• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di lingkungan SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang Multikultural

II. Informan Siswa

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.3.5 Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di lingkungan SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang Multikultural

Toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.

Tentu hal itu harus berdasarkan kesadaran yang tumbuh bukan berdasarkan keharusan apalagi dipaksakan. Bertoleransi berarti menghargai kebebasan dari perbedaan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan diri sendiri bukan hal mudah untuk di biasakan pada siswa-siswi SMA yang dalam usia belia yang memiliki ego yang tinggi. Itu lah sebabnya pasti ada saja kendala-kendala yang di hadapi kepala sekolah dan guru-guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan dalam menerapkan toleransi di lingkungan sekolah yang multikultural ini. Misalnya saja pada saat di lingkungan sekolah masih ada saja siswa yang tidak mau bergabung dengan teman yang tidak seagama, hanya berkumpul dengan teman-teman yang seagama dengan nya. Dengan alasan tidak nyaman jika berbicara kegiatan-kegiatan agama dengan teman yang bukan seagama dengannya. Seperti yang dijelaskan anggi salah satu siswa beragama Kristen :

“iya kak kadang kami bukan gak menghormati tapi kami gak nyaman kan kalau mau bicara kegiatan agama kami, makanya kami punya kelompok yang isinya agama Kristen semua kami sebut kelompok kami anak tuhan, hehehe, kami sering membahas kegiatan di gereja, anggota kor gereja sim ini juga. Tapi kalau dikelas kami berteman kok sama yang lain.”

( Hasil wawancara dengan Anggiat, 25 November 2015)

Atau masalah lain misalnya siswa yang minder dan menarik diri karena berasal dari keluarga sederhana dan masuk program anak asuh. Ada beberapa siswa anak asuh yang menjauhkan diri dan senang menyendiri, dan benar ada beberapa siswa yang dengan orang tua kaya yang suka berbuat remeh terhadap

siswa kurang mampu dari status sosial. Seperti yang diungkapkan salah satu siswi :

“ ada kak geng cantik di kelas XI, tapi aku gak usah sebutin namanya deh, yang jelas ini group cewek-cewek anak orang kaya, mereka merasa berkuasa di sekolah, dan gak mau gabung sama siswi yang ga seleb]vel dengan mereka, sebenarnya dah sering di tegur guru, mereka juga sering gak disiplin berpakain missal rok nya tidak sama panjang dengan yang seharusnya atau lebih pendek dan ketat, alasan mereka kalau pakai seragam longgar jadi kelihatan jelek. Ada juga siswa cowok yang suka ngejek ngejek kawan yang baju nya lusuh misalnya atau nunggak uang sekolah, ejek-ejekan akhirnya berantem. Gitu sih setau aku kak.

( Hasil wawancara dengan Nichta tanggal 23 November 2015)

Sikap toleran di terapkan dengan tujuan agar menghindari perpecahan diantara siswa serta agar siswa dapat menjadi manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu namun juga menjadi manusia yang mampu terjun di masyarakat dengan menghargai dan menghormati perbedaan di lingkungan nya nantinya. Tapi tentu tidak lah semudah membalikkan tangan, sebab tidak semua siswa memiliki watak yang sama dan pemikiran yang sama. Berikut beberapa permasalahan yang pernah muncul yang berhubungan dengan penerapan toleransi di lingkungan siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang saya peroleh dari hasil percakapan dengan para siswa dan guru:

1. Pertengkaran siswa karena permasalahan saling mengejek agama atau mengejek status orang tua salah satu teman.

2. Membentuk kelompok berdasarkan gaya hidup, agama atau etnis yang sama.

3. Beberapa siswa yang menyendiri karena merasa minder dan merasa tidak diterima teman-temannya karena merasa tidak kaya atau tidak gaul.

4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menghormati aktifitas agama teman yang lain contohnya kurangnya kepekaan siswa non muslim pada saat bulan ramadhan dengan makan atau minum seenaknya di depan temannya yang berpuasa, siswa yang bermain main dan mengotori lantai gereja, atau siswa yang mebuat keributan pada saat ada kegiatan belajar agama di masjid.

5. Masih adanya siswa yang malu karena merupakan anggota anak asuh berantai, karena teman-temannya berasal dari keluarga menengah ke atas.

Contoh diatas merupakan beberapa contoh masalah yang dihadapi dalam menerapkan toleransi pada siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Ada banyak kasus kasus yang serupa setiap bulannya dan sering masuk kedalam buku ketidakdisiplinan siswa. Guru-guru juga membenarkan hal tersebut seperti yang diungkapkan salah satu guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan berikut :

“Sekolah ini memiliki ribuan siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari status sosial, agama maupun etnis dan budaya. Sehingga tidak mustahil jika muncul permasalahan diantara siswa karena berkaitan dengan hal ini. Misalnya bertengkar karena saling mengejek agama atau contohnya salah satu siswa mengejek temannya beretnis india yang kulitnya hitam, akhirnya bertengkar. Atau misalnya saja siswa yang tidak punya teman

karena merasa di jauhi, hal seperti masih ada ditemukan diantara siswa. Namun tidak sampai pada pelanggaran disiplin yang terlalu berat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ebenezer, guru Agama Kristen SMA YP. Sultan Iskandar Muda)

Hal ini menunjukkan toleransi bukan lah hal yang dapat kita sepelekan. Karena konflik di masyarakat sekarang sekarang ini besar berasal dari SARA. Sehingga mendidikkan sikap toleransi yang benar memang harus sejak dini, baik dirumah maupun di sekolah agar anak tidak tumbuh sebagai manusia yang sombong dan tidak mampu menjadi makhluk sosial yang baik. Karena toleransi adalah pengendali konflik yang berasal dari perbedaan SARA, tidak sedikit kasus konflik SARA di Indonesia seperti contoh konflik di POSO yang berkepanjangan. Disini lah toleransi dibutuhkan agar konflik dapat dihindari. Tidak hanya di lingkungan masyarakat luas namun dalam lingkungan sekolah toleransi perlu di terapkan agar tercipta suasana belajar mengajar yang nyaman dan tenang sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

4.3.6 Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali