• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Keb ijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam UU No. 32 Tahun 2009

Dalam dokumen Buku Anotasi UU Nomor 32 Tahun 2009 (Halaman 46-52)

POLITIK HUKUM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

II.3. Arah Keb ijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam UU No. 32 Tahun 2009

Persoalan-persoalan lingkungan hidup sejatinya dapat dicegah dan ditangani dalam kerangka negara hukum yang demokratis (constitutional democracy), melalui penyusunan norma hukum yang mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan hidup disamping aspek sosial, politik, dan ekonomi. Dengan sifatnya yang imperatif, hukum dapat menjadi alat untuk merubah orientasi pengelolaan lingkungan hidup dan SDA yang selama ini terlalu bertumpu pada eksploitasi yang merusak.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa lahirnya UU No. 32 Tahun 2009 merupakan koreksi terhadap kondisi pelaksanaan UU sebelumnya, yaitu UU No. 23 Tahun 1997. Para perumus UU No. 32 Tahun 2009 menyoroti bahwa belum efektifnya pelaksanaan UU No. 23 Tahun 1997 disebabkan oleh lemahnya substansi, struktur, dan kultur hukum lingkungan hidup yang ada. Lemahnya substansi hukum diindikasikan oleh banyaknya ketentuan yang multi tafsir. Lemahnya struktur hukum diindikasikan oleh masih kuatnya kebijakan yang pro investasi namun merugikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Sedangkan lemahnya kultur hukum diindikasikan oleh lemahnya tingkat penaatan pelaku usaha dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi tersebut mengakibatkan munculnya persoalan-persoalan empiris seperti tingginya laju degradasi fungsi lingkungan hidup, meningkatnya kerentanan lingkungan hidup yang dipengaruhi oleh letak geografis maupun peningkatan degradasi fungsi lingkungan hidup, meningkatnya angka kemiskinan dan ketidakadilan akibat pengelolaan lingkungan hidup dan SDA yang kurang bijaksana, dan tingginya konflik pengelolaan lingkungan hidup dan SDA. 34

34 Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 32 Tahun 2009, Naskah Akademis, hlm. 1-8.

Berdasarkan pemikiran di atas, perumusan UU No. 32 Tahun 2009 meletakkan beberapa landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis bagi pengembangan ketentuan di dalamnya. Secara filosofis UU No. 32 Tahun 2009 diletakkan pada tiga pandangan utama, yaitu: (1) lingkungan hidup sebagai anugerah atau karunia bangsa yang harus dilestarikan, bahkan dikembangkan kemampuannya, tidak hanya untuk menopang kehidupan masyarakat melainkan juga makhluk hidup lainnya demi peningkatan kualitas hidup; (2) kesadaran bahwa manusia dengan makhluk hidup lainnya dan benda-benda abiotis memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang merupakan prinsip-prinsip ekologis sehingga harus dipandang memiliki martabat yang sama dan mendapatkan penghormatan, pemenuhan, serta perlindungan hak yang sama pula dalam kehidupan. Oleh karena itu, m anusia sebagai salah satu bagian dari ekosistem harus mematuhi prinsip-prinsip ekologis tersebut; (3) hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan HAM yang wajib dihormati, dipenuhi, dan dilindungi oleh negara.35

Secara sosilogis, para perumus berangkat dari falsafah negara yaitu Pancasila yang dianggap sebagai keyakinan bangsa dalam membina hubungan bernegara dengan dimensi hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam dalam rangka kemajuan lahir dan batin. Ketiga dimensi hubungan tersebut harus dibina secara serasi, selaras, dan seimbang dalam suatu hubungan timbal balik sehingga diperlukan pengakuan terhadap perbedaan dan keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Oleh karena itu, pertanggungjawaban terkait dengan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup harus diletakkan dalam tiga dimensi hubungan tersebut dan dilaksanakan secara terpadu, taat asas, dan konsekuen dari pusat maupun daerah.36 Secara yuridis, perumus UU No. 32 Tahun 2009 mendasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan hidup sebagai tempat penyelenggaraan kedaulatan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang perlu diatur berdasarkan hukum yang berlaku. Keberlakuan hukum tersebut harus mempertimbangkan perkembangan hukum nasional maupun internasional yang demikian pesat dimana Indonesia merupakan bagian dari masyarakat internasional. Selain itu, pertimbangan yuridis lainnya bahwa UU No. 32 Tahun 2009 dilahirkan juga untuk mengatasi adalah perilaku bermasalah yang selama ini ada, kesiapan aktor baik negara maupun individu untuk mengimplementasikan ketentuan yang ada, dan pertimbangan dampak dari keberlakuan UU sebelumnya.37 Dengan kata lain, sebetulnya UU No. 32 Tahun 2009 ini bertujuan mengoreksi dan memperbaiki efektifitas pelaksanaan UU sebelumnya.

Kita dapat membandingkan latar belakang pemikiran para perumus UU Lingkungan Hidup dari waktu ke waktu. UU No. 4 Tahun 1982 menekankan pada pertimbangan 35 Ibid., hlm. 22-25. 36 Ibid., hlm 37. 37 Ibid. hlm. 37.

tentang kesadaran lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri, dijaga, dan dikelola sedemikian rupa sebagai modal untuk menuju kesejahteraan umum yang berkesinambungan dengan mempertimbangkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang serta selaras dengan kesadaran yang berkembang dalam hubungan internasional atau antar bangsa. Pertimbangan tersebut tidak jauh berbeda dengan UU setelahnya (UU No. 23 Tahun 1997). Hanya saja UU No. 23 Tahun 1997 lebih menegaskan tentang istilah pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta perkembangan hukum internasional terkait dengan lingkungan hidup.

