• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA YANG

C. Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan perjanjian jula beli tenaga listrik, terdapat beberapa sengketa yang sering terjadi diantara kedua belah pihak seperti yang disebutkan sebelumnya, sengketa yang biasa terjadi tersebut adalah:

1) Terdapatnya sambungan langsung dari sumber listrik/tiang listrik tanpa adanya alat pembatas dan pengukur (APP), dalam permasalahan ini yang dirugikan adalah Pihak PT. PLN, dikarena kan pelanggan melakukan penyambungan langsung arus listrik ke rumah/bangunannya tanpa sepengetahuan dan izin dari pihak PT. PLN, penyelesaian sengketa ini biasanya dilakukan dengan cara negosiasi, dimana pihak PT. PLN akan memberikan sanksi administratif, pihak PT. PLN meminta pelanggan yang bersangkutan untuk membayar tagihan listrik dimana jumlah tagihan yang dibayarkan dihitung setara dengan “9 (sembilan) bulan pemakaian listrik walaupun pelanggan baru melakukannya selama satu hari atau pun satu jam, tetap akan dianggap pemakaian selama 9 (sembilan) bulan, dan seluruh perangkat elektronik dianggap menyala dan lampu di anggap menyala selama 12 jam, pihak PT. PLN mempunyai rumus dan cara penghitungan berapa jumlah tenaga listrik yang digunakan lalu akan di kali dengan tarif tenaga listrik yang berlaku saat itu”, biasanya pihak pelanggan akan setuju atas sanksi administratif yang diberikan dikarenakan pihak pelanggan menyadari atas kesalahan yang diperbuatnya.

2) Sengaja merusak segel PT. PLN dan merubah alat pengukur dan pembatas yang dipasang oleh PT. PLN, dalam sengketa ini pihak PT. PLN juga dirugikan dikarenakan adanya perusakan properti milik pihak PT. PLN dan juga merubah alat ukur dan alat pembatas yang merugikan pihak PT.

PLN karena pemakaian listrik tidak sesuai dengan tagihannya, dalam sengketa ini pihak PT. PLN akan menyelesaikannya secara kekeluargaan dimana pihak PT. PLN hanya akan memberikan teguran dan peringatan, dan pihak PT. PLN akan melakukan pengembalian atau pemasangan kembali alat pengukur dan pembatas yang telah diganti tadi dengan alat pengukur dan pembatas milik PT. PLN yang sesuai dengan standar keamanan.

3) Memperlambat putaran KWH meter, penyelesaian sengketa ini sama seperti penyelesaian sengketa yang diatas, dimana sengketa ini akan diselesaikan secara kekeluargaan, pihak PT. PLN akan memberikan teguran dan peringatan disaat itu juga PT. PLN akan melakukan penggantian ulang KWH meter yang telah di modifikasi tadi dan pelanggan wajib membayar kekurangan tarif/tagihan listrik yang tidak terhitung selama pemakaian KWH meter yang telah di modifikasi tadi.

4) Menunggak dalam pembayaran tagihan listrik setiap bulannya, sengketa ini adalah sengketa yang paling sering terjadi diantara kedua belah pihak, dalam penyelesaian sengketa ini tetap melakukan secara kekeluargaan, dimana pihak PT. PLN akan melakukan teguran dan peringatan kepada pelanggan untuk segera membayar tunggakan atau tagihan listrik yang belum dibayar beberapa bulan beserta dengan dendanya, pihak PT. PLN

74

juga memberikan waktu tenggang untuk pelnggan membayar tagihan dan denda. apabila teguran tersebut tidak diindahkan dan telah melewati masa tenggang maka pihak PT. PLN akan melakukan tindakan pemutusan arus listrik kedalam bangunan tersebut.

