• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam lingkungan sekolah yang multikultural

II. Informan Siswa

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.4 Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam lingkungan sekolah yang multikultural

Interaksi dari berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk satu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak social dan komunikasi ini pasti terjadi dimana saja, di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Yang akhirnya membangun sebuah hubungan baik itu hubungan kerjasama, hubungan pertemanan maupun hubungan kekeluargaan.

Di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan terdapat play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan SMK, tetapi dalam penelitian saya melihat hubungan social yang terbangun antar siswa dengan siswa maupun dengan gur-guru serta staff lainnya pada tingkat SMA. Siswa SMA pastinya memiliki nalar yang lebih tinggi dari siswa SD atau SMP, lebih mudah menyampaikan sesuatau pada siswa SMA namun lebih sulit dalam pengendalian social nya sebab mereka dalam masa memberontak dan memiliki keegoisan masing-masing. Ada banyak

jenis siswa di SMA YP. Sultan Iskandar Muda, dari siswa berprestasi yang rajin hingga siswa yang sangat sulit diataur dan tidak disiplin.

Interaksi yang mereka lakukan tentu lebih banyak dibanding siswa smp, mereka mulai aktif di dalam organisasi atau klub yang ada di sekolah misalnya klub anggar atau klub sains. Jadi komunikasi dan kontak social yang terjalin tidak hanya terjadi didalam kelas saja. Tentu tidak semua siswa mudah berbaur dan tidak semua siswa yang memiliki sikap bertoleransi. Ada beberapa siswa yang berkelompok juga. Ada pula siswa yang tak pandai bergaul dan selalu menyendiri. Seperti yang dijelaskan dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yang juga seorang guru BP, bu Linda :

“Ya namanya juga remaja, terkadang ada saja tingkah lakunya

mulai dari ketidakdisiplinan atau ingin dianggap hebat. Terkadang ada siswa yang tidak punya teman dan selalu sendiri, tetapi ada juga beberapa siswa yang senang berkelompok dengan memilih teman kelompok yang sepadan misal kelompok anak-anak orang kaya atau kelompok anak-anak pintar, tetapi guru akan mencoba memberi pengertian dengan mencoba membuat mereka membaur dengan yang lain.”

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal utama dalam dunia pendidikan, sekolah juga dapat dikatakan sebagai kelompok sosial karena adanya interaksi sosial yang berlangsung didalamnya seperti interaksi antara guru dan murid dimana mereka dapat berinteraksi lebih dekat. Contohnya saat murid kurang paham tentang pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka guru dapat memberikan penjelasan yang lebih detail. Robert K Merton menyatakan

sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut kelompok sosial, hal ini menegaskan bahwa sekolah merupakan kelompok sosial. Merton membagi tiga kriteria suatu kelompok :

4. Memiliki pola interaksi

5. Pihak yang berinteraksi mendefenisikan dirinya sebagai anggota kelompok

6. Pihak yang berinteraksi didefenisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.

Sehingga terbangunlah sebuah hubungan didalam lingkungan sekolah, antara siswa dan guru ataupun pegawai di sekolah serta antara siswa dengan siswa. Sebab tidak hanya siswa yang berbeda-beda bahkan guru-guru serta pegawai sekolah seperti satpam atau penjaga kantin berasal dari beragam suku atau etnis maupun agama. Namun diharapkan siswa dapat memiliki hubungan yang baik sehingga menghindari hal-hal yang tidka diinginkan. Hubungan ini akan semakin kuat jika diantara mereka ada kepentingan atau pun adanya kepercayaan. Namun tidak jarang terjadi hubungan yang tidak baik misalnya perkelahian atau pun hubungan siswa laki-laki dan perempuan yang tidak semestinya dibentuk di sekolah.sekolah melarang adanya hubungan pacaran disekolah karena pihak sekolah merasa siswa tidak seharusnya membangun hubungan seperti ini, siswa memiliki tanggung jawab sebagai seorang siswa, yakni belajar dan menaati peraturan.

Oleh karena itu sekolah membentuk beberapa organisasi dan klub klub di sekolah yang bersifat mendidik siswa dalam berkerjasama dalam kelompok serta

mendidik siswa untuk berbaur. Seperti organisasi OSIS SMA yang akan di pilih ketua dan wakil serta anggota kepengurusan nya setahun sekali. Ketua osis bertanggung jawab untuk aktivitas osis di sekolah dibantu oleh wakil, sekretaris dan bendahara, anggota osis adalah seluruh siswa SMA Sultan Iskandar Muda. Jadi osis akan melakukan aktivitas berdasarkan musyawarah dengan seluruh siswa yang merupakan anggota osis. Dengan begini osis tidak hanya milik ketua atau wakil saja, semua siswa berhak untuk memberi pendapat, ini bertujuan agar menjadi jalan bagi siswa yang mungkin sifatnya pemalu untuk dapat berbaur dengan teman-teman lainnya, misalnya saja pelaksaan Pentas Seni atau karya wisata sekolah, semua siswa akan diberi kesempatan yang sama untuk berpendapat dan untuk ikut serta dalam acara tersebut.

Seperti yang diungkapkan salah satu siswa XI MIPA yang juga salah seorang anggota osis, Abella:

“anggota osis ada ketua wakil sekretaris bendahara dan beberapa seksi

bagian yang dibentuk berdasarkan pendapat bersama kak, kami semua ada tugas masing masing, tapi ya kalo ada acara kami juga datang ke setiap kelas buat jelaskan sama kawan-kawan rencana acara itu. Tentang tempat waktu dan biaya pelaksanaan nya kak, mana tau ada kawan kawan yang keberatan, karena kan kas osis ga selalu ada untuk acara-acara kami, jadi ya kami baisanya bakal kutip biaya per orang dan tentu harus sepakat berapa banyak”

(Sumber: hasil wawancara tanggal 27 Oktober 2015)

Dengan organisasi-organisasi tersebut siswa akan terbiasa berinteraksi dengan teman-teman dan juga guru-guru. Sehingga mereka mampu menjadi

pribadi yang tidak tertutup dan dengan seringnya interaksi yang terjadi mereka akan memiliki hubungan satu sama lain yang menuntut mereka untuk saling menghormati satu sama lain.

Seperti menurut Woodworth, cara individu mengembangkan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi dengan adanya kegiatan-kegiatan dalam organisasi organisasi di sekolah membuka kesempatan bagi siswa siswi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah serta membiasakan mereka secara individu untuk bersosialisasi dengan anggota kelompok dalam organisasi yang ada. Tidak hanya osis di sekolah ini ada kegiatan Pramuka, PMI, Radio SIM, kegiatan extrakurikuler seperti di bidang music, klub klub ilmiah, serta olahraga.

4.3.5 Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di