• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3 Interaksi Sosial

Interaksi dari berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk satu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

a. Kontak Sosial

Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak

selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.

Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

Faktor-faktor dalam interaksi sosial meliputi faktor sugesti, motivasi, imitasi, identifikasi simpati dan empati. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain, sedangkan identifikasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menjadi sama dengan yang lain dan bisa berlangsung secara sadar ataupun tidak sadar. Berbeda dengan identifikasi proses simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain dan dalam hal ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walau dorongan utamanya adalah untuk memahami orang lain dan bekerjasama dengannya. Proses interaksi sosial biasanya didasari berbagai faktor (waridah, 2001 : 18-20).

Sedangkan Homans (dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi

satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.

Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentanga atau pertikaian (conflict).

Gilin dan Gilin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

1. Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk khusus lagi, yakni:

a) Akomodasi

b) Asimilasi dan alkulturasi

2. Proses disosiatif (processes of dissociation) yang mencangkup: a) Persaingan.

b) Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Sistematika yang lain pernah pula dikemukakan oleh Kimball Young, menurutnya bentuk-bentuk proses sosial adalah:

1. Oposisi (opposition) yang mencangkup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

2. Kerja sama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation), dan

3. Differensiasi (differentiation) yang merupakan suatu [proses dimana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Differensisasi tersebut menghasilkan lapisan-lapisan masyarakat.

Menurut Woodworth, cara-cara individu mengembangkan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal utama dalam dunia pendidikan, sekolah juga dapat dikatakan sebagai kelompok sosial karena adanya interaksi sosial yang berlangsung didalamnya seperti interaksi antara guru dan murid dimana mereka dapat berinteraksi lebih dekat. Contohnya saat murid kurang paham tentang pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka guru dapat memberikan penjelasan yang lebih detail. Robert K Merton menyatakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut kelompok sosial, hal ini menegaskan bahwa sekolah merupakan kelompok sosial. Merton membagi tiga kriteria suatu kelompok :

2. Pihak yang berinteraksi mendefenisikan dirinya sebagai anggota kelompok

3. Pihak yang berinteraksi didefenisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.

Menurut Robert bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidanya sebuah organisasi, hubungan natara kelompok dan kesadaran jenis. Interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok sosal yang majemuk biasanya akan memiliki peluang konflik yang besar. Untuk itu dalam interaksi sosial dalam kelompok sosial yang memiliki keberagaman dibutuhkan adanya sikap toleran terhadap perbedaan yang ada. Termasuk didalam lingkungan sekolah, dimana interaksi yang terjadi antar siswa atau siswa dengan guru, jika dalam lingkungan sekolah yang memiliki keberagaman tidak diterapkan toleransi atau sikap saling menghargai dalam perbedaan-perbedaan yang ada.

Contohnya saat bulan puasa di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda, kantin akan di tutupi kain dan siswa/i non islam dianjurkan makan dikantin saja dan tidak di kelas agara menghargai teman-teman mereka yang berpuasa. Atau pada saat pelajaran agama, bagi umat kristiani biasanya menyanyikan lagu-lagu rohani, dan umat beragama yang lain menghormnati dengan menjaga susana di sekitar tetap tenang. Contoh contoh ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga tidak terlepas dari adanya interalksi yang terjadi antar elemen sekolah tersebut. Elemen-elemen sekolah dengan indidvidu-individu yang ada didalamnya, serta kelompok-kelompok yang kesemuanya berfungsi sebagai satu kesatuan membentuk suatu interaksi. Hal ini sesuai dengan pandangan simmel

menyebutkan bahwa masyarakat lebih merupakan sebuah interaksi individu-individu dan bukan merupakan sebuah interaksi substansial (soekanto, 2003 :118)