• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGARAN

Untuk menutup defisit APBN 2005 tersebut, ditempuh langkah-langkah strategis melalui berbagai upaya tambahan untuk mengoptimalkan sumber- sumber pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Dalam tahun 2005, jumlah neto seluruh pembiayaan diperkirakan mencapai Rp19.545,2 miliar (0,8 persen terhadap PDB), atau lebih tinggi 12,4 persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya sebesar Rp17.392,2 miliar. Jumlah ini terdiri dari perkiraan pembiayaan dalam negeri neto sebesar Rp25.125,5 miliar (1,0 persen terhadap PDB), dan pembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp5.580,3 miliar (0,2 persen terhadap PDB).

Pembiayaan dalam negeri neto tahun 2005 diperkirakan lebih rendah 33,2 persen bila dibanding dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp37.585,8 miliar. Lebih rendahnya perkiraan pembiayaan dalam negeri dimaksud terutama karena lebih rendahnya perkiraan pembiayaan perbankan dalam negeri dari yang direncanakan dalam APBN-nya. Walaupun pembiayaan perbankan dalam negeri yang berupa penggunaan saldo rekening pemerintah di Bank Indonesia dalam APBN 2005 ditetapkan sebesar Rp9.000,0 miliar (0,4 persen terhadap PDB), namun sampai dengan akhir tahun anggaran, saldo rekening tersebut diperkirakan tidak akan

Pembiayaan anggaran tahun 2005 diperki- rakan mencapai Rp19.545,2 miliar. Pembiayaan dalam negeri tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp25.125,5 miliar. Penggunaan saldo rekening pemerintah diperkirakan sebesar negatif Rp3.460,2 miliar. I. Dana P erimbang an 1 2 4 .3 0 6 ,5 4 ,9 1 3 3 .6 5 1 ,4 5 ,1 1 0 7 ,5 a. 3 1 .2 1 7 ,8 1 ,2 4 0 .1 1 1 ,3 1 ,5 1 2 8 ,5 1 . P ajak 1 9 .4 6 4 ,8 0 ,8 2 1 .4 7 2 ,0 0 ,8 1 1 0 ,3 i. Pajak Pengh as ilan 6.419,6 0,2 5.592,5 0,2 87,1 ii. Pajak Bumi d an Bangu nan 9.830,5 0,4 12.218,1 0,5 124,3 iii. Bea Pero lehan Hak atas

Tanah d an Bangu nan

3.214,7

0,1 3.661,4 0,1 113,9

2 . S umber Daya Al am 1 1 .7 5 3 ,0 0 ,5 1 8 .6 3 9 ,3 0 ,7 1 5 8 ,6 i. M iny ak Bu mi 4.685,5 0,2 8.448,5 0,3 180,3 ii. Gas A lam 4.629,4 0,2 7.368,7 0,3 159,2 iii. Pertamban gan Umu m 1.615,0 0,1 1.615,0 0,1 100,0 iv. Kehu tanan 263,0 0,0 647,1 0,0 246,0 v. Perikanan 560,0 0,0 560,0 0,0 100,0 b. Dana Al ok as i Umum 8 8 .7 6 5 ,6 3 ,5 8 8 .7 6 5 ,6 3 ,4 1 0 0 ,0 1. Propin s i 8.876,6 0,3 8.876,6 0,3 100,0 2. Kabu paten 79.889,0 3,1 79.889,0 3,1 100,0 c. Dana Al ok as i Khus us 4 .3 2 3 ,1 0 ,2 4 .7 7 4 ,4 0 ,2 1 1 0 ,4 1. Dana Rebo is as i 309,1 0,0 760,4 0,0 246,0 2. Non -dan a Reb ois as i 4.014,0 0,2 4.014,0 0,2 100,0 II. 7 .2 4 2 ,5 0 ,3 7 .2 4 2 ,5 0 ,3 1 0 0 ,0

a. Dana Otono mi Khus u s 1.775,3 0,1 1.775,3 0,1 100,0 b. Dana Penyes u aian 5.467,3 0,2 5.467,3 0,2 100,0

1 3 1 .5 4 9 ,1

5 ,1 1 4 0 .8 9 3 ,9 5 ,4 1 0 7 ,1

1 ) P erbedaan sat u an gk a di belak an g k o m a t erh adap an gk a p en jum lah an adalah k aren a p em bulat an

