• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa Sumber Pengetahuan?

Dalam dokumen Manusia dan Alam Semesta dalam (Halaman 114-116)

BAB 20 Ciri Khusus Islam

2. Apa Sumber Pengetahuan?

Dan sudut pandang Islam, sumber pengetahuan adalah: tanda-tanda alam atau tanda-tanda yang ada di alam semesta, yang ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, atau dalam berbagai peristiwa sosial dan berbagai episode bangsa dan masyarakat, dalam akal atau prinsip-prinsip yang sudah jelas, dalam hati, dalam pengertiannya sebagai organ pencerah dan penyuci, dan dalam catatan yang diwariskan umat-umat terdahulu.

Dalam banyak ayat Al-Qur'an manusia diminta merenungkan apa dan bagaimana langit dan bumi itu. Al-Qur'an memfirmankan dalam Surah Yunus, ayat 101:

Al-Qur'an juga mengajak manusia untuk mengkaji sejarah bangsa-bangsa terdahulu, dengan kajian yang cerdas, dengan tujuan mengambil hikmahnya.

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? (QS. al-Hajj: 46)

Al-Qur'an Suci percaya kepada keandalan akal dan kepada keandalan kebenaran-kebenaran yang sudah jelas. Argumen-argumen Al-Qur'an didasarkan pada akal dan kebenaran-kebenaran seperti itu. Al-Qur'an mengatakan:

Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu (langit dan bumi, atau alam semesta) telah rusak binasa. (QS. al-Anbiyâ': 22)

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakan- Nya, dan sebagian Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuri Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (QS. al-Mukminûn: 91)

Al-Qur'an juga memandang hati sebagai pusat intuisi dan ilham Ilahiah. Setiap manusia dapat menerima ilham sesuai dengan dedikasi tulusnya dan upayanya untuk menjaga kesucian dan aktivitas spiritual pusat ini. Wahyu para nabi merupakan pengetahuan seperti ini yang tingkatannya paling tinggi. Berulang-ulang Al-Qur'an menyebut nilai pena dan kitab, dan pada beberapa kesempatan Al-Qur'an bersumpah atas nama pena dan kitab:

Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis. (QS. al-Qalam: 1) 3. Apa Sarana untuk Mendapatkan Pengetahuan?

Sarana untuk mendapatkan pengetahuan adalah indera, kemampuan berpikir, argumentasi, penyucian jiwa, dan telaah atas karya-karya ilmiah orang lain. Dalam surah an-Nahl: ayat 78, di- katakan sebagai berikut:

Dan Allah mengeluarkan kamu dan perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl: 78) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa, bertentangan dengan teori Plato, ketika lahir manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun. Allah SWT telah menganugerahinya indera untuk mengkaji alam semesta ini, Allah SWT telah memberi manusia hati nurani dan daya analisis agar manusia dapat meneliti realitas-realitas segala sesuatu untuk mengetahui hukum-hukum yang mengatur segala sesuatu itu.

Menurut teori terkenalnya, Plato percaya bahwa segala yang ada itu memiliki bentuknya yang sama di alam gagasan. Ketika lahir, manusia sudah mengetahui segala sesuatu, namun dia sudah kelupaan. Dia tidak mempelajari hal-hal baru di dunia ini. Yang dilakukannya hanyalah mengingatnya kembali.

Yang disebutkan dalam ayat ini selaras dengan teori Al-Qur'an tentang pengetahuan fitri. Teori ini tidak menunjukkan bahwa ketika lahir manusia sesungguhnya tahu segala sesuatu. Yang dimaksud Al-Qur'an adalah bahwa hakikat manusia adalah berada dalam keadaan tumbuh dan evolusi, dan bahwa dalam hidupnya dia, berdasarkan gerak hati, menemukan kebenaran-kebenaran asasiah

tertentu yang jelas di luar apa yang dipelajaruiya melalui inderanya. Penemuan kebenaran- kebenaran ini cukup meyakinkan untuk memaksa manusia mempercayai kebenaran-kebenaran ini. Itulah yang dimaksud Al-Qur'an ketika menyerukan "tadzakkur" (mengingat). Karena itu antara ayat-ayat Al-Qur'an yang menyerukan tadzakkur dan ayat Surah an-Nahl yang dikutip di atas tak ada kontradiksi.

Dalam ayat ini, pendengaran dan penglihatan, dua indera yang sangat penting, disebut-sebut sebagai sarana untuk mengetahui. Secara teknis, keduanya dikenal sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan primer yang tidak mendalam. Sedangkan hati atau hati nurani, yang juga disebut-sebut dalam ayat itu, secara teknis digambarkan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam dan logis.

Secara sambil lalu dalam ayat ini juga disinggung masalah lain yang penting. Yaitu masalah tahap- tahap pengetahuan. Selain indera dan daya pikir, Al-Qur'an juga mengakui ketakwaan dan kesucian jiwa sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan. Poin ini sudah disebutkan dalam banyak ayat baik secara tersirat maupun tersurat. Al-Qur'an mengatakan:

Hai orang-orang beriman, jika kamu tdkwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberimu furqan (kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk). (QS. al-Anfâl: 29)

Demi jiwa serta Dia yang menyempurnakannya, maka Allah mengUhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. (QS. asy-Syams: 7-9)

Belajar dan membaca merupakan sarana lain untuk mendapatkan pengetahuan yang secara formal diakui oleh ajaran Islam. Untuk menjelaskan poin ini, cukup dikatakan bahwa wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw diawali dengan kata, "Bacalah". Al-Qur'an memfirmankan: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-'Alaq: 1- 5)

Dalam dokumen Manusia dan Alam Semesta dalam (Halaman 114-116)