• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. Informan Siswa

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.3 Aplikasi Penerapan Toleransi Di Sekolah

Pendidikan adalah sebuah instrumen kesadaran, substansi pendidikan ialah transformasi pengetahuan dari ketidaktahuan menjadi paham atau bahkan profesional, sehingga dengan demikian pembelajaran dalam sebuah elemen pendidikan merupakan suatu aktifitas membangun kesadaran dan sebuah gerakan untuk menggali potensi atas nilai-nilai kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu upaya-upaya normatif untuk melepas banyak hal negatif dari dalam diri seseorang kepada seseorang lainnya.

Secara lugas pendidikan adalah mencetak sosok bermartabat, memiliki harga diri, serta kemuliaan. Hal itulah yang dimaksudkan oleh Paulo Fraire yang

mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan. Bagi Fraire pula, oleh karena manusia yang menjadi pusat pendidikan, maka manusia harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bermartabat. (Yunus: 2004).

Di Indonesia, pendidikan dalam sekolah menjadi sebuah kebutuhan, sebuah penentu keberhasilan, dan secara umum pendidikan mampu mencitrakan sejauhmana karakteristik kepribadian individu. Bahkan pendidikan menjadi salah satu indikator berfikir seseorang. Pendidikan membutuhkan upaya timbal balik dan respon berbalas. Sebab pendidikan tidak hanya bersandar pada sebuah paradigma keilmuan, akan tetapi juga harus memiliki praksis pengamalan dan implementasi secara berkelanjutan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi elemen-elemen pendidikan yang sadar akan adanya sebuah perbedaan. Elemen pendidikan yang paling asasi adalah kehadiran seorang pengajar. Dalam realitanya, seorang pengajar dituntut untuk mampu menjadi sebuah pusat pengembangan potensi setiap anak didiknya. Pendidikan masa kini ialah pendidikan yang menuntut seorang pengajar memberi porsi besar sebagai fasilitator, bahkan sebagai inspirator dan motivator, bukan hanya sebagai diktator otoritarian dalam sistem pembelajaran yang menyebabkan peserta didik tertekan dan tidak bisa memiliki kekuatan untuk unjuk kecerdasan yang dimiliki.

Maka dari itu pengajar yakni guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda adalah salah satu aplikasi yang berperan penting dalam penerapan toleransi. Seorang

guru diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi siswa untuk menerima dan memahami nilai nilai toleransi sosial di dalam masyarakat, sebagai lingkup kecil adalah di dalam lingkungan sekolah. Misalnya saja guru menciptakan aturan-aturan bagi siswa yang mengatur tentang hal berkenaan toleransi contoh nya adalah aturan bagi siswa untuk tidak saling mengejek agama atau suku teman lainnya atau guru akan memberi sanksi pada siswa yang melanggar. Seperti yang dijelaskan salah seorang guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan :

“Memang benar semua guru dimintauntuk membmbing siswauntuk dapat

saling menghargai dalam perbedaan, contoh nya aja memberikan gambaran bagi siswa tentang bhineka tunggal ika atau menekankan siswa untuk tidak saling mengejek tetntang agama atau pun soal perbedaan lainnya, atau guru akan memberi saksi-sanksi kepada mereka karena itu termasuk ketidakdisiplinan dan sekolah tidak akan mentolerir hal ini.”

(Wawancara dengan Ibu Linda Dorothea, Spd. Guru Bahasa Indonesia SMA)

Aplikasi lainnya adalah sekolah membuat beberapa program untuk meringankan siswa-siswi yang tidak mampu dan melarang adanya siswa kaya yang membedakan atau mempetak petakkan diri mereka dari siswa-siswi yang kurang mampu, seperti adanya program Anak Asuh Berantai, berantai disini maksudnya program ini berjalan dengan adanya kerja sama dari beberapa perusahaan atau disebut orang tua asuh yang diajukan profil siswa-siswi anak asuh yang tentunya di beri syarat harus memiliki prestatsi yang cukup baik, lalu siswa-siswi yang diajukan profile nya akan memiliki perbedaan baik agama ataupun etnis dari calon orang tua asuh nya, misalnya anak asuh beretnis tiong hoa

akan di usulkan kepada calon orang tua asuh yang beretnis batak misalnya. Seperti yang di jelaskan ibu Amel selaku koordinator Program Anak Asuh :

“Jadi memang setiap tahunnya kita menerima anak asuh dengan

beberapa test kemmapuan dasar dan survei rumah untuk melihat seberapa pantas anak tersebut untuk masuk di program ini, sebab kami tidak hanya menerima sekedar anak yang tidak mampu dari segi ekonomi, namun harus memiliki semangat belajar yang baik. Dan setelah mereka diterima, mereka akan di ajukan kepada beberapa calon orang tua asuh, dan kami mengajukan anak-anak asuh kami secara berantai atau menyilang maksudnya adalan anak-asuh beragama islam diajukan ke calon orang tua asuh yang beragama buddha.dan begitu sebaliknya.”

( Hasil wawancara dengan Koordinatur Program Anak Asuh YP. Sultan Iskandar Muda Medan, 20 November 2015)

Seperti yang dijelaskan koordinator program ini, hal ini juga di benarkan oleh salah satu siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda ini yang juga merupakan salah satu anak asuh di sekolah ini M. Iqbal Fauzi kelas XII MIA :

“saya masuk ke sekolah ini sejak smp kak, dan menerima beasiswa penuh

dari program anak asuh. Saya suka sekali bersekolah disiini teman-teman saya baik kali sama saya walaupun saya anak asuh, bebearapa teman saya adalah anak orang kaya tapi mereka tak pernah beda-bedain. Orang tua asuh saya beretnis tiong hoa dan beragama khatolik, saya sendiri muslim dengan keturunan tiong hoa, mendiang ayah saya berdarah china.

Bukan hanya program Anak Asuh berantai, YP. Perguruan Sultan Iskandar Muda juga memberikan bantuan-bantuan kepada siswa yang orangtua nya dianggap kurang mampu dalam segi ekonomi seperti pemberian pengurangan uang sekolah kepada siswa-siswi kurang mampu dengan syarat tidak boleh lalai dalam tanggung jawab sebagai siswa, atau pemberian bantuan berupa uang atau beras pada acara-acara hari besar keagamaan misalnya isra’ mi’raj dan waisak. Kegiatan ini ditujukan semata-mata untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu tanpa ada tujuan untuk merendahkan mereka sekaligus sebagai salah satu aplikasi penerapan toleransi yang mendidik siswa untuk saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan siapa yang ditolong. Dan siswa-siswi lainnya diajarkan untuk bertoleransi dan memahami bahwa tolong menolong tidak boileh memandang status sosial, agama atau etnis seseorang. Sebab biaya pengurangan, uang sumbangan atau beras tersebut asal nya dari siswa, seperti motto YP. SIM itu sendiri, dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Hal ini dijelaskan oleh bapak kepala sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai berikut :

“ di sekolah ini, semua siswa dengan status sosial apapun boleh

bersekolah disini, kami juga membuat beasiswa bagi siswa berprestasi, pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu, serta bantuan-bantuan yang diberikan di perayaan hari besar di sekolah ini, semua itu kami subsidikan dari uang sekolah siswa serta uang sumbangan siswa, jadi ya semua berasal dari siswa dan kami distribusikan ke siswa”

(Hasil wawancara dengan Bapak Edy, Kepala Sekolah SMA Sultan Iskandar Muda)

Konsep toleransi mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama. (Sumber: Encarta Encyclopedia, 2002). Sehingga dari konsep ini lah sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan menerapkan sikap toleransi yang menegaskan bahwa semua murid yang bersekolah di sekolah ini memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa ada pengkotak-kotakan. Sekolah mendidik agar siswa-siswi yang bersekolah disini untuk dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada dan tidak membeanrkan adanya perkelahian antar siswa karena kedisiplinan adalah salah satu yang wajib dimiliki siswa.

Kebalikan dari sikap toleransi adalah sikap intoleransi. Sikap intoleransi hanya akan menimbulkan rasa saling curiga, saling benci, saling hina, saling menyalahkan, yang pada gilirannya akan menimbulkan konflik sosial yang sia-sia. (Riva Rizal : 2011) dan hal inilah yang tidak diinginkan pihak sekolah sehingga sejak awal sekolah ini memang dibangun dengan konsep toleransi agar tercipta sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya berkualitas dari segi prestasi tetapi juga dalam pendidikan moral nya. Sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan ini ingin membentuk manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan tetapi juga berakhlak dan berbudi luhur. Pihak sekolah juga sangat menekankan pada siswa untuk saling menghargai dan menghormati sesama murid dengan tidak membedakan teman dari status socialnya dari etnisnya maupun agamanya.

Sekolah juga ingin siswa memahami pentingnya bertoleransi dalam kehidupan, tidak hanya dalam kehidupan di sekolah namun juga di lingkungan

masyarakat luas. Saat nanti siswa akan menghadapi kehidupan social mereka sesudah menyelesaikan pendidikan. Hal hal tersebut di tanamkan pada siswa oleh guru-guru yang mengajar di sekolah ini. Bukan hanya dari teori nya saja namun dengan memberi contoh contoh kecil yang mudah dipahami siswa agar mereka tidak merasa kesulitan untuk berbaur di sekolah dengan banyak keragaman seperti sekolah YP. Sultan Iskandar Muda ini.

4.3.4 Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam