• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jam inan Hak at as Lingkungan Hidup dan Hak Akses

Dalam dokumen Buku Anotasi UU Nomor 32 Tahun 2009 (Halaman 101-105)

PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ATAS LINGKUNGAN HIDUP

IV.2. Jam inan Hak at as Lingkungan Hidup dan Hak Akses

Pasal 65

(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dam pak terhadap lingkungan hidup.

(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaim ana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Penjelasan (1) Cukup jelas.

(2) Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka peluang b agi masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaim ana dimaksud pada ayat ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lainyang berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya mem ang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti dokumen analisis mengenai dam pak lingkungan hidup, laporan, dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup, baik pem antauan penaatan maupun pemant auan perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata ruang.

(3) Cukup jelas. (4) Cukup jelas. (5) Cukup jelas. (6) Cukup jelas

Rumusan tentang hak atas lingkungan sebagai bagian dari HAM sudah muncul dalam Naskah Akademik maupun Rancangan UU Lingkungan Hidup inisiatif DPR RI.167 Jika melihat keterkaitan antara norma, rumusan tersebut muncul sebagai implikasi dari politik hukum perumusan UU No. 32 Tahun 2009 yang menempatkan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari HAM dalam konsideran UU No. 32 Tahun 2009. Artinya semangat para perumus telah meletakkan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari HAM sejak awal perumusan UU No. 32 Tahun 2009 dilakukan. Gagasan ini kemudian diperkuat oleh kalangan LSM dalam RDPU pada tanggal 13 Juli 2009 maupun oleh para pakar dalam RDPU tanggal 15 Juli 2009. Pada Rapat Panja tanggal 28 Juli 2009, usulan tentang hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari HAM maupun hak akses terhadap informasi, partisipasi, dan keadilan tidak mengalami perdebatan. Seluruh peserta rapat menyet ujui rumusan tersebut dengan mengakomodir usulan tentang hak atas pendidikan lingkungan.

Pengakuan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari HAM membawa implikasi yang cukup signifikan bagi pemenuhan hak tersebut. Secara konstitusi, pengakuan ini menimbulkan kewajiban bagi negara, khususnya pemerintah untuk memenuhi dan melindunginya. Menurut Heringa, untuk mew ujudkan hal tersebut negara wajib :168

(1) menerjemahkan prinsip perlindungan lingkungan sebagai bagian dari perlindungan hak asasi manusia dalam peraturan perundang-undangan; (2) berupaya melindungi hak asasi tersebut dan melakukan upaya-upaya yang

layak untuk melindungi hak tersebut;

(3) mematuhi hukum yang sudah dibuat oleh negara itu sendiri (dalam hal ini berarti pemerintah wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku);

(4) memastikan bahwa kepentingan setiap warga negara untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat diperhatikan dan diperlakukan seimbang dengan kepentingan publik, termasuk di dalamnya memastikan bahwa setiap warga negara dijam in hak-hak proseduralnya dan mendapat kompensasi apabila haknya dilanggar;

167

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, "Draft 1.1. Naskah Akademis Perubahan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup", (Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia , 2009), hlm. 26.

168

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, "Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup", (Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2009), hlm. 22-23.

(5) memastikan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara transparan dan bahwa setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan yang mempengaruhi hajat hidupnya.

Pemikiran di atas tersebut yang kemudian melahirkan ketentuan yang menjamin pemenuhan hak akses terhadap informasi, partisipasi, dan keadilan (3 Akses). Hak akses ini telah muncul baik dalam Naskah Akademis maupun RUU PLH. Pada RDPU bersama Pakar tanggal 16 Juli 2009 rumusan ini mendapatkan dukungan untuk dipertahankan.

Ketentuan mengenai hak atas lingkungan hidup telah diamanatkan dalam amandemen kedua UUD 1945 pada Pasal 28 H ayat (1). Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tentunya diwujudkan pada peran aktif masyarakat dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran aktif masyarakat ini, dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat.

