• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Seperti halnya penerimaan perpajakan, kinerja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun 2005 diperkirakan akan lebih baik dari sasaran PNBP yang ditetapkan dalam APBN-nya. Dalam tahun 2005, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) diperkirakan mencapai Rp118.584,4 miliar atau 4,5 persen terhadap PDB. Jumlah tersebut, secara nominal lebih tinggi Rp36.801,3 miliar atau 45,0 persen bila dibandingkan dengan sasaran PNBP yang direncanakan dalam APBN 2005 sebesar Rp81.783,0 miliar. Lebih tingginya perkiraan PNBP tersebut berkaitan dengan lebih tingginya perkiraan penerimaan sumber daya alam, baik minyak bumi dan gas alam (migas) maupun nonmigas, serta PNBP lainnya. Namun demikian, bila dibandingkan dengan realisasi PNBP dalam tahun 2004 sebesar Rp126.684,2 miliar, perkiraan PNBP tahun 2005 tersebut berarti mengalami penurunan sebesar Rp8.099,8 miliar atau 6,4 persen. Hal ini antara lain berkaitan dengan lebih rendahnya perkiraan penerimaan minyak bumi sebagai akibat lebih rendahnya perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam tahun 2005 dibandingkan dengan realisasi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam tahun 2004.

Dalam tahun 2005, penerimaan sumber daya alam (SDA) diperkirakan mencapai Rp87.677,8 miliar atau 3,4 persen terhadap PDB. Jumlah tersebut, berarti Rp36.736,4 miliar, atau 72,1 persen melampaui sasaran penerimaan SDA yang direncanakan dalam APBN 2005 sebesar Rp50.941,4 miliar. Hal ini berkaitan dengan lebih tingginya perkiraan penerimaan SDA minyak bumi, gas alam, dan kehutanan. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA dalam tahun 2004 sebesar Rp91.388,6 miliar, secara nominal perkiraan penerimaan SDA tahun 2005 tersebut mengalami penurunan Rp3.710,9 miliar atau 4,1 persen. Hal ini terutama berkaitan dengan lebih rendahnya penerimaan SDA migas sebagai akibat dari lebih rendahnya perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional.

Dari perkiraan penerimaan sumber daya alam tersebut, penerimaan SDA minyak bumi dalam tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp58.843,6 miliar, atau 2,2 persen terhadap PDB. Jumlah ini, secara nominal Rp26.987,9 miliar atau 84,7 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan SDA minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp31.855,7 miliar. Lebih tingginya perkiraan penerimaan minyak bumi ini antara lain dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama. Pertama, membaiknya harga rata- rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional, yang hingga akhir tahun 2005 diperkirakan mencapai US$35,0 per barel, atau US$11,0 lebih tinggi bila dibandingkan dengan asumsi rata-rata harga minyak mentah

Perkiraan PNBP dalam tahun 2005 jauh melampaui sasaran penerimaan dalam APBN atau meningkat 45,0 persen.

Dalam tahun 2005 penerimaan SDA diperkirakan melam- paui sasaran penerima- annya.

Penerimaan minyak bumi dalam tahun 2005 diperkirakan jauh melampaui sasarannya, atau 84,7 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya.

Indonesia (ICP) yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar US$24 per barel. Kedua, nilai tukar rupiah yang hingga akhir tahun 2005 diperkirakan mencapai rata-rata Rp8.900 per dolar Amerika Serikat, atau melemah Rp300 per dolar Amerika Serikat dari perkiraan rata-rata Rp8.600 per dolar Amerika Serikat yang ditetapkan sebagai asumsi dasar dalam perhitungan APBN 2005. Sekalipun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA minyak bumi dalam tahun 2004 sebesar Rp63.060,4 miliar, maka secara nominal, perkiraan penerimaan minyak bumi tahun 2005 tersebut mengalami penurunan Rp4.216,8 miliar atau 6,7 persen. Hal ini antara lain disebabkan lebih rendahnya asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia yang digunakan sebagai dasar perhitungan pada APBN-P 2005 (sebesar US$ 35 per barel) dibandingkan dengan realisasi harga rata-rata minyak mentah Indonesia dalam tahun 2004 yang mencapai US$ 37,2 per barel.