5) Kesalahan dalam pencatatan KWH meter pelanggan sehingga mengakibatkan tinggi atau rendahnya tagihan listrik pelanggan, dalam sengketa ini penyelesaian yang biasa dilakukan adalah dengan cara negosiasi, sengketa ini juga termasuk sengketa yang biasa terjadi ketika pelanggan ingin membayar tagihan listrik perbulannya, sebelumnya pelanggan akan mengecek berapa tagihannya untuk pemakaian bulan ini, sebelum pelanggan membayar/menyetorkannya ke loket PLN atau ke Bank, disaat melakukan pengecekan jumlah tagihan listrik, pelanggan merasa tagihannya sangatlah besar, maka pelanggan akan melapor dan meminta dilakukan pengecakan ulang kepada pihak PT. PLN, dan meminta dilakukannya pencetakan ulang tagihan pelanggan sesuai dengan pemakaian yang sebenarnya, dalam hal ini pihak PT. PLN akan langsung melakukan pencetakan ulang tagihan listrik pelanggan, pihak PT. PLN juga menegaskan untuk melapor jika jumlah tagihan sangat minim dari biasanya, karena ditakutkan apabila bulan ini minim, maka bulan depan jumlah tagihannya akan sangat tinggi dikarenakan menutupi tagihan dibulan sebelumnya. Pihak PT. PLN juga menegaskan agar pelanggan mengecek terlebih dahulu tagihan listrik sebelum di lakukan pembayaran,

jika pembayaran telah dilakukan maka tidak dapat dilakukan pencetakan perbaikan tagihan listri oleh PT. PLN.75

Apabila alternatif penyelesaian sengketa diatas tidak menemui kata sepakat atau belum menyelesaikan sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh para pihak yaitu dengan melakukan gugatan tuntutan ganti rugi kepada pengadilan atau membawa sengketa tersebut ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) sesuai dengan point 15 didalam surat perjanjian jual beli tenaga listrik yang berbunyi “apabila terjadi perselisihan pendapat dalam pelaksanaan perjanjian ini, maka pihak pertama akan menyelesaikan dengan musyawarah mufakat, namun dalam hal ini tidak tercapainya kesepakatan, maka para pihak menyelesaikan melalui BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia).

75 Hasil Wawancara dengan Pihak PT. PLN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanggung jawab para pihak dalam perjanjian ini dimana pihak PT. PLN bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kerugian yang timbul mulai dari tiang listrik hingga ke alat pembatas dan pengukur yang terpasang dibangunan, Sedangkan pihak pelanggan memiliki tanggung jawab untuk menjaga properti milik PT. PLN yaitu alat pembatas dan pengukur yang terpasang dibangunan tersebut.

2. Dalam pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik, pelanggan akan melapor kepada pihak PT. PLN dilanjutkan registrasi online, fotocopy KTP, fotocopy rekening tetangga terdekat, SLO (Surat Laik Operasi), materai 6000, ketika semua berkas sudah dinyatakan lengkap dan pihak PT. PLN melakukan survey dan telah disetujui makan akan dilakukan penandatangan di surat perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL) dan berita acara pemasangan, dengan ditandatanganinnya kedua berkas tersebut berarti PT. PLN dan pelanggan telah mematuhi peraturan yang tertera didalamnya. Yang menjadi kewajiban utama PT. PLN adalah menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu, memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan termasuk PLN, berkewajiban untuk memberikan kompesasi berupa pengurangan tagihan biaya listrik apabila terjadi pemadaman arus listrik selama total 30 jam

dalam sebulan, serta PT. PLN berkewajiban untuk merawat jaringan tenaga listrik. Pada pihak pelanggan yang menjadi kewajiban utamanya dalam pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik ini adalah pelanggan berkewajiban untuk membayar tagihan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan yang menjadi hak PT. PLN adalah mendapatkan biaya atau tagihan atas penggunaan tenaga listrik oleh pelanggan setiap bulannya sesuai dengan tarif dan pemakaian pelanggan, dan yang menjadi hak pelanggan adalah berhak mendapatkan pelayanan yang baik, berhak atas tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan keandalan yang baik, mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan oleh kelalaian dari pihak PT. PLN.

3. Bentuk penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan cara litigasi atau non litigasi, tetapi pada umumnya para pihak masih menempuh penyelesaian secara non litigasi/masih secara kekeluargaan tanpa harus dibawa kepengadilan negeri atau ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia, jika dalam proses non litigasi tidak membuahkan hasil kesepakatan antara kedua belah pihak, maka PT. PLN akan membawa sengketa tersebut ke jalur pengadilan negeri atau melalui jalur Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

78

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kiranya dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Mengenai tanggung jawab para pihak dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, sekiranya pelanggan lebih bertanggung jawab untuk menjaga properti PT. PLN yang terpasang di bangunan, untuk menjaga keselamatan dan keamanan dari pelanggan itu sendiri.

2. Mengenai hak dan kewajiban, dalam hal ini pelanggan masih kurang memahami hak dan kewajibannya dalam melakukan perjanjian jual beli tenaga listrik ini, dan pelanggan sering sekali lalai dari kewajiban utamanya yaitu melakukan pembayaran tagihan listrik setiap bulannya.

Dan pelanggan agar membaca kembali hak dan kewajiban yang telah tertera didalam perjanjian sebelum melakukan protes kepada pihak PT.

PLN.

3. Tentang pelaksanaan perjanjiannya, agar sekiranya pihak pelanggan untuk memahami dan membaca setiap isi dari perjanjian yang ingin dilakukan denngan PT. PLN, jangan hanya menandatangi surat perjanjian tanpa memahami dan membaca isi dari perjanjian tersebut, dan pelanggan juga agar lebih mematuhi dan menjalankan kewajibannya sesuai dengan perjanjian agar tidak terjadi sengketa dengan pihak PT. PLN, walaupun penyelesaian sengketa biasa dilakukan secara kekeluargaan, kiranya pelanggan tidak melakukan sengketa agar tidak ada pihak yang dirugikan dan perjanjian berjalan sesuai dengan keingan dari para pihak.

A. BUKU

Muhammad, Abdulkadir, 2011, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Sunggono, Bambang, 2017, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Fontana, Avanti dan Zainal Arifin, 2012, 19 Tahun Inovasi Ketenagalistrikan Indonesia PLN Berinovasi Untuk Indonesia, Jakarta: PLN Research Institute.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:

Sinar Grafika.

Setiawan, I Ketut Oka, 2015, Hukum Perikatan, Jakarta: Sinar Grafika.

Subekti, R., 2014, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Harahap, M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Alumni.

Raharjo, Handri, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Fuadi, Munir, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

H.S, Salim, 2003, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:

Sinar Grafika.

Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perjanjian, Bandung: PT Alumni.

Badrulzaman, Mariam Darus, 2005, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: PT. Alumni.

Syamsuddin, Mohd Syaufii, 2005, Perjanjian-perjanjian Dalam Hubungan Industrial, Jakarta: Sarana Bhakti Persada.

Prodjodikoro, R. Wirjono, 2000, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar Maju.

Martono, H.K. dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009, Jakarta: Rajawali Pers.

Miru, Ahmadi, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Husada.

Usman, Nurdin, 2002, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Widjaja, Gunawan, dan Ahmad Yani, 2004, Hukum Arbitrase, Jakarta: Rajawali Pers.

Amriani, Nurnaningsih, 2012, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Winata, Frans Hendra, 2011, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrasi Nasional Indonesia dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika.

B. PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa

C. WEBSITE

Riwayat Singkat PLN, https://www.pln.co.id/tentang-kami/profil-perusahaan, di akses pada 10 Januari 2020 pukul 23.38 WIB

2020 pukul 20.02 WIB

D. WAWANCARA

Meriana, Asti. (Supervisor Pelayanan dan Administrasi) Panyabungan : Wawancara pada hari Senin, 16 Desember 2020.

Wawancara Dengan PT. PLN (Persero) ULP Panyabungan Nama : Asti Meryana

Umur : 25 Tahun

Jabatan : Supervisor Pelayanan dan Administrasi

1. Kapan PT. PLN (Persero) ULP Panyabungan ini hadir atau berdiri?

Jawab: pada tahun 1981 saat itu PLN baru mulai masuk ke Wilayah Panyabungan dan masih menggunakan pembangkit listrik bertenaga diesel, dan hanya menyalurkan listrik didaerah pusat kota dari pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 08.00 WIB, dan itu hanya dimanfaatkan hanya sebagai penerangan dimalam hari, hal ini terus terjadi selama 4 (empat) tahun lamanya.