Akses partisipasi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan amanat dari Prinsip 10 Deklarasi Rio, sebagaimana disebutkan:169

Environmental issues are best handled w ith participation of all concerned citizens, at the relevant level. At the national level, each individual shall have appropriate access to information concerning the environment that is held by public authorities, including information on hazardous materials and activities in their communities, and the opportunity to participate in decision -making processes. States shall facilitate and encourage public awareness and participation by making information widely available. Effective access to judicial and administrative proceedings, including redress and remedy, shall be provided

Partisipasi merupakan salah satu pilar tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Partisipasi berarti memberikan kesempatan pada semua pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam setiap tahapan perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, hingga evaluasi suatu kebijakan.170 Akses partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, utamanya dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, akan mendorong lahirnya produk kebijakan yang tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan hak-hak dasar masyarakat, melalui minimalisasi biaya sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.171 Akses partisipasi dalam pengambilan keputusan (access to participation in decision making) merupakan pilar demokrasi yang menekankan pada jaminan hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi dalam pengambilan keputusan ini dibagi dalam 3 bagian, yaitu:172

169 Principle 10 of the Rio Declaration on Environment and Development, http://www.unep.org/ Documents.Multilingual/Default.asp?DocumentID=78&ArticleID=1163, diunduh pada 10 Desember 2013. 170 Prayekti Murhajanti, et.al., Menutup Akses, Menuai Bencana, (Jakarta: ICEL, 2008), hlm. 51.

171 Ibid. 172

(1) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan dan program pembangunan;

(2) Berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan; dan (3) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada suatu kegiatan tertentu

sesuai dengan kepentingannya.

Gagasan untuk mendorong pemenuhan 3 Akses telah berkembang sejak Deklarasi Rio tahun 1992. Deklarasi yang ditandatangani oleh 178 pemerintah, termasuk Pemerintah Indonesia tersebut telah menghasilkan Prinsip ke-10 yang memandatkan negara untuk memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi dan mendapatkan keadilan dalam pengambilan keputusan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Akses Informasi (access to information) pada intinya bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi yang utuh (full), akurat (accurate), dan mutakhir (up to date) untuk berbagai tujuan. Akses terhadap informasi dibagi 2 (dua) tipe, yaitu: 1) hak masyarakat untuk mendapatkan inform asi dimana pejabat publik berkewajiban menyediakan informasi tanpa harus didahului adanya permintaan dari masyarakat (akses informasi secara pasif); 2) hak masyarakat untuk menerima informasi dari dari pejabat publik yang berkewajiban untuk menyediakan dan memberikan informasi apabila ada permintaaan dari masyarakat (akses informasi secara aktif). Akses partisipasi dalam pengambilan keputusan (public participation in decision making) merupakan pilar demokrasi yang menekankan pada jaminan hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi dalam pengambilan keputusan ini dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

a) berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan, rencana, dan program pembangunan;

b) berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan; dan

c) berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada suatu kegiatan tertentu sesuai dengan kepentingannya.

Sedangkan akses keadilan (access to justice) adalah akses untuk memaksakan dan memperkuat hak akses inform asi maupun hak akses partisipasi. Untuk itu hak ini perlu dimasukan ke dalam sistem hukum nasional/domestik (domestic legal system) serta memperkuat penegakan hukum lingkungan nasional/domestik (domestic environmental law) agar dijalankan dengan benar. Yang penting dari akses keadilan ini adalah tersedianya suatu mekanisme bagi masyarakat untuk menegakan hukum lingkungan secara langsung (The justice pillar also provides a mechanism for public to enforce environmental law directly).173

173

IV.3. Perlindungan t erhadap Peran Sert a Masyarakat (Ant i-St rat egic

Dalam dokumen Buku Anotasi UU Nomor 32 Tahun 2009 (Halaman 101-105)