• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Partisipasi Murni (APM)

Dalam dokumen PROFIL ANAK INDONESIA (Halaman 66-69)

PENDIDIKAN ANAK Anak merupakan aset yang berharga bagi sebuah keluarga dan masyarakat

dengan 17 tahun. Sehingga kelompok umur yang digunakan pada perhitungan APS

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut. APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi pendidikan penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai usianya. Sebagai gambaran misalnya APM SD adalah proporsi jumlah murid SD/Sederajat yang berusia 7 – 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 – 12 tahun.

APM digunakan untuk melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen.

Berdasarkan hasil Susenas 2014 yang disajikan pada Gambar 6.3 tercatat bahwa APM SD yang tercatat sebesar 96,45 persen, APM SMP sebesar 77,53 persen dan APM SM sebesar 59,35 persen. Pada gambar tersebut terlihat bahwa APM cenderungsemakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan atau dengan kata lain besaran APM dan jenjang pendidikan berbanding terbalik.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenis Kelamin, 2014

Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, APM anak laki-laki pada jenjang pendidikan SD dan SM relatif hampir sama dengan APM anak perempuan. APM SD/sederajat anak laki-laki sebesar 96,60 persen dan anak perempuan sebesar 96,29 persen, serta APM SM/sederajat anak laki-laki sebesar 58,78 persen dan anak perempuan sebesar 59,95 persen. Namun demikian, pada jenjang pendidikan SMP/sederajat terlihat bahwa APM laki-laki sebesar 75,87 persen lebih rendah dibandingkan anak perempuan sebesar 79,28 persen.

Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, APM anak di daerah perkotaan secara umum cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan, kecuali pada jenjang SD yang persentasenya relatif hampir sama (Gambar 6.4). Kesenjangan APM antara anak di perkotaan dan perdesaan semakin tinggi sejalan dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Kondisi ini semakin mempertegas bahwa terdapat perbedaan kesempatan bersekolah serta sarana

maupun tidak sekolah lagi). Sementara itu APS 13-15 tahun tercatat sebesar 94,44 persen dan APS 16-17 tahun sebesar 78,39 persen. Apabila diperhatikan menurut jenis kelamin, secara umum terlihat bahwa APS anak perempuan pada setiap kelompok umur sekolah lebih tinggi dibandingkan dengan APS anak laki-laki.

Gambar 6.2 menunjukkan bahwa secara umum APS di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan APS di perdesaan. Lebih tingginya APS anak di perkotaan terjadi pada setiap kelompok umur. Kondisi ini sedikit memberikan gambaran bahwa penduduk perkotaan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perdesaan. Hal ini terkait dengan lebih banyaknya jumlah sekolah serta mudahnya akses ke sekolah di daerah perkotaan dibandingkan dengan perdesaan.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17Tahun menurut Tipe Daerah, 2014

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut. APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi pendidikan penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai usianya. Sebagai gambaran misalnya APM SD adalah proporsi jumlah murid SD/Sederajat yang berusia 7 – 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 – 12 tahun.

APM digunakan untuk melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen.

Berdasarkan hasil Susenas 2014 yang disajikan pada Gambar 6.3 tercatat bahwa APM SD yang tercatat sebesar 96,45 persen, APM SMP sebesar 77,53 persen dan APM SM sebesar 59,35 persen. Pada gambar tersebut terlihat bahwa APM cenderungsemakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan atau dengan kata lain besaran APM dan jenjang pendidikan berbanding terbalik.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenis Kelamin, 2014

Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, APM anak laki-laki pada jenjang pendidikan SD dan SM relatif hampir sama dengan APM anak perempuan. APM SD/sederajat anak laki-laki sebesar 96,60 persen dan anak perempuan sebesar 96,29 persen, serta APM SM/sederajat anak laki-laki sebesar 58,78 persen dan anak perempuan sebesar 59,95 persen. Namun demikian, pada jenjang pendidikan SMP/sederajat terlihat bahwa APM laki-laki sebesar 75,87 persen lebih rendah dibandingkan anak perempuan sebesar 79,28 persen.

Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, APM anak di daerah perkotaan secara umum cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan, kecuali pada jenjang SD yang persentasenya relatif hampir sama (Gambar 6.4). Kesenjangan APM antara anak di perkotaan dan perdesaan semakin tinggi sejalan dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Kondisi ini semakin mempertegas bahwa terdapat perbedaan kesempatan bersekolah serta sarana

dan prasarana antara anak yang tinggal di daerah perkotaan dibanding anak yang tinggal daerah di perdesaan.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Tipe Daerah, 2014 6.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai proporsi penduduk yang masih sekolah pada kelompok jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah keseluruhan penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tersebut.APK melihat murid yang bersekolah disuatu jenjang pendidikan tanpa memperhatikan umur.Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (misal anak bersekolah di SD berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). APK SD adalah persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD/sederajat terhadap jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun.

Hasil Susenas 2014 yang disajikan dalam Gambar 6.5 dapat diketahui bahwa APK SD/sederajat sebesar 108,87 persen, APK SMP/sederajat sebesar 88,63 persen dan APK SM/sederajat sebesar 74,26 persen. Penurunan APK pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi sejalan dengan kecenderungan penurunan APS dan APM pada usia atau jenjang yang semakin tinggi.

Nilai APK SD/sederajat sebesar 108,87 persen menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa yang bersekolah pada jenjang SD/sederajat di tahun 2014, ada

sekitar 8,87 persen anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang masih sekolah di SD/sederajat selain mencakup anak yang berusia 7 – 12 tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Dengan kata lain terdapat anak yang terlambat masuk sekolah atau tinggal kelas pada jenjang SD/sederajat atau sebaliknya terdapat anak yang terlalu dini untuk bersekolah SD/sederajat.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenis Kelamin, 2014

Bila dilihat menurut jenis kelamin, APK laki-laki pada jenjang pendidikan SD/sederajat terlihat sedikit lebih tinggi dibanding APK anak perempuan (109,37 persen berbanding 108,35 persen). Keadaan sebaliknya terjadi pada jenjang pendidikan SMP/sederajat, dimana APK anak perempuan (90,08 persen) lebih tinggi dibanding APK anak laki-laki (87,26 persen). Sementara itu pada jenjang pendidikan SM/sederajat APK-nya relatif sama. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.5.

Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal terlihat bahwa APK anak di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan, kecuali APK SD/sederajat. APK SD di perdesaan sebesar 107,80 persendan di perkotaan sebesar 109,84 persen (Gambar 6.6), sedangkan APK SMP/sederajat di daerah perkotaan sebesar 91,15 persen dan APK SM/sederajat sebesar 79,20 persen,serta APK SMP/sederajat di perdesaan sebesar 86,38 persen dan APK SM/sederajat sebesar 69,02 persen.

dan prasarana antara anak yang tinggal di daerah perkotaan dibanding anak yang tinggal daerah di perdesaan.

Sumber: BPS - Susenas 2014

Gambar 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Tipe Daerah, 2014

Dalam dokumen PROFIL ANAK INDONESIA (Halaman 66-69)