaan akan alat berat, maka Perseroan mengambil strategi untuk lebih berhati- hati dalam melakukan pembiayaan alat berat khususnya sektor pertambangan, untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah kredit bermasalah yang timbul karena konsumen menunda pembayaran angsurannya. Perseroan lebih fokus pada pembiayaan alat berat pada sektor perkebunan. Langkah ini masih berdampak positif pada kenaikan pendapatan dari sewa pembiayaan meskipun terjadi penurunan jumlah pembiayaan Perseroan di tahun 2012 sebesar 15% dari jumlah pembiayaan sebesar Rp 803 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 679 miliar di tahun 2012.
Pendapatan Sewa Pembiayaan
The Company's Income is derived from finance lease (leasing), consumer financing, factoring, investment property operating lease, vehicle operating lease, interest, short-term unrealized gain, gain on foreign exchange rates, and other incomes.
In 2012, the Company's total income reached Rp 880 billion, up by 26% from Rp 700 billion in 2011. Overall, income derived from the main activities such as lease financing, consumer financing and factoring increased, but the largest increase is generated from factoring with total revenues growing by 59% in 2012 compared with the previous year, even in 2012, total income from factoring exceeded the income from lease financing. Meanwhile, total income from consumer financing transactions remained the largest contributor to the total income of the Company.
Finance Lease (Leasing) Income
The Company's leasing activities focused on capital goods financing, such as heavy equipment, especially for mining and plantation, used commercial and non-commercial vehicles, barges, tug boats, production machineries, and others. Most of the Company's income from leasing is derived from heavy equipment financing. Income from leasing contributed Rp 182 billion or 21% to the Company's total income in 2012. Eventhough total Company's income in 2012 rose by 11% from Rp 165 billion in 2011, the contribution to total income from leasing went down from 24% in 2011 to 21% in 2012.
The business of leasing especially heavy equipment resumed its growth in the second semester of 2011, after in 2010 up to mid 2011, financing industry for heavy equipment suffered from reduced supply of new heavy equipment from Japan, as top heavy equipment manufacturers in Japan—Komatsu, Hitachi, and Kobelco—were adversely hit by the 8.9-Richter Scale earthquake and tsunami. In 2012, with global economic conditions not yet recovered and brought the impact on decrease of price of commodities, and certainly caused decrease in demand for heavy equipment, The company took the strategy to be more prudent in financing heavy equipment especially in the mining sector, to anticipate increase in the amount of non- performing loan due to consumers postponing their installment payment. The Company focused more on financing for heavy equipment in the plantation sector. This measure still gave positive effects on the increase of income from leasing despite a decrease in the total financing of 15% in 2012 from Rp 893 billion in 2011 to Rp 679 billion in 2012.
Pembahasan dan Analisa Management
Pendapatan Pembiayaan Konsumen
Pendapatan Anjak Piutang
Pendapatan Sewa Operasi – Properti Investasi
Pendapatan Sewa Operasi – Kendaraan
Bisnis pembiayaan konsumen Perseroan fokus pada pembiayaan mobil bekas yang berdasarkan jumlah pembiayaan mencapai lebih kurang 88% dari jumlah pembiayaan kendaraan. Pembiayaan konsumen dilakukan oleh Perseroan dengan bermitra dengan showroom-showroom yang ada di setiap cabang-cabang Perseroan. Pada tahun 2012, pendapatan dari pembiayaan konsumen masih merupakan pendapatan utama Perseroan yang memberikan kontribusi sebesar 46% dari jumlah pendapatan dan jumlah pendapatan dari pembiayaan konsumen meningkat sebesar 21% dari Rp 334 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 403 miliar di tahun 2012. Diterapkannya Peraturan Menteri Keuangan mengenai uang muka kredit pembelian kendaraan melalui perusahaan pembiayaan di tahun 2012, berdampak pada menurunnya jumlah pembiayaan kendaraan bermotor baik mobil maupun motor. Peraturan tersebut dirasakan cukup berat bagi konsumen karena jumlah uang muka yang harus dibayarkan saat konsumen akan membeli mobil atau motor akan bertambah. Peraturan tersebut berpengaruh pada kinerja perusahaan pembiayaan di tahun 2012 termasuk Perseroan. Jumlah pembiayaan baru Perseroan di tahun 2012 turun sebesar 28% dari sebesar Rp 2,4 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 1,7 triliun di tahun 2012.