J u m l a h Dana B ag i Has il

% thd P DB AP B N

Dana O tonomi Khus us dan P enyes uai an

PE RK IR AAN AN G G AR AN BE LANJA U N T U K DAE RAH , T AH UN 20051 )

(m ilia r rupia h) Tab el II.6 % thd AP B N AP B N-P % thd P DB

digunakan. Sebaliknya, dalam tahun anggaran 2005 diperkirakan akan terjadi angka pembiayaan perbankan dalam negeri yang negatif, yang berarti bertambahnya simpanan rekening pemerintah di sektor perbankan dari sisa lebih pembiayaan anggaran sebesar Rp3.460,2 miliar (0,1 persen terhadap PDB). Tidak digunakannya pembiayaan perbankan dalam negeri tersebut berkaitan dengan diperolehnya moratorium pokok utang luar negeri seperti diputuskan dalam forum Paris Club.

Sementara itu, pembiayaan nonperbankan dalam negeri yang terdiri dari privatisasi, penjualan aset program restrukturisasi perbankan, surat utang negara, dan penyertaan modal pemerintah diperkirakan sama dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya yaitu sebesar Rp28.585,8 miliar (1,1 persen terhadap PDB). Penerimaan dari hasil privatisasi dalam tahun 2005 diperkirakan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN- nya, yaitu Rp3.500,0 miliar (0,1 persen terhadap PDB). Penerimaan dari privatisasi BUMN tersebut merupakan lanjutan dari program divestasi BUMN/pelepasan saham pemerintah tahun sebelumnya.

Demikian pula, penerimaan dari penjualan aset program restrukturisasi perbankan dalam tahun 2005 diperkirakan sama dengan yang ditetapkan dalam APBN-nya, yaitu Rp4.000,0 miliar (0,2 persen terhadap PDB). Jumlah tersebut berasal dari pengoperasian atau penjualan aset properti dan koleksi aset kredit yang dikelola oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), yang dilakukan secara optimal untuk memperoleh hasil dan harga yang terbaik sesuai dengan kondisi pasar.

Dalam pada itu, penerbitan surat utang negara (SUN) bersih dalam tahun 2005 diperkirakan sama dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN- nya, yaitu sebesar Rp22.085,8 miliar. Jumlah tersebut berasal dari penerbitan surat utang negara Rp43.000 miliar dikurangi dengan pembayaran pokok SUN Rp19.750,4 miliar, dan pembelian kembali (buy back) SUN Rp1.163,8 miliar.

Sementara itu, sebagaimana telah ditetapkan dalam APBN 2005 bahwa Pemerintah melakukan penyertaan modal sebesar Rp1.000,0 miliar dalam rangka pembiayaan sekunder perumahan atau dikenal dengan Secondary Mortgage Facility (SMF) yang bertujuan untuk memberikan fasilitas pembiayaan bagi peningkatan kapasitas dan kesinambungan penyediaan perumahan yang terjangkau masyarakat. Dengan telah diterbitkannya peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005, maka penyertaan modal pemerintah dalam rangka pembiayaan sekunder perumahan diperkirakan sama dengan alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN-nya. Selanjutnya, pembiayaan luar negeri neto dalam tahun anggaran 2005 diperkirakan mencapai negatif Rp5.580,3 miliar (0,2 persen terhadap PDB). Jumlah tersebut berarti lebih rendah Rp14.613,3 miliar, atau 72,4 persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya, yaitu sebesar negatif

Privatisasi BUMN diperkirakan Rp3.500 miliar.

Penjualan aset program restrukturisasi perban- kan tahun 2005 di- perkirakan mencapai Rp4.000,0 miliar.

Penerbitan SUN bersih tahun 2005 diperkira- kan Rp22.085,8 miliar.

Penyertaan modal pemerintah diper- kirakan sama dengan pagu APBN-nya, sebe- sar Rp1.000,0 miliar.

Pembiayaan luar negeri bersih tahun 2005 diperkirakan negatif Rp5.580,3 miliar.

Rp20.193,6 miliar atau 0,8 persen terhadap PDB. Pembiayaan luar negeri neto tersebut bersumber dari pencairan pinjaman luar negeri Rp29.138,6 miliar (1,1 persen terhadap PDB) dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri Rp34.718,9 miliar (1,3 persen terhadap PDB). Penarikan pinjaman luar negeri dalam tahun 2005 diperkirakan lebih tinggi Rp2.495,7 miliar dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya sebesar Rp26.642,9 miliar (1,0 persen terhadap PDB). Lebih tingginya perkiraan penarikan pinjaman luar negeri tersebut, adalah sebagai akibat dari lebih tingginya perkiraan pinjaman proyek, meskipun di lain pihak perkiraan pinjaman program lebih rendah dari pagu APBN-nya.

