• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali masalah yang muncul dalam proses penerapan toleransi multicultural pada

II. Informan Siswa

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.6 Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali masalah yang muncul dalam proses penerapan toleransi multicultural pada

siswa

Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan

perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan:

a. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan

b. Sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.

Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Sama halnya dengan guru guru SMA di YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang memiliki peran untuk mengontrol masalah yang muncul di antara siswa yang muncul akibat kurang nya kesadaran siswa tentang toleransi. Guru berperan sebagai pendidik, tauladan sekaligus teman bagi siswa maksudnya adalah guru tidak hanya bertuga mengajar bidang studi untuk siswa dalam kelas tetapi sekaligus sebagai tauladan atau contoh bagi siswa dalam sikap dan tingkah laku lalu mampu menjadi teman bagi siswa sehingga siswa tidak takut pada guru namun hormat dan taat.

Dalam mengontrol dan menangani masalah masalah yang muncul diantara siswa yang berkenaan dengan sikap toleransi tersebut guru akan memberikan sanksi pada siswa dan tidak ada pembedaan pada siapapun siswa yang melakukan kesalahan. Misalnya saja dua siswa bertengkar karena permasalahan merasa

terhina agama nya, guru akan menghukum keduanya, tidak hanya salah satu. Dan sanksi yang diberikan tidak berupa pukulan atau hukuman fisik semata. Biasanya guru akan memerintahkan siswa yang berkelahi membersihkan lingkungan sekolah dari sampah atau membersihkan kamar mandi sekolah. Atau sanksi lainnya adalah meminta maaf di depan kelas di hadapan teman-teman lain bahwa mereka sudah melakukan kesalahan.

“ Sekolah melarang adanya hukuman fisik seperti memukul siswa, sebenarnya itu memang tepat karena siswa bukan binatang yang harus dipukuli dahulu agar mengerti, tetapi terkadang siswa yang keterlaluan nakalnya sangat menguji kesabaran guru. Biasanya saya pribadi akan menyuruh siswa membersihkan toilet sekolah. Harus dilakukan bersama-sama, agar mereka memahami bekerja sama akan meringankan pekerjaan mereka dan tidak harus memandang siapa teman yang bekerja sama dengan nya semua siswa adalah teman dan hubungan pertemanan tidak berbatas pada agama, suku atau warna kulit.”

( hasil wawancara dengan Bapak Dharma Berlim, guru agama Buddha, tanggal 19 Oktober 2015)

Toleransi merupakan dasar bagi kita untuk bisa menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Itu sudah menjadi keinginan semua manusia untuk hidup damai dan sejahtera tanpa adanya konflik. Konflik ini menyebabkan banyak sekali kerugian bahkan merenggut nyawa hanya karena konflik ini. Untuk itulah mari kita sama-sama untuk memahami betapa pentingnya multikultural, karena Indonesia masyarakatnya multikultural dan mempunyai keunikan

tersendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa kita juga harus menerima Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural.

Jadi bukan jadi alasan keadaan lingkungan yang multikultural sebagai penyebab adanya konflik. Begitupun dengan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan, dengan adanya toleransi multikultural demi menciptakan sekolah yang berdasarkan Bhineka Tunggal Ika yang menghargai dan menghormati perbedaan sehingga melahirkan generasi-generasi muda yang siap terjun di masyarakat sebagai manusia sosial yang tidak egois.

Di Indonesia pendidikan intelek jelas dibutuhkan akan tetapi pendidikan moral pun sama penting dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, terutama untuk generasi muda yaitu pelajar dan mahasiswa. Para kaum muda merupakan generasi penerus yang akan menentukan jalannya bangsa ini untuk kedepannya. Namun disinilah yang menjadi kekhawatiran bangsa ini karena pendidikan intelek tidak sebanding dengan pendidikan moral padahal kedua objek ini seharusnya saling berbanding lurus. Menurut cara pandang semakin tinggi intelektual seharusnya semakin baik pula moralnya. Namun banyak pula kita temukan seseorang yang berprestasi akan tetapi tidak bermoral. Sistem pembelajaran di indonesia ini harus diberlakukan dengan seimbang agar para pendidik tidak hanya berprestasi tetapi juga mempunyai moral yang baik. Maka dari itu pengajar sangat penting bagi pendidiknya.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka. Dalam konteks sekolah, itu adalah hubungan ini dimana menghormati rekan, bantuan, berbagai,

dan umumnya sopan terhadap satu sama yang lain. Konsep interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen penting dalam teori pembangunan sosial (Rubin, 2009).

Oleh karena itu, seorang pengajar harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan satu sama lain melalui tugas-tugas kelompok untuk berlatih mendengarkan penuh perhatian untuk membangun rasa hormat, saling tolong-menolong, berbagi dengan bersikap sopan terhadap yang lainnya. Dalam artikel yang berudul “ Classroom discourse to foster religious harmony”. Di sini bahwasannya faktor yang mendominasi adalah adanya sikap toleransi.

Dengan sikap toleransi, maka suatu hal itu akan bisa dilakukan dengan baik. Disini kita bertoleransi dalam segala aspek, baik itu toleransi dalam beragama, budaya, sosial dan dalam segala aspek lainnya. Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa.

Banyak contoh toleransi, yaitu suatu contoh toleransi seorang guru terhadap muridnya yang berbeda agama (kristen), yaitu dengan cara seorang guru memberikan hak terhadap dia ketika belajar “Sejarah Kebudayaan Islam” misalnya. Apakah dia mau ikut, atau tidak itu tergantung siswa tersebut.

Seberapa pentingkah toleransi itu? Toleransi itu penting bahkan sangat penting dalam kehidupan ini. Contohnya dalam kehidupan sekolah, dalam kehidupan di sekolah maka perlu adanya toleransi. Baik antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, kepala sekolah dengan murid, guru dengan guru maupun murid dengan murid. Dengan adanya toleransi disekolah maka akan terbentuknya pembelajaran yang kondusif. Selain itu juga, dengan toleransi maka akan memupuk rasa tali prsaudaran yan sangat erat hubungannya. Untuk itulah peran guru dalam mendidikkan sikap toleransi sangat besar peran nya. Tidak hanya sebagai pendidik yang mendidikkan sikap tersebut namun juga sebagai pengendali masalah yang muncul sewaktu-waktu diantara siswa. Menurut kepala sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan guru-guru diharapkan tidak hanya bertindak agar ditakuti siswa sebab jika guru hanya ditakuti maka siswa akan tidak disiplin jika guru tidak ada, namun hal yang diharapkan terhadap guru adalah agar siswa dapat menerima apa saja yang disampaikan guru dan mampu memberi contoh nyata bagi siswa agar siswa membawa sikap disiplin dan toleran kemanapun dia berada.

“ Guru bukan lah sosok untuk ditakuti, sangat disayangkan apabila guru menjadi momok menakutkan bagi siswa. Saya selalu menyampaikan pada guru-guru jadi lah seperti teman, guru-guru memberi hukuman yang pantas saat siswa melakukan kesalahan sehingga siswa tidak merasa tidak adil yang justru mengakibatkan dia mengulangi kesalahannya namun juga tidak membiarkan siapapun siswa yang melakukan kesalahan. Toleransi harus dipupuk semenjak dini bahkan sampai manusia sudah dikatakan dewasa toleransi masih sangat

dibutuhkan. Dan sekolah adalah salah satu lembaga yang mendidikkan tidak hanya hal-hal intelektual namun juga pendidikan moral.”

(Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan)

Dalam proses mengajar guru-guru juga kerap menceritakan beberapa cerita sebagai tauladan bagi siswa. Cerita-cerita yang menginspirasi terbentuknya sekolah YP. Sultan Iskandar Muda, bahwa pendiri sekolah menginginkan suatu lembaga pendidikan yang bukan hanya menghasilkan manusia yang cerdas akal namun juga manusia yang berakhlak dan berbudi luhur. Nasihat ini yang selalu ditanamkan pendiri sekolah yakni Bapak dr. Sofyan Tan yang saat ini menjabat sebagai salah satu anggota DPR RI, di setiap kesempatan beliau berpidato di depan siswa-siswi YP. Sultan Iskandar Muda Medan.

BAB V