2. Pada tahun berapa PT. PLN baru menyalurkan listrik selama 24 jam penuh di wilayah panyabungan?

Jawab: Pada tahun 1990 PLN mulai melakukan sistem Interkoneksi yang mana sitem Interkoneksi ini merupakan sistem penggabungan beberapa unit pembangkit yang memiliki kapasitas listrik yang cukup besar, mulai saat itu listrik sudah dapat digunakan Siang-Malam. Dan di tahun 1993 sistem Interkoneksi ini tidak digunakan lagi dikarenakan listrik yang di digunakan Wilayah Panyabungan langsung terhubung ke Gardu Induk yang terletak di Padangsidempuan. Pada tahun 2006 hingga saat ini Wilayah Panyabungan sudah memiliki Gardu Induk sendiri yang mana kebutuhan listrik di Wilayah Panyabungan sudah tercukupi.

Jawab: sumber listrik di Wilayah Panyabungan pada saat itu masih bersumber dari LISDES (Listrik Desa) yang berada dibawah naungan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).

4. Sampai saat ini sejauh mana wilayah jangkauan PT. PLN (Persero) ULP Panyabungan ini?

Jawab: Panyabungan menaungi sebanyak 10 kecamatan yang memiliki pelanggan lebih kurang sebanyak 55.800.

5. Apakah setiap bulannya mengalami penambahan pelanggan atau tidak?

Jawab: Bisa dikategorikan pertambahannya itu selalu signifikan yaitu sebanyak 150 pelanggan setiap bulannya dan biasanya mengalami peningkatan setiap tahunnya.

6. Di Indonesia sendiri ada berapa wilayah PT. PLN (Persero) dan PT. PLN (Persero) ini dibawah naungan wilayah mana?

Jawab: Sampai saat ini PT. PLN memiliki 15 Unit Induk Wilayah yang tersebar di Seluruh Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Utara, di Provinsi Sumatera Utara Sendiri memiliki 10 Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan (UP3) salah satu Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan terletak di Kota Madya (Padang Sidempuan) di UP3 Kota Madya Padang Sidimpuan memiliki 7 Unit Layanan Pelanggan (ULP) salah satu Unit Layanan Pelanggan ini Terletak di Panyabungan.

7. Dengan pertumbuhan tenaga listrik yang luas diwilayah Panyabungan, apakah masih ada tempat atau desa yang belum teraliri tenaga listrik?

Jawab: Masih ada satu desa lagi yang belum teraliri tenaga listrik, desa itu bernama sopo batu.

8. Apa yang menyebabkan desa tersebut tidak teraliri tenaga listrik?

Jawab: Desa tersebut terletak lumayan jauh dari pusat kota atau pusat tenaga listrik dimana untuk mengaliri tenaga listrik kedesa itu perlu pembangunan tiang dan kabel, disaat ingin membangun tiang dan kabel itu melewati perkebunan dan tanah milik warga setempat yang mana warga setempat tidak ingin tanah tersebut dibebaskan beberapa meter untuk penanaman dan pembangunan tiang listrik, dan ada juga tanah yang disitu yang mana tanah tersebut adalah milik warga lain/warga yang tidak bertempat tinggal disitu sehingga tidak diberikan izin untuk pembebasan lahan dalam pembangunan jaringan listrik.

9. Apakah hal tersebut sudah pernah di diskusika dengan warga setempat atau pemerintahan setempat?

Jawab: Sudah pernah, namun sampai sekarang tidak memiliki titik temu, pihak PLN siap untuk dipanggil kapan saja dalam pembanguan jaringan listik kedalam desa tersebut jika sudah diberikan izin untuk pembebasan lahan.

10. Jika dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, bagaimana prosedur pelaksanaannya?

online di situs PLN resmi, kemudia pelanggan wajib menyerahkan berkas berupa fotocopy KTP, materai 6000, fotocopy rekening tetangga terdekat dan membawa berkas SLO.

11. Yang dimaksud SLO itu apa?

Jawab: SLO itu ada Sertifikat Laik Operasi, yang mana rumah yang dibangun tersebut sudah diinstalasi dan sudah sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.

12. Yang mengeluarkan atau menerbitkan SLO itu siapa?

Jawab: Yang mengeluarkan SLO itu adalah PT. Konsuil PT.