Jika pada pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan jumlah pembiayaan baru di tahun 2012 mengalami penurunan, berbeda dengan pembiayaan baru anjak piutang. Pada tahun 2012, jumlah pembiayaan baru anjak piutang mengalami kenaikan sebesar 49% dari sebesar Rp 989 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 1.469 miliar di tahun 2012. Sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan barunya, jumlah pendapatan anjak piutang di tahun 2012 ini juga mengalami kenaikan yang signifikan dan meningkat sebesar 59% dari Rp 116 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 184 miliar di tahun 2012. Jumlah pendapatan tersebut memberikan kontribusi sebesar 21% dari jumlah pendapatan di tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dimana pendapatan dari anjak piutang hanya memberikan kontribusi sebesar 17%. Bahkan pada tahun 2012 ini, jumlah pendapatan yang berasal dari anjak piutang melampaui pendapatan yang berasal dari sewa pembiayaan.
Properti investasi adalah tanah dan bangunan yang dimiliki Perseroan dan disewakan serta menghasilkan pendapatan sewa operasi. Perseroan memiliki dua bidang tanah dan fasilitas bangunan yang disewaoperasikan kepada Bank Panin sebagai induk perusahaan.
Perseroan memiliki kendaraan yang disewaoperasikan kepada Bank Panin dan Panin Life. Pada tahun 2012, pendapatan sewa operasi kendaraan meningkat sebesar 26% menjadi Rp 9 miliar.
Income from Consumer Financing
The Company's consumer financing business focused on financing of used vehicles which, based on total financing reached about 88% of total vehicle financing. Consumer financing is carried out by the Company in partnership with the showrooms available in each branch. In 2012, income from consumer financing became the largest contributor to the Company's total income which contributed 46% and the total income from consumer financing increased by 21% from Rp 334 billion in 2011 to Rp 403 billion in 2012.
With the enactment of Regulation of the Minister of Finance on down payment of credit for purchase of vehicles through financing companies, it has impacted on the decline of financing for motor vehicle both cars and motorcycles. The regulation have made it hard for consumers as the amount of down payment that must be paid when they want to buy cars or motorcycles have increased. The regulation affected the performance of financing companies in 2012 including the Company. The total Company's new financing in 2012 decreased by 28% from Rp 2.4 trillion in 2011 to Rp 1.7 trillion in 2012.
Income from Factoring
If the amount of new consumer financing and lease financing decreased in 2012, it was not so with factoring financing. In 2012, total new factoring financing rose by 49% from Rp 989 billion in 2011 to Rp 1,469 billion in 2012. In line with its new financing growth, total income from factoring in 2012 also rose significantly by 59% from 116 billion in 2011 to Rp 184 billion in 2012. This total income contributed 21% of total income in 2012, up from the previous year where income from factoring only contributed 17% of the total income. Even in 2012, total income from factoring exceeded the income from leasing.
Income from Operating Lease – Investment Property
Investment Property includes lands and buildings owned by the Company which are leased and which generate operating lease revenues. The Company has 2 plots of lands and building facilities which are operationally leased to Bank Panin as the parent company. Income from Operating Lease - Vehicles
The Company has vehicles which are operationally leased to Bank Panin and Panin Life. In 2012, income from vehicles operating lease rose by 26% to Rp 9 billion.
Pembahasan dan Analisa Manajemen
Pendapatan Bunga
Keuntungan Belum Direalisasi Investasi Jangka Pendek
Keuntungan Kurs Mata Uang Asing - bersih
Pendapatan Lain-lain
Pendapatan bunga berasal dari suku bunga yang dikenakan terhadap rekening giro dan deposito berjangka. Terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada pendapatan bunga di tahun 2012, karena pada akhir
Maret 2012, Perseroan memperoleh dana lebih kurang sebesar Rp 800 miliar hasil menerbitkan Medium Term Notes I (MTN I).
