• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENDAHULUAN

Sejak ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004, APBN Tahun Anggaran 2005, menghadapi tekanan dan tantangan yang cukup berat, berkenaan dengan adanya perkembangan berbagai faktor internal dan eksternal, serta pelaksanaan langkah-langkah kebijakan dalam merespon dan mengantisipasi pelbagai perubahan yang terjadi. Pertama, terjadinya bencana alam dan Tsunami di penghujung tahun 2004, yang telah meluluhlantakkan sebagian daerah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, menyebabkan perlunya dilakukan langkah-langkah kedaruratan, rehabilitasi, dan rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, yang memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Perkembangan tersebut telah mendorong negara-negara donor dan berbagai lembaga internasional untuk membantu pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, baik dalam bentuk hibah maupun pinjaman proyek, dan moratarium pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri seperti diputuskan dalam pertemuan Paris Club.

Kedua, telah terjadi berbagai perkembangan yang sangat signifikan pada kondisi perekonomian nasional dan internasional, yang membawa implikasi sangat besar terhadap pelaksanaan APBN 2005. Berdasarkan perkembangan terakhir berbagai indikator ekonomi nasional dan internasional tahun 2004 dan prospeknya pada tahun 2005, asumsi dasar ekonomi makro yang dipakai sebagai dasar perhitungan APBN 2005 dipandang sudah kurang realistis, sehingga perlu dilakukan beberapa penyesuaian, khususnya terhadap nilai tukar (kurs), inflasi, tingkat bunga (SBI 3 bulan), dan terutama harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oil Price, ICP) ke arah yang lebih realistis.

Pada faktor internal, semakin kondusifnya stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi, investasi, dan aktivitas sektor riil. Peningkatan kegiatan investasi tersebut memberi tanda akan menguatnya pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2005, yang diperkirakan mencapai sekitar 5,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan semula dalam APBN 2005 sebesar 5,4 persen. Sementara itu, rata-rata nilai tukar rupiah dalam tahun 2005 diperkirakan tidak menguat sesignifikan seperti yang diperkirakan semula dalam APBN 2005 menjadi Rp8.600 per dolar Amerika Serikat, namun akan cenderung berada pada kisaran Rp8.900 per dolar Amerika Serikat, atau relatif stabil dibandingkan dengan rata-rata realisasinya pada tahun 2004. Dengan perkembangan tersebut, dan

Pelaksanaan APBN 2005 dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal di sam- ping sasaran-sasaran kebijakan fiskal.

Di samping beberapa faktor positif APBN 2005 juga masih menghadapi tantangan yang cukup berat, berkaitan dengan perubahan asumsi.

Stabilitas politik yang kondusif mendorong aktivitas sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan semula.

Perubahan asumsi dasar kurs menjadi Rp8.900 per US$, dan inflasi dari 5,5 persen menjadi 7,0 persen.

memperhitungkan dampak dari kebijakan penyesuaian harga BBM dalam negeri, maka tingkat inflasi dalam tahun 2005 diperkirakan akan lebih tinggi dari yang diasumsikan dalam APBN 2005 sebesar 5,5 persen. Namun demikian, dengan langkah-langkah kebijakan terpadu di berbagai bidang, diharapkan inflasi tetap dapat dikendalikan pada kisaran 7,0 persen. Meningkatnya laju inflasi, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat turut memberikan andil terhadap naiknya rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dari yang semula diperkirakan 6,5 persen dalam APBN 2005 menjadi sekitar 8,0 persen. Namun demikian, perkiraan tingkat bunga tersebut diharapkan masih tetap dapat mendorong upaya menggerakkan sektor riil, dan mempertahankan daya saing pasar uang domestik dibandingkan dengan tingkat bunga riil regional dan internasional.

Dari faktor eksternal, melihat perkembangan harga minyak mentah di pasar internasional dalam beberapa bulan terakhir, dan mempertimbangkan permintaan dan penawaran minyak dunia tahun 2005 serta kondisi geopolitik negara-negara produsen minyak yang belum sepenuhnya stabil, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan mencapai rata-rata US$35,0 per barel, atau lebih tinggi dari yang diasumsikan dalam APBN 2005 sebesar US$24,0 per barel. Sedangkan tingkat produksi (lifting) minyak diperkirakan sama dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan APBN 2005, yaitu 1,125 juta barel per hari.

Perkembangan berbagai indikator ekonomi makro tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap berbagai besaran APBN Tahun Anggaran 2005. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah kebijakan penyesuaian, defisit anggaran tahun 2005 diperkirakan akan membengkak menjadi sekitar 1,3 persen terhadap PDB (tahun dasar 2000), dari rencana semula 0,8 persen terhadap PDB (tahun dasar 1993) seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2004, atau setara dengan 0,7 persen terhadap PDB (tahun dasar 2000), dan sebagai konsekuensinya terdapat kekurangan pembiayaan yang sangat signifikan. Kondisi ini akan mengakibatkan APBN 2005 menjadi tidak sehat, sehingga dipandang perlu segera diambil langkah-langkah kebijakan penyesuaian yang tepat agar tidak mengancam langkah-langkah konsolidasi fiskal dalam menjaga kesinambungan fiskal, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Ketiga, pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2005 juga dipengaruhi oleh langkah-langkah kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan berbagai bidang lainnya, dalam merespon berbagai perubahan yang terjadi. Dalam rangka mendorong masyarakat agar ikut serta membantu korban bencana dan rekonstruksi di daerah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, pemerintah telah memberikan fasilitas fiskal kepada masyarakat, dalam bentuk pemberlakuan deductible expenses, yaitu perlakuan khusus terhadap pajak penghasilan atas bantuan kemanusiaan bencana alam di Nangroe

Suku bunga SBI 3 Bulan naik dari rata-rata 6,5 persen menjadi 8,0 persen.