Penekanan yang berbeda dari kedua UU tersebut bisa kita lihat dalam UU No. 32 Tahun 2009. Setidaknya ada tiga penekanan baru dilihat dari pertimbangan dan tujuan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2009, yaitu: (1) lingkungan hidup ditempatkan sebagai bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk memastikan perlindungannya melalui UU No. 32 Tahun 2009. Upaya untuk memastikan perlindungan hak asasi manusia terkait lingkungan hidup merupakan bagian dari upaya perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem; (2) adanya pengakuan dan kesadaran bahwa kualitas lingkungan hidup kita sudah semakin menurun hingga sampai menjadi ancaman bagi kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di tengah ancaman persoalan lingkungan global seperti perubahan iklim; (3) perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diletakkan dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah. Artinya, perumusan UU No. 32 Tahun 2009 harus mempertimbangkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perubahan hubungan dan kewenangan pemerintah dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini ditegaskan pula dalam naskah akademik pada bagian identifikasi masalah yuridis.38 Berikut ini tabel perbandingan tentang pertimbangan dan tujuan dikeluarkannya UU Lingkungan Hidup:

Tabel 4

Perbandingan Pertimbangan dan Tujuan Dikeluarkannya UU Lingkungan Hidup

UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009

POKOK PIKIRAN KONSIDERAN MENIM BANG

Karunia dan Rahmat Tuhan Karunia dan Rahmat Tuhan -

38 Beberapa persoalan terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam otonomi daerah antara lain kuatnya pendekatan administratif daripada ekosistem dalam UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan lemahnya pembagian rangkaian urusan pengelolaan lingkungan hidup –mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penaatan dan penegakan hukum- dalam UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lihat juga, Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 32 Tahun 2009, Naskah Akademis, hlm. 18-19.

UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009

Yang Maha Esa Yang Maha Esa

- - Lingkungan hidup yang baik

dan sehat merupakan HAM Lingkungan hidup sebagai

modal menuju kesejahteraan umum

Lingkungan hidup sebagai modal menuju

kesejahteraan umum

-

Pertimbangan pem bangunan yang berkesinambungan, terpadu, menyeluruh untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang

Pertimbangan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang Pembangunan nasional berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Pertimbangan hubungan kehidupan antar bangsa yang sesuai dan selaras dengan perkembangan kesadaran lingkungan hidup umat manusia

Perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup global serta hukum internasional terkait pengelolaan lingkungan hidup - - - Pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan dalam kerangka otonomi daerah negara kesatuan

- - Kualitas lingkungan hidup

yang semakin menurun dan mengancam kelangsungan perikehidupan m anusia dan makhluk hidup lainnya

- - Semakin meningkatnya

pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim sehingga

memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup

- - Menjamin kepastian dan

perlindungan hak atas lingkungan hidup yang baik

UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009 dan sehat sebagai bagian dari perlindungan keseluruhan ekosistem KONSIDERAN M ENGINGAT

Pasal 5 ayat (1); Pasal 20 ayat (1); Pasal 33 UUD 1945

Pasal 5 ayat (1); Pasal 20 ayat (1); Pasal 33 UUD 1945

Pasal 20; Pasal 21; Pasal 28H ayat (1); dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) UUD 1945 TUJUAN DAN SASARAN

Tercapainya keselarasan hubungan antar manusia dengan lingkungan hidup sebagi tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya

Tercapainya keselarasan, keserasian, dan

keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana

Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara

bijaksana

Mengendalikan

pemanfaatan SDA secara bijaksana

Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pem bina lingkungan hidup

Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan mem bina lingkungan hidup

-

Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang

Terjam innya kepentingan generasi m asa kini dan generasi m asa depan

Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan

- Mewujudkan pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang berim an dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Mewujudkan pembangunan berkelanjutan

UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009 Terlindunginya negara

terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara yang mnyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan

Terlindunginya Negara Kesatuan Republik

Indonesia terhadap dam pak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

Melindungi w ilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

- Tercapainya kelestarian

fungsi lingkungan hidup

Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

- - Menjamin kelangsungan

kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem

- - Menjamin keselamatan,

kesehatan, dan kehidupan manusia

- - Menjamin pemenuhan dan

perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

- - Mengantisipasi isu

lingkungan global

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, UU No. 32 Tahun 2009 memiliki arah untuk memperkuat beberapa substansi penting sebagai berikut:

(

1) Prinsip -p rinsip UU No. 32 Tahun 2009

UU No. 32 Tahun 2009 mengintrodusir prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional lebih banyak daripada UU sebelumnya (UU No. 23 Tahun 1997) yang hanya mengintrodusir tiga prinsip (tanggungjaw ab negara, keberlanjutan, dan manfaat). Beberapa prinsip yang diintrodusir dalam UU No. 32 Tahun 2009 adalah: (a) keserasian dan keseimbangan; (b) keterpaduan; (c) kehati-hatian; (d) keadilan; (e) ekoregion; (f) keanekaragaman hayati; (g) pencemar membayar; (h) partisipastif; (i) kearifan lokal; (j) tata kelola pemerintahan yang baik; (k) otonomi daerah.

Dalam dokumen Buku Anotasi UU Nomor 32 Tahun 2009 (Halaman 46-52)