• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai kelompok sosial yang memiliki toleransi kelompok sosial yang memiliki toleransi

II. Informan Siswa

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.1. Gambaran sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai kelompok sosial yang memiliki toleransi kelompok sosial yang memiliki toleransi

Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,

masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan menurut Nasution (1994) adalah hubungan antar manusia dalam sekolah. Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di sekolah serta bagaimana anggota dari kelompok tersebut berinteraksi dengan baik agar tidak muncul konflik. Adalah salah satunya bertoleransi dan hal ini juga merupakan hal penting didalam lingkungan sekolah sebagai salah satu kelompok sosial yang formal.

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan sekolah multicultural dengan siswa yang berasal dari berbagai agama, status sosial maupun etnis. Sekolah ini dikenal sebagai sekolah pembauran yang berada di jalan sunggal gang bakul ini memiliki sejarah yang panjang sejak di bangun hingga saat ini menjadi salah satu sekolah swasta elite yang ada di medan. Sekolah ini didirikan oleh Bapak Dr. Sofyan Tan dibantu oleh beberapa rekan. Sekolah ini didbangun atas dasar keinginan beliau agar anak anak yang ingin bersekolah tanpa pandang status social ras maupun agamanya memiliki kesempatan untuk bersekolah dengan baik. Sampai saat ini pun sekolah ini tidak melupakan hal itu. Sekolah dengan siswa yang berasal dari berbagai status social, agama smaupun etnis ini, sangat menjunjung tinggi rasa nasionalisme serta kedisiplinan. Sekolah mendidik siswa siswi nya tentang pentingnya bertoleransi. Dalam kegiatan sekolah sehari hari juga siswa-siswi diarahkan untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Dalam materi pelajaran juga guru-guru senantiasa mengingatkan pentingnya toleransi sebab sekolah ini merupakan sekolah dengan keberagaman dan guru-guru tidak menginginkan adanya masalah antara siswa yang muncul akibat dari sikap tidak menghormati perbedaan yang ada. Sekolah juga selalu mengadakan kegiatan di hari hari besar untuk masing-masing agama yang ada di sekolah ini. Atau melakukan beberapa kegiatan bakti sosial ke tempat-tempat bencana alam seperti saat erupsi sinabung berastagi atau mengunjungi panti asuhan di medan. Seperti yang diungkapkan salah seorang guru pada wawancara :

Setiap tahun sekolah kami membuat acara isra’ miraj, natal, waisak dan kegiatan kegiatan sosial lainnya agar siswa siswi mampu belajar bahwa perbedaan bukan alas an untuk tidak bias berdampingan atau berteman. Justru dengan adanya perbedaan ikatan yang terjalin akan lebih kuat, sebab mereka akan memahami apa yang mereka punya dan mereka tidak punya akan saling melengkapi mereka dalam ikatan yang mereka sebut teman. Guru juga akan menghukum siswa yang membuat masalah dengan teman nya yang lain dengan alasan tidak suka karena dia tidak seagama misalnya” (wawancara dengan Ibu

Khairani Hedra, tanggal 21 Oktober 2015)

Menurut Webster, 1991 (dalam Hasbullah, 1999) sekolah merupakan tempat atau institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelanggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat untuk mengajar murid-murid, tempat untuk melatih dan memberi intruksi- intruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada sisiwa. Tempat yang dinamakan sekolah merupakan satu

kegiatan belajar dan mengajar. Sekolah sebagai penyedia sarana dan prasana bagi siswa untuk mampu berinteraksi sosial dengan anak-anak lainnya.

Sama halnya dengan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai lembaga sekolah yang berkompeten tentunya sekolah ini menyediakan berbagai fasilitas agar siswa bisa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar dan berinteraksi di sekolah. Seperti disediakan nya rumah ibadah yakni mushola bagi siswa muslim yang ingin beribadah di sekitar lingkungan sekolah agar tidak kesulitan dan juga dijadikan tempat praktik ibadah saat mata pelajaran pendidikan agama islam, begitu juga gereja dan vihara yang dibangun berdampingan, lalu ada pendopo yang dibangun sebagai tempat pertemuan-pertemuan organisasi siswa atau tempat latihan tari dan banyak fungsi lainnya. Berikut penjelasan dari hasil wawancara dengan kepala Sekolah tentang sarana dan prasarana yang ada di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan :

“Sekolah sudah cukup memfasilitasi siswa-siswi dengan berbagai fasilitas mulai dari ruang kelas yang nyaman dengan disediakan nya tv dan dvd jika guru ingin menyampaikan materi pelajaran melalui bahan ajar audio visual, perpustakaan yang nyaman, laboratorium kita juga lengkap mulai dari laboratorium computer hingga laboratorium bahasa dimana sekolah ini mengajarkan 4 bahasa asing yakni bahasa Inggris, Jepang, Mandarin dan Jerman. Ada 3 tempat ibadah, ruang radio sim fm dan ruang music, kantin yang asri serta lapangan basket yang cukup luas.”

Sekolah juga menyediakan kelas yang nyaman bagi siswa sebagai tempat belajar. Lalu ada berbagai lab sebagai tempat praktik sains, laboratorium

computer dan bahasa, lapangan basket, kantin serta ruang radio sim fm sebagai penyalur hobi siswa sebagai penyiar. Semua fasilitas tersebut diharapkan dapat mendidik siswa sebagai manusia yang creative dan innovative namun tetap sebagai manusia yang kembali kepada kodratnya sebagai makhluk tuhan dan mampu menghargai dan mengjhormati perbedaan perbedaan di antara siswa satu sama lain.

Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, anak memperoleh pengalaman –pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukaan, agama , jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas. Sebagian besar proses sosialisasi terjadi secara informal. Namun tiap-tiap masyarakat mengenal institusi sosial khusus tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal disebut sekolah. Di satu pihak pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Di pihak lain pendidikan di sekolah berfungsi mendidik agar anak mengabdikan diri nya kepada masyarakat. Pendidikan formil di sekolah membentuk kepribadian anak dan mengajarkan anak akan peran nya masing-masing diluar rumah, mengajarkan hak dan tanggung jawab agar mereka memahami mereka bukan seorang anak ayah atau ibu di luar rumah, maka mereka harus mampu mengontrol diri mereka sebagai individu yang mandiri.

4.3.2 Bentuk-bentuk Toleransi Sosial di Lingkungan Sekolah YP.Sultan Iskandar Muda Medan yang Multikultural

Indonesia adalah Negara multikultural yang memiliki adat istiadat, etnis dan budaya yang beraneka ragam. Indonesia juga bisa disebut sebagai Negara pluralis, salah satu bagian penting dari tata kehidupan yang pularis yakni ditandai kemajemukan agama, budaya, dan etnis tersebut. Menyadari bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa pemeluk agama dan banyak suku, yang sangat beraneka ragam. Maka, pencarian bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkanya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan akan tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog.

Bentuk pendidikan seperti inilah yang banyak ditawarkan oleh “banyak ahli” dalam rangka mengantisipasi konflik keagamaan dan menuju perdamaian abadi, yang kemudian terkenal dengan sebutan “pendidikan toleransi” tujuannya, pendidikan dianggap sebagai instrumen penting dalam penanaman nilai toleran. Penerapan toleransi yang ingin dilihat penulis dalam hal ini adalah bagaimana sekolah menngarahkan siswa-siswi nya ke arah sikap toleransi yang akan mengontrol siswa-siswi dalam hidup berdampingan disekolah dengan damai. Sebelum itu akan kita bahas tentang masyarakat multikultural, Nasikun mengungkapkan bahwa masyrakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktur memiliki sub-sub

kebudayaan yang bersifat diverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.

Bentuk toleransi yang ingin dilihat adalah bentuk bentuk toleransi sosial yang tampak jelas baik didalam kelas maupun diluar kelas antar siswa maupun antara siswa dan guru serta staf di YP. Sultan iskandar Muda Medan.

4.3.2.1 Bentuk Toleransi Sosial Siswa di Dalam Kelas

Dari pengertian masyarakat multikultural kita dapat menggambarkan seberapa penting menerapkan sikap toleransi bagi siswa-siswi dalam lingkungan sekolah yang multikultural seperti YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Dalam menerapkan toleransi di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang memang memiliki lingkungan yang sangat beragam baik agama, etnis maupun bahasa dan status sosial ini membuat berbagai gambaran-gambaran kepada siswa-siswi betapa pentingnya toleransi di dalam lingkungan sekolah mereka.

Kegitan belajar mengajar di dalam kelas memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan kegiatan di luar kelas dengan sekitar 40 siswa dalam setiap kelas dan di ajar oleh seorang guru bidang studi. Ada 40 lebih siswa di dalam kelas tentu saja dengan berbagai latar belakang berbeda, sifat dan tingkat pemahaman yang berbeda akan pentingnya toleransi sosial. Ada beberapa siswa yang mampu menghargai dan menghormati perbedaan teman lainnya dan mampu berinteraksi

dan bersosialisasi dengan siswa lainnya. Namun tentu ada pula siswa yang tidak begitu suka berbaur dengan siswa lainnya.

Oleh karena itu, biasanya setiap kelas memiliki guru wali kelas yang akan membagi tempat duduk bagi siswa di setiap kelas, ada pula wali kelas yang membebaskan dengan syarat laki-laki dengan perempuan dan tidak boleh mencari teman sebangku yang memang sudah dikenal atau sudah akrab. Hal ini dilakukan bertujuan agar seluruh siswa mampu berbaur, tidak berkelompok berdasarkan kesamaan status sosial, agama maupun suku. Toleransi merupakan istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. (Zagorin, Perez :2003). Dengan melihat ini guru-guru diminta untuk memberi pendidikan toleransi ini di sela-sela pelajaran. Sekolah mengharapkan guru mampu membimbing siswa-siswi untuk mampu saling menghargai perbedaan diantara mereka agar permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan keragaman antar siswa tidak terjadi. Seperti yang diungkapkan salah seorang siswa di SMA Sultan Iskandar Muda pada saat wawancara berikut ini :

“kalau di kelas guru wali kelas yang mengatur susunan bangku kak, wali kelas yang menentukan teman sebangku kami. Wali kelas juga melarang pindah-pindah bangku kecuali disuruh diskusi kelompok jadi boleh pindah-pindah ke kelompok masing-masing. Guru juga selalu mengingatkan gak boleh pilih pilih berteman dan kalau didalam kelas tidak boleh menggunakan bahasa ibu, harus menggunakan bahasa Indonesia.”

(Hasil wawancara dengan Hendra Sentoso, 12 November 2015)

Banyak bentuk-bentuk toleransi yang dapat dilihat di dalam kelas baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru. Seperti contohnya pada saat bulan Ramadhan yang kebetulah kegiatan belajar mengajar di sekolah ini tetap berjalan. Siswa non muslim dilarang makan dan minum di dalam kelas selama bulan Ramadhan untuk menghormati teman-teman yang melaksanakan ibadah puasa. Atau guru melarang siswa menggunakan bahasa ibu : bahasa tiong hoa, bahasa batak, karo dan sebagainya, semua siswa hanya dibenarkan menggunakan bahasa Indonesia.

4.3.2.2 Bentuk Toleransi Sosial Siswa di Luar Kelas

Toleransi yang di terapkan oleh sekolah YP. Sultan Iskandar Muda kepada siswa-siswi SMA tidak hanya dengan teori namun juga dari tindakan-tindakan nyata agar siswa-siswi lebih memahami bahwa toleransi sangat penting. Contohnya saja pembangunan tiga rumah ibadah yakni musolah bagi yang muslim, gereja untuk yang nasrani dan khatolik serta vihara bagi yang buddha. Untuk agama hindu memang belum ada rumah ibadah sebab di adakan nya agama hindu masih termasuk baru, hingga sekitar tahun 2011 siswa-siswi yang beragama hindu dapat memilih mengambil mata pelajaran agama lain seperti buddha atau kristen.

Namun pada akhirnya siswa-siswi yang beragama hindu bisa memeluk agama nya sendiri di sekolah dengan di beradakan nya pendidikan agama hindu. Tidak hanya dari segi agama tentunya toleransi itu di terapkan. Sebagai contoh lain dari segi status sosial, sekolah tidak mengistimewakan siswa dengan latar

belakang keluarga terhormat sekalipun, baik itu siswa kaya maupun miskin memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan maupun penggunaan fasilitas yang sama. Tidak ada yang membedakan siswa siswi di dalam lingkungan sekolah, semua siswa mutlak sama dalam hak dan kewajibannya.

Selain itu bentuk toleransi yang dapan dilihat di luar kelas adalah pada saat upacara bendera, semua siswa dari berbagai etnis diwajibkan memberi hormat pada bendera merah-putih sebagai tanda kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Tidak ada siswa yang mempermainkan kegiatan upacara bendera sebab mereka menerima pengarahan dari guru-guru bahwa tidak hanya sekedar kewajiban namun upacara bendera adalah bukti bahwa semua yang berada di sekolah adalah sama, warga Negara Indonesia.

Bentuk toleransi lain adalah acara yang di buat pada hari-hari besar seperti isra’ mi’raj, waisak, ataupun natal, dalam kegiatan ini dapat dilihat bahwa tidak hanya siswa atau guru yang merayakan hari besar tersebut saja yang hadir, misalnya siswa yang muslim juga hadir dalam perayaan Natal sebab teman-teman yang merayakan Natal juga hadir pada saat isra’ m’raj. Ini adalah bentuk-bentuk dari toleransi sosial yang ada di luar kelas. Siswa juga berbaur di luar kelas dengan teman-teman lainnya yanmg tidak hanya dari kelas yang sama, tidak hanya dengan agama yang sama, tidak pula hanya dengan suku yang sama. Setiap beberapa minggu sekali sekolah juga mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Semua siswa akan turut serta membersihkan rumah ibadah, tidak hanya siswa Islam yang harus membersihkan mushola atau

siswa Kristen saja yang harus membersihkan gereja tetapi mereka semua bekerja sama melakukannya.

Dengan beberapa contoh tersebut kita dapat melihat bentuk-bentuk toleransi yang ada di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Siswa memiliki kesadaran akan pentingnya toleransi sosial di dalam perbedaan yang ada di lingkungan sekolah mereka. Dengan berbagai pengarahan dari guru dan berbagai aturan yang dibuat diharapkan siswa menumbuhkan sikap toleransi dalam diri merek yang tidak hanya sementara namun melekat selamanya di dalam diri siswa. Sekolah mengharapkan mampu menciptakan manusia-manusia yang cerdas dan berakhlak baik yang menjunjung tinggi norma norma yang ada serta mampu menjadi manusia yang menghargai dan menghormati perbedaan orang lain.