Adanya tenggang waktu antara penerimaan dana hasil MTN I dengan penggunaan dana untuk pembiayaan baru memberi hasil berupa bunga bagi Perseroan. Jumlah pendapatan bunga tahun 2012 meningkat sebesar 172% dari Rp 7 miliar di tahun 2012 menjadi Rp 20 miliar di tahun 2012.
Per 31 Desember 2012, Perseroan memiliki investasi jangka pendek, efek diperdagangkan dalam bentuk obligasi dari pihak berelasi antara lain: Obligasi Bank Panin II tahun 2007 seri C, Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 dan Obligasi Verena Tahap I tahun 2012 seri B. Atas investasi jangka pendek tersebut, Perseroan membukukan keuntungan belum direalisasi investasi jangka pendek sebesar Rp 145 juta turun 59% dibandingkan tahun 2011.
Perseroan memiliki aset moneter dalam mata uang asing dolar Amerika (US$) yang terdiri dari kas dan setara kas, piutang sewa pembiayaan dan piutang lain-lain serta terdapat juga kewajiban moneter dalam mata uang dolar Amerika. Jumlah aset moneter bersih mengalami kenaikan sejalan dengan kenaikan kurs tengah transaksi yang cukup signifikan dari Rp9.068/US$1 per 31 Desember 2011 menjadi Rp9.670/US$ 1 per 31 Desember 2012.
Pendapatan lain-lain terdiri dari pendapatan jasa administrasi dari kegiatan utama, denda keterlambatan pembayaran pokok dan bunga, keuntungan penghentian kontrak, potongan premi asuransi, provisi sewa pembiayaan, penerimaan kembali piutang yang dihapus buku, keuntungan penjualan aset sewa operasi, keuntungan penjualan dan penghapusan aset tetap serta pendapatan lainnya. Jumlah pendapatan lain-lain meningkat sebesar 8% menjadi Rp 76 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah pendapatan lain-lain memberikan kontribusi sebesar 9% terhadap jumlah pendapatan Perseroan.
Interest Income
Interest income is derived from interest rate imposed on current account and time deposit. There was a significant increase in the interest income in 2012, as at the end of March 2012, the Company obtained proceeds of approximately Rp 800 billion from the issuance of Medium Term Notes I (MTN I). The interim period between the receipt of MTN I proceeds and the use of these proceeds for new financing yielded interest income for the Company. Interest income in 2012 increased by 172% from Rp 7 billion in 2011 to Rp 20 billion in 2012.
Unrealized Gain on Short-term Investments
As of December 31, 2012, the Company has short-term investment, traded security in the form of bonds from related parties such as: Bank Panin Bonds II of 2007 series C, Continuous Subordinated Bonds I Bank Panin Phase I of 2012 and Verena Bonds Phase I of 2012 series B. From this short-term investment, the Company recorded unrealized gain on short-term investment of Rp 145 million, down by 59% from that of 2011.
Gain on Foreign Currency Exchange Rate – net
The Company has net monetary assets denominated in US dollars (US$), consisting of cash and cash equivalent, lease financing receivables and other receivables as well as monetary obligations in US dollar currency. The total net monetary asset increased in line with a significant increase of transaction middle rate from Rp 9,068/US$ 1 as of December 31, 2011 to Rp 9,670/US$ 1 as of December 31, 2012. Other Incomes
Other incomes consist of administration fees from the main activities, penalty for delayed payment of principal and interest, gain on termination of contracts, discounts on insurance premium, fee on net investment in finance leases, receipt from loan written-off, gain from sale of operating lease assets, gain from sale and fixed asset write-off and others. The amount of other incomes increased by 8% to Rp 76 billion compared with the previous year. The amount of other incomes contributed 9% to the Company's total income.
Pembahasan dan Analisa Management