Dalam periode yang sama, penerimaan SDA gas alam diperkirakan mencapai Rp23.405,5 miliar atau 0,9 persen terhadap PDB. Jumlah ini, secara nominal mengalami peningkatan Rp8.140,1 miliar atau 53,3 persen dari sasaran penerimaannya yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp15.265,4 miliar. Lebih tingginya perkiraan penerimaan SDA gas alam terutama dipengaruhi oleh perkembangan harga rata-rata gas yang mengikuti perkembangan harga rata-rata minyak mentah di pasar internasional yang lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam APBN 2005. Di samping itu, lebih tingginya perkiraan penerimaan gas alam tersebut juga dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA gas alam dalam tahun 2004 sebesar Rp22.199,2 miliar, maka secara nominal perkiraan penerimaan gas alam tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan Rp1.206,3 miliar atau 5,4 persen.

Selanjutnya, penerimaan SDA pertambangan umum diperkirakan mencapai Rp2.018,7 miliar, atau sama dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN- nya. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA pertambangan umum dalam tahun 2004 sebesar Rp1.712,6 miliar, maka secara nominal, perkiraan penerimaan SDA pertambangan umum tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp306,1 miliar atau 17,9 persen. Lebih tingginya perkiraan penerimaan SDA pertambangan umum tersebut antara lain berkaitan dengan adanya upaya intensifikasi pertambangan umum. Penerimaan SDA kehutanan dalam tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp2.710,0 miliar atau 0,1 persen terhadap PDB. Jumlah ini, secara nominal berarti mengalami peningkatan Rp1.608,4 miliar atau 146,0 persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp1.010,6 miliar. Lebih tingginya perkiraan penerimaan SDA kehutanan tahun 2005 tersebut antara lain berkaitan dengan langkah-langkah intensifikasi terhadap penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR), serta perubahan asumsi dasar ekonomi makro, terutama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Namun, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA kehutanan tahun 2004 sebesar Rp4.133,5 miliar, maka

Penerimaan SDA gas alam diperkirakan 53,3 persen lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2005.

Penerimaan SDA pertambangan umum dalam tahun 2005 diperkirakan Rp2.018,7 miliar atau sama dengan sasaran APBN- nya.

Dalam tahun 2005, penerimaan SDA kehutanan diper- kirakan 146,0 persen lebih tinggi dari APBN- nya.

secara nominal perkiraan penerimaan SDA kehutanan tahun 2005 tersebut mengalami penurunan sebesar Rp1.423,5 miliar atau 34,4 persen. Hal ini antara lain karena dalam realisasi penerimaan SDA kehutanan tahun 2004 termasuk penyetoran tunggakan tahun-tahun sebelumnya.

Selanjutnya, penerimaan SDA perikanan dalam tahun 2005 diperkirakan akan mencapai Rp700,0 miliar, yang berarti sama dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan SDA perikanan dalam tahun 2004 sebesar Rp282,8 miliar, maka secara nominal perkiraan penerimaan SDA perikanan tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp417,2 miliar atau sekitar 147,5 persen. Lebih tingginya perkiraan penerimaan SDA perikanan tahun 2005 dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun sebelumnya, terutama karena pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan, seperti antara lain:

(i) pengembangan sistem sarana dan prasarana pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan; (ii) implementasi monitoring, controlling and surveilance (MCS) atau vessel monitoring system (VMS);

(iii) peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan; (iv) pengembangan sistem dan mekanisme hukum dan kelembagaan nasional maupun internasional; dan (v) peningkatan pengelolaan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil; serta

(vi) peningkatan sistem informasi kelautan dan perikanan terpadu (SIKPT). Sementara itu, penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN hingga akhir tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp8.913,3 miliar atau 0,3 persen terhadap PDB. Perkiraan penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN tersebut berarti Rp1.678,0 miliar lebih rendah bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp10.591,3 miliar. Demikian pula, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN tahun 2004 sebesar Rp9.817,5 miliar, maka perkiraan penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN tahun 2005 tersebut menunjukkan penurunan sebesar 9,2 persen. Lebih rendahnya perkiraan penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN tahun 2005 tersebut berkaitan dengan telah dilakukannya pembayaran dividen interim kepada pemerintah sebesar Rp1.678,0 miliar pada tahun anggaran sebelumnya. Dengan demikian, maka hak pemerintah atas laba BUMN untuk tahun 2005 juga akan berkurang sejumlah pembayaran dividen interim tersebut.