Konsuil ini bertanggung jawab atas instalasi yang dibangun didalam rumah atau bangunan yang akan dimasukkan listriknya, jika pihak PT. Konsuil sudah mengeluarkan SLO belarti rumah/bangunan tesebut sudah sesuai dengan standar dan keamanan dalam penyambungan tenaga listrik.

13. Bagaimana pihak PT. Konsuil mengeluarkan SLO tersebut?

Jawab: Pelanggan akan melapor dan mengisi formulir di PT.

Konsuil yang berisi nama,alamat, nomor SIP (surat izin persetujuan) tarif dan daya, pelangga ingin tarif seperti apa rumah tangga, sosial atau bisnis, setelah itu akan dilakukan pembayaran biaya pemeriksaan instalasi (BPI), nanti pihak PT. Konsuil akan mengirim petugas kelokasi untuk memriksa, jika sudah sesuai maka akan dikeluarkan SLO jika tidak akan berikan surat

keterangan bahwa bangunan tersebut instalasinya masih mengalami beberapa kekurangan.

14. Kalau semua berkas tadi sudah lengkap berarti perjanjian sudah bisa dilaksanakan?

Jawab: iya, pihak PLN akan melakukan survey lokasi dulu apakah lokasi bisa dimasukkan tenaga listrik atau tidak, jika layak maka perjanjian akan dilaksanakan dan pelanggan akan membayar uang jaminan pelanggan dan biaya pemasangan melalui PPOB (paymant Point Online Bank) dan menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik dan berita acara pemasangan maka pihak PLN akan menyambungkan tenaga listrik dalam waktu 5 hari jam kerja.

15. Dalam perjanjian ini pelanggan dan PLN memiliki tanggung jawab apa?

Jawab: Pelanggan memiliki tanggung jawab untuk menjaga properti PT. PLN yang ada dibangunan tersebut dan PLN bertanggung jawab atas keamanan dan kecelakan yang terjadi dari tiang listrik ke sambungan masuk pelanggan.

16. Bagaimana jika terjadi kebakaran didalam rumah?

Jawab: kebakaran atau kerusakan ataupun kecelakan yang terjadi didalam rumah, bukanlah tanggung jawab pihak PT. PLN melainkan dari pihak PT. Konsuil karena sebelum ada perjanjian pihak PT. Konsuillah yang memeriksa dan memastikan bahwa instalasi tersebut sudah aman.

Jawab: Hak dan kewajiban masing-masing pihak sudah tertera didalam SPJBTL, (surat perjanjian jual beli tenaga listrik) dan juga sudah ada di UU. No 30/2009 tentang Ketenagalistrikan. Tapi yang menjadi hak dan kewajiban yang utama, pelanggan berhak atas pelayanan dan listrik yang baik sesuai dengan mutu dan berkewajiban untuk membayar tagihan listrik setiap bulannya, dan PLN berhak atas tagihan pelanggan setiap bulannya dan PLN berkewajiban untuk merawat sambungan tanaga listrik agar sesuai dengan mutu dan kebutuhan sehari-hari dan memberikan pelayanan kepada pelanggan serta memberikan potongan biaya tagihan kepada pelanggan jika terjadi pemadaman selama total 30 jam dalam sebulan.

18. Potongan biaya seperti apa yang dimaksud disini?

Jawab: PLN memberikan kompensasi berupa untuk pelanggan listrik subsidi pemotongan sebesar 25% dari beban pengguna listrik, sedangkan untuk pelanggan non subsidi diberikan pemotongan sebesar 35% dari tagihan pengguna listrik.

19. Dalam hal pelaksanaan perjanjian ini apakah masing-masing pihak benar-benar mengetahui dan menjalani hak,kewajiban dan tanggung jawabnya?

Jawab: Dalam hal itu PT. PLN masih terus mengusahakan agar tidak lalai atas perjanjian yang sudah dibuat, namun tidak banyak dari pelanggan yang lalai akan kewajiban dan tanggung jawabnya.

20. Kelalaian seperti apa yang biasa dilakukan oleh pelanggan?

Jawab: yang paling sering adalah, menunggak selama berbulan-bulan, memodifikasi KWH meter agar pembayar listrik lebih murah, merusak segel PLN dan mengganti alat pengukur dan pembatas, menyambungkan listrik langsu kedalam rumah tanpa ada izin dan pengetahuan pihak PT. PLN.