Harga minyak mentah di pasar internasional diperkirakan mencapai rata-rata US$35,0 per barel.

Tanpa penyesuaian defisit diperkirakan membengkak menjadi 1,3 persen dari PDB, dan terdapat keku- rangan pembiayaan yang cukup signifikan.

Fasilitas fiskal untuk mempermudah penya- luran bantuan kepada korban tsunami di Nangroe Aceh Darus- salam dan Sumatera Utara.

Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Hal ini berarti, sumbangan yang diberikan oleh Wajib Pajak, baik sumbangan berupa uang dan/atau barang, dalam rangka bantuan kemanusiaan bencana alam yang terjadi dapat dibebankan sebagai biaya dalam perhitungan pajak penghasilan. Selain itu, Pemerintah juga telah memberikan fasilitas kemudahan impor, berupa pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor, terutama kepada sumbangan untuk korban bencana alam yang berupa hasil produksi pengusaha di kawasan berikat dan penyelenggara kawasan berikat yang merangkap sebagai pengusaha di kawasan berikat, serta pengusaha penerima fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor.

Selanjutnya, dalam rangka meringankan beban pajak masyarakat, pada awal tahun 2005, Pemerintah memberlakukan kebijakan perpajakan yang berpihak pada masyarakat kecil, antara lain meliputi: (a) kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dari semula sebesar Rp2.880.000,0 untuk wajib pajak orang pribadi menjadi Rp12.000.000,0; dan (b) penghapusan PPnBM pada beberapa kelompok barang yang semula dibebani tarif sebesar 10 hingga 20 persen menjadi nol persen. Dengan berbagai kebijakan tersebut, beban pajak yang ditanggung masyarakat akan semakin berkurang, sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Namun, dalam jangka pendek kebijakan tersebut akan berpotensi menyebabkan berkurangnya penerimaan pajak (potential loss) yang cukup signifikan. Di sisi lain, dalam upaya mengendalikan defisit anggaran negara, dan mengurangi tekanan terhadap APBN akibat beban subsidi BBM yang membengkak sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah di pasar internasional dan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, maka sejak tanggal 1 Maret 2005 telah diambil langkah-langkah kebijakan penyesuaian harga BBM dalam negeri, dengan sekaligus meminimalisasi dampaknya terhadap masyarakat. Hal ini antara lain ditempuh melalui penyediaan dana bagi program kompensasi atas pengurangan subsidi BBM (PKPS-BBM) untuk pengentasan kemiskinan, yang sekaligus dimaksudkan sebagai tambahan stimulus fiskal, namun tetap menjaga konsolidasi fiskal. Sehubungan dengan berbagai perkembangan tersebut, maka terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005 sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 perlu dilakukan berbagai penyesuaian, agar lebih realistis dan sejalan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Sebagai akibatnya, berbagai besaran dalam APBN 2005 diperkirakan juga mengalami perubahan yang cukup signifikan dari yang diperkirakan semula.

Anggaran pendapatan negara dan hibah diperkirakan lebih tinggi dari sasaran yang semula ditetapkan dalam APBN 2005, berkaitan dengan meningkatnya penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak sebagai akibat lebih tingginya harga minyak mentah Indonesia, dan perubahan asumsi dasar lainnya. Demikian pula, anggaran belanja negara diperkirakan mengalami

Peningkatan PTKP dan penghapusan PPnBM beberapa kelompok barang untuk mengu- rangi beban pajak masyarakat berpeng- hasilan rendah.

Alokasi belanja negara meningkat untuk sub- sidi, rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, penyelenggaraan Pilkada, dan untuk

peningkatan yang cukup signifikan, baik pada belanja pemerintah pusat maupun alokasi belanja untuk daerah. Meningkatnya alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, berkaitan dengan : (i) meningkatnya beban subsidi BBM dan non-BBM; (ii) perlu ditampungnya anggaran untuk kedaruratan, rehabilitasi dan rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, serta penyediaan dana bantuan untuk penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang sebelumnya tidak dianggarkan dalam APBN 2005; (iii) adanya tambahan beban belanja akibat perubahan asumsi dasar dan penyesuaian harga BBM, serta (iv) diperlukannya tambahan anggaran untuk program kompensasi pengurangan subsidi BBM (PKPS-BBM). Secara lebih rinci, besaran perkiraan dari masing-masing komponen APBN 2005 sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005, akan mengalami perubahan menjadi sebagaimana disusun dan dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun Anggaran 2005. Gambaran selengkapnya tentang Perkiraan Perubahan APBN 2005 dapat diikuti dalam Tabel II.1.

PERKIRAAN PENDAPATAN NEGARA DAN

Dokumen terkait