Dalam pada itu, penerimaan negara yang berasal dari PNBP lainnya hingga akhir tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp21.993,3 miliar atau 0,8 persen terhadap PDB. Perkiraan PNBP lainnya tersebut menunjukkan peningkatan Rp1.743,1 atau 8,6 persen bila dibandingkan dengan sasaran PNBP lainnya yang ditetapkan dalam APBN-nya sebesar Rp20.250,3 miliar. Hal ini berkaitan dengan adanya penerimaan premi penjaminan yang semula belum ditampung dalam perhitungan APBN 2005. Sedangkan bila dibandingkan

Penerimaan SDA perikanan dalam tahun 2005 diperkirakan Rp700,0 miliar atau sama dengan sasaran APBN-nya.

Penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN dalam tahun anggaran 2005 diperkirakan lebih rendah dari target APBN.

Dalam tahun 2005, PNBP Lainnya diperki- rakan 8,6 persen lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya.

dengan realisasi PNBP lainnya dalam tahun 2004 sebesar Rp25.478,0 miliar, maka perkiraan PNBP lainnya tahun 2005 tersebut berarti mengalami penurunan Rp3.484,7 miliar atau 13,7 persen. Hal ini antara lain disebabkan adanya penurunan pada pos penerimaan kembali piutang (RDI), serta lebih rendahnya penerimaan premi penjaminan.

HIBAH

Sementara itu, penerimaan hibah yang dalam APBN 2005 semula diperkirakan Rp750,0 miliar, dalam perkembangannya diperkirakan mencapai Rp5.761,8 miliar, atau jauh melampaui target yang telah ditetapkan dalam APBN-nya. Tingginya perkiraan penerimaan hibah tersebut terkait dengan bantuan dari negara-negara donor dalam upaya rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Sumatera Utara yang terkena dampak bencana alam dan tsunami, yang menimpa wilayah tersebut pada penghujung tahun 2004. Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Consultative Group on Indonesia (CGI) dalam pertemuan CGI pada tanggal 20 Januari 2005 di Jakarta, pemerintah mendapatkan komitmen tambahan hibah berupa regular pledge dan tsunami pledge. Khusus untuk tsunami pledge komitmen bantuan hibah yang akan diterima oleh Pemerintah Indonesia berasal dari IBRD/IDA, Islamic Development Bank (IDB), dan Pemerintah Jepang. Selain itu, Pemerintah juga menerima komitmen hibah dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

Perkiraan pendapatan negara dan hibah tahun 2005 dapat diikuti dalam Tabel II.2.

Penerimaan hibah diperkirakan Rp5.761,8 miliar, jauh melampaui sasaran yang ditetap- kan dalam APBN.

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 379.627,1 14,8 438.024,9 16,8 115,4 A. Penerimaan Perpajakan 297.844,1 11,6 319.440,5 12,3 107,3

1. Pajak Dalam Negeri 285.481,4 11,1 305.069,0 11,7 106,9 2. Pajak Perdagangan Internasional 12.362,7 0,5 14.371,5 0,6 116,2

B. Penerimaan Negara Bukan Pajak 81.783,0 3,2 118.584,4 4,6 145,0

1. Penerimaan SDA 50.941,4 2,0 87.677,8 3,4 172,1 2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 10.591,3 0,4 8.913,3 0,3 84,2 3. PNBP Lainnya 20.250,3 0,8 21.993,3 0,8 108,6

II. Hibah 750,0 0,0 5.761,8 0,2 768,2

380.377,1 14,9 443.786,7 17,1 116,7

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

J u m l a h % thd PDB % thd APBN Tabel II. 2

PERKIRAAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, TAHUN 2005 1) (miliar rupiah)

Uraian APBN % thd

Dokumen terkait