21. Pelanggan yang sering dilakukan menunggak itu, apa yang menyebabkan terjadinya?

Jawab: Biasa karena faktor ekonomi, karena loket pembayaran pln jauh sehingga malas untuk membayar karena ongkos lebih mahal menuju loket dari pada biaya tagihan, faktor kesengajaan.

22. Kalau permasalahan yang lainnya?

Jawab: permasalahan yang lain biasa karena kecurangan dan tidak mau rugi makanya mereka melakukan modifikasi, menyambung langsung dan mengganti properti PLN agar lebih mendapatkan biaya murah dengan pemakaian tinggi.

23. Bagaimana pihak PLN menyikapi atau menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi?

Jawab: PT. PLN sendiri masih mengutamakan penyelesaian secara kekeluargaan, dimana untuk tunggakan yang berbulan-bulan akan kami tagih secara langsung dan kami berikan teguran dan

modifikasi dan penggantian properti PLN, kami hanya memberikan teguran dan langsung diganti dengan standar keamanan yang berlaku, dikarenakan hal tersebut jika dibiarkan akan mengakibatkan kebakaran karena muatan berlebih. Untuk permasalahan yang menyambung langsung dari tiang listrik tanpa izin dan pengetahuan PLN, itu akan kami kenakan sanksi administratif dimana pelanggan harus membayar tagihan setara dengan 9 (sembilan) bulan, dan seluruh elektronik dan lampu dianggap menyala selama 12 jam, walaupun penyambungan baru dilakukan dalam beberapa jam, hari atau tahun teteap di anggap pemakian 9 bulan, tetapi biasa yg paling lama hanya 1-2 bulan setelah itu akan ketahuan pihak PLN, karena pihak PLN setiap hari melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah pelanggan. Jika secara kekeluargaan tidak selesai maka akan dibawa ke jalur hukum atau arbitrase.

24. Bagaimana pihak PLN melakukan penghitungan jumlah dalam memberikan sanksi kepada pelanggaran penyambungan langsung tanpa izin PLN?

Jawab: Pihak PLN memiliki cara dan rumus untuk menghitungnya 25. Apakah pihak PLN pernah melakukan kesalahan dalam perjanjian

ini?

Jawab: Pernah, pihak PLN salah mencatat KWH meter pelanggan, sehingga KWH meter disesuaikan dengan pemakaian bulan sebelumnya, hal itu dikarenakan ada rumah yang berpagar tinggi dan dikunci sehingga pihak PLN tidak bisa masuk Kedalam rumah tersebut.

26. Bagaimana penyelesaiannya?

Jawab: Jika pelanggan merasa bayaranya terlalu besar dan terlalu kecil maka pihak pelanggan wajib melapor ke PLN untuk melakukan pencetakan rekening perbaikan dengan tanda kutip bahwa pelanggan belum membayar tagihan tersebut jika tagihan sudah dibayar lalu melapor maka tidak akan bisa diproses, dan biaya yang rendah juga diwajibkan melapor karena ditakutkan dibulan berikutnya mengalami pembayaran yang tinggi karena penyesuaian bulan sebelumnya.

27. Bagaimana perjanjian ini bisa batal?

Jawab: Perjanjian ini akan batal misalnya ada salah satu pelanggan yang dengan itikad baik melapor untuk berhenti menggunakan enegergi listrik karena faktor ekonomi atau mungkin ada bangunan yang dibangun diatas tanah garapan sehingga bangunan tersebut harus dihancurkan atau faktor lainnya, hal tersebut akan dikonfirmasi oleh pihak PLN, dengan membawa rekening terakhir, berita acara pemasangan, bukti pembayaran uang jaminan

Jawab: Perjanjian ini akan batal misalnya ada salah satu pelanggan yang dengan itikad baik melapor untuk berhenti menggunakan enegergi listrik karena faktor ekonomi atau mungkin ada bangunan yang dibangun diatas tanah garapan sehingga bangunan tersebut harus dihancurkan atau faktor lainnya, hal tersebut akan dikonfirmasi oleh pihak PLN, dengan membawa rekening terakhir, berita acara pemasangan, bukti pembayaran uang jaminan