Dalam tahun 2005, pinjaman program diperkirakan mencapai Rp7.565,0 miliar (0,3 persen terhadap PDB), yang berarti lebih rendah 12,0 persen dari sasaran yang ditetapkan APBN-nya sebesar Rp8.600,0 miliar (0,3 persen terhadap PDB). Pinjaman program tersebut masing-masing berasal dari ADB sebesar Rp3.115,0 miliar, Bank Dunia Rp3.560,0 miliar, dan Jepang Rp890,0 miliar.

Sementara itu, pencairan pinjaman proyek diperkirakan mencapai Rp21.573,6 miliar (0,8 persen terhadap PDB), yang berarti 19,6 persen lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2005 sebesar Rp18.042,9 miliar (0,7persen dari PDB). Lebih tingginya perkiraan pencairan pinjaman proyek tersebut, selain diakibatkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, juga disebabkan oleh diberikannya tambahan pinjaman proyek di luar regular pledge dalam CGI Meeting di Jakarta tanggal 19-20 Januari 2005, khusus untuk membantu penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami yang menimpa daerah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, akhir Desember 2004 lalu (tsunami pledge).

Di lain pihak, pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp34.718,9 miliar (1,3 persen terhadap PDB), atau lebih rendah Rp12.117,6 miliar atau 25,9 persen dari pagu yang ditetapkan semula dalam APBN-nya. Lebih rendahnya perkiraan beban pembayaran cicilan pokok utang luar negeri tersebut terutama disebabkan oleh diperolehnya moratorium utang Indonesia dari negara-negara donor, khususnya yang tergabung dalam Paris Club.

Perkiraan pembiayaan anggaran tahun 2005 dapat diikuti dalam Tabel II.7.

Penarikan pinjaman luar negeri tahun 2005 d i p e r k i r a k a n Rp29.138,6 miliar. Pinjaman program tahun 2005 diperkira- kan Rp7.565,0 miliar. Pinjaman proyek diperkirakan mencapai Rp21.573,6 miliar. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri tahun 2005 diper- kirakan mencapai Rp34.718,9 miliar.

A. Pem biayaan Da lam Negeri 37.585 ,8 1,5 25.125 ,5 1,0

I. Perba nkan Dala m Nege ri 9.000,0 0,4 -3.4 60,2 -0,1 II. Non Pe rbankan Da lam Ne geri 28.585 ,8 1,1 28.585 ,8 1,1

1. Privatis as i 3.500,0 0,1 3.500,0 0,1

2. Penj. As et. Prog. Res t. Perbankan 4.000,0 0,2 4.000,0 0,2 3. Surat Uta ng N egara (SU N) 22.085 ,8 0,9 22.085 ,8 0,8

i. Penerb ita n 43.000 ,0 1,7 43.000 ,0 1,7

ii. Pem ba yaran Po ko k -19.750,4 -0,8 -19.750,4 -0,8 iii. Pem be lia n Kem ba li -1.1 63,8 0,0 -1.1 63,8 0,0 4. Penye rtaan Mod al Nega ra (SMF) -1.0 00,0 0,0 -1.0 00,0 0,0

B. Pem biayaan Luar Nege ri -20.193,6 -0,8 -5.5 80,3 -0,2 I. Penarika n Pinjam an Luar Negeri 26.642 ,9 1,0 29.138 ,6 1,1

a. Pinjam an Pro gram 8.600,0 0,3 7.565,0 0,3 b. Pinjam an Pro yek 18.042 ,9 0,7 21.573 ,6 0,8

i. Reg ula r 18.042 ,9 0,7 18.672 ,2 0,7

ii. Ts u nam i 0,0 0,0 2.901,4 0,1

II. Pem ba ya ran Cicilan Pokok Utang LN -46.836,5 -1,8 -34.718,9 -1,3

Jum lah 17.392 ,2 0,7 19.545 ,2 0,8

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

% thd PDB

Tabe l II.7

Uraian

PERKIRAAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, TAHUN 2005 1)

APBN

(milia r rupia h)

% thd

Dokumen terkait