• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Yuridis Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah

IV. ASPEK-ASPEK YANG DIATUR

Pengaturan kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat mencakup aspek-aspek ruang lingkup tugas dan kewenangan, pengorganisaian, dan pembiayaan.

1. Tugas dan Kewenangan.

Berdasarkan konstruksi tugas dan wewenang yang melekat pada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, baik yang melekat (atributif) maupun yang dilimpahkan kepada gubernur (delegatif), aspek-aspek kewenangan yang perlu diatur meliputi kedua bentuk tugas dan kewenangan dimaksud.

a. Tugas dan kewenangan atributif

Tugas dan kewenangan atributif adalah tugas yang dapat dikategorikan sebagai tugas- tugas yang diserahkan kepada gubernur karena kedudukannya sebagai wakil pemerintah. Tugas ini tidak didasarkan pada pelimpahan tetapi melekat pada jabatan gubernur, meliputi tugas dan kewenangan sebagai berikut.

1) Pembinaan politik dalam negeri, mencakup segala upaya pembinaan ideologi negara, politik dalam negeri, dan kesatuan bangsa sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, meliputi kegiatan:

- upaya-upaya pengamanan dan pengamalan ideologi negara, - upaya-upaya menciptakan politik dalam negeri yang stabil, - upaya-upaya pembinaan kesatuan bangsa.

2) Pembinaan ketentraman dan ketertiban umum, mencakup segala upaya untuk menciptakan suatu keadaan di mana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur sesuai kebijakan ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan pemerintah, meliputi kegiatan:

- upaya-upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban terhadap bentuk pelanggaran hukum yang menyebabkan terganggungan ketentaram dan ketertiban masyarakat. - upaya-upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban terhadap gangguan ketentraman

dan ketertiban yang disebabkan oleh bencana.

- upaya-upaya pengaturan untuk mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban masyarakat.

- upaya-upaya pengaturan kegiatan dalam rangka penaggulangan bencana.

3) Koordinasi, mencakup segala upaya untuk menciptakan integrasi, simplifi kasi, sinkronisasi

dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan intansi vertikal dan penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota agar tercapai dayaguna dan hasilguna yang optimal, meliputi kegiatan:

- membentuk forum bersama antara gubernur dengan instansi vertikal dalam rangka pengintegrasian dan sinkronisasi perencanaan dan penyelenggaraan urusan-urusan instansi vertikal dan urusan pemerintah provinsi.

- membentuk forum bersama antara gubernur dengan pemerintah daerah kabupaten/ kota dalam rangka pengintegrasian dan sinkronisasi perencanaan dan penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan kabupaten/kota dengan penyelenggaraan urusan pemerintah provinsi.

4) Pengawasan, mencakup segala upaya membimbing dan mengarahkan agar tercipta keserasian antara penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah secara berhasilguna dan berdayaguna, meliputi kegiatan:

- Pengawasan umum, yaitu upaya-upaya untuk menjamin tertib pemerintahan agar tercipta keserasian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

- Pengawasan preventif, yaitu tindakan melakukan pengesahan terhadap produk hukum daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

- Pengawasan represif. yaitu tindakan melakukan penangguhan atau pembatalan terhadap produk hukum daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya.

5) Tampungtantra (vrijbestuur), mencakup segala tindakan yang dilakukan terhadap pelaksanaan suatu tugas yang nyata-nyata tidak menjadi tugas atau tidak dapat dilaksanakan oleh instansi vertikal dan tidak dapat diselenggarakan oleh pemerintahan daerah. Dalam rangka melaksanakan tugas tampungtantra, dengan alasan keterbatasan jangkauan terhadap pelaksanaan tugas tampungtantra, gubernur dapat menunjuk pejabat yang memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas tampungtantra dimaksud.

Aspek Kewenangan delegatif

Kewenangan yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilimpahkan oleh departemen teknis, meliputi aspek-aspek pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah kabupaten/ kota dalam penyelenggaraan urusan-urusan daerah menurut bidang-bidang departemen teknis, maupun pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pembantuan di provinsi, kabupaten/kota, dan desa. Tugas dan kewenangan delegatif meliputi:

1) Pembinaan, mencakup kegiatan fasilitasi, supervisi, asistensi, monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaran pemerintahan kabupaten/kota.

a) Supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam bentuk kegiatan:

- Memberi arah bagi keterpaduan perencanaan antara pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota dan antara kabupaten/kota.

- Memberi bimbingan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, dan pelaksanaan tugas pembantuan di kabupaten/kota dan desa.

b) Asistensi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam bentuk kegiatan:

- pemberian bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk bimbingan teknis perencanaan, pengorganisasian dan pembiayaan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Implementasi Yuridis Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Cokorda Istri Anom Pemayun

- pemberian bantuan administratif kepada pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk penyebarluasan norma dan standarisasi pelaksanaan urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota, dan sistem pelaporan.

c) Fasilitasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan provinsi, instansi vertikal, dan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam bentuk kegiatan:

- Menyediakan sarana pendukung dalam mendorong terciptanya penyelenggaraan pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota yang berdayaguna dan berhasilguna.

- Melakukan kegiatan dalam bentuk forum-forum bersama antara instansi tingkat provinsi, antara pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, dan antar kabupaten/kota.

- Membantu memperlancar penyelenggaraan tugas-tugas instansi vertikal, dan penyelenggaraan tugas-tugas urusan pemerintah kabupaten/kota, serta pelaksnaaan tugas pembantuan di kabupaten/kota dan desa.

d) Monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan provinsi, instansi vertikal, dan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam bentuk kegiatan:

1. melakukan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan norma dan strandar penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

2. melakukan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan tugas pembantuan di daerah kabupaten/kota dan desa.

3. melakukan penilaian terhadap penerapan norma dan strandar, dan penilaian kesesuaian antara rencana dengan hasil, penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota, dan tugas pembantuan di daerah kabupaten/kota dan desa.

2) Pengawasan delegatif dapat berbentuk represif maupun preventif terhadap penyelenggaran pemerintahan kabupaten/kota menurut norma dan standar penyelenggaraan bidang-bidang yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat, meliputi:

- upaya-upaya untuk menjamin tertib penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan norma dan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

- upaya-upaya untuk mengambil tindakan penyesuaian terhadap penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak berdasar pada norma dan standar yang telah diterapkan oleh pemerintah.

2. Pengorganisasian

Penyelenggaraan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat hanya dapat efektif jika didukung yang relevan. Dalam melakukan pengorganisasian didahului dengan identifi kasi terhadap fungsi-fungsi yang melekat pada kedudukan gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat. Menurut pasal 37 dan 38 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, fungsi- fungsi dimaksud mencakup pembinaan, pengawasan dan koordinasi. Ketiga fungsi dimaksud menjadi dasar pengorganisasian ke dalam satu unit kerja yang fungsional, dan secara spesifi k

melaksanakan tugas-tugas yang dielaborasi dari fungsi-fungsi yang ada.

Fungsi adalah sekelompok aktivitas sejenis berdasarkan kesamaan sifat atau kesamaan dalam pelaksanaannya. Dalam departementasi fungsi perlu diperhatikan pengelompokan aktivitas ke dalam satuan-satuan organisasi berdasarkan kesamaan sifat dan kesamaan pelaksanaannya, menghindari pembentukan satuan organisasi yang melaksanakan fungsi ganda. Berdasarkan argumen ini, pengorganisasian dilakukan terhadap fungsi-fungsi pembinaan, pengawasan dan koordinasi ke dalam satuan kerja.

Fungsi-fungsi pembinaan, pengawasan dan koordinasi berdasarkan argumen dekonsentrasi dapat berbentuk fungsi yang bersifat atributif maupun yang bersifat delegatif. Fungsi atributif, berarti tugas dan kewenangan gubernur yang dapat dikategorikan sebagai tugas-tugas yang melekat pada gubernur karena kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat, meliputi pembinaan politik dalam negeri, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pengawasan, dan koordinasi. Fungsi bersifat delegatif mencakup tugas dan kewenangan yang didasarkan pada pelimpahan dari pemerintah pusat untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat teknis dalam bentuk pembimaan dan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

Pengorganisasian hendaknya dilakukan ke dalam dua bentuk pilihan. Pertama, tugas dan kewenangan yang bersifat atributif tidak dimasukan ke dalam unit kerja yang melaksanakan urusan-urusan daerah, atau bukan menjadi SKPD, untuk menjamin pengelompokan aktivitas ke dalam unit kerja yang memiliki kesamaan sifat dan kesamaan pelaksanaan dan menghindari terjadinya fungsi ganda (duplikasi). Pengorganisasian tersediri akan lebih menjamin efektivitas kinerja pembinaan, pengawasan dan koordinasi. Pembentukan organisasi di luar SKPD dimungkinkan menurut pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, yang mengatur bahwa daerah dapat membentuk lembaga lain untuk melaksanakan peraturan perundangan dan tugas pemerintahan umum lainnya. Kedua, tugas dan kewenangan yang bersifat delegatif diintegrasikan ke dalam unit kerja pelaksana urusan daerah (operating core) yang memiliki kesamaan sifat.

Berdasarkan pertimbangan pengorganisasian yang relevan dan departementasi fungsi serta peluang pengorganisasian tersediri, satuan kerja dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, maka pengorganisasian dilakukan dalam bentuk direktorat-direktorat, sebagai unit kerja baru yang dibentuk untuk melaksanakan dua jenis tugas. Pertama, tugas-tugas pembinaan politik dalam negeri, pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota, dan pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi penyelenggaraan pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota. Kedua, melaksanakan pembinaan teknis penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan pelimpahan urusan dari departemen teknis (delegative), berupa supervisi, asistensi dan fasilitasi.

Dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang pembinaan politik dalam negeri dan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat sebenarnya telah terdapat unit kerja yang ditempatkan sebagai bagian dari SKPD, yaitu badan kesatuan bangsa. Agar pengorganisasian dekonsentrasi menjadi jelas, maka Badan Kesbang direposisi dari SKPD menjadi satuan kerja dekonsentrasi (SKD) dengan sebutan direktorat pembinaan kesatuan bangsa yang melaksanakan tugas-tugas dan kewenangan pembinaan politik dalam negeri. Untuk melaksanakan tugas dan kewenangan pembinaan ketentraman dan ketertiban dibentuk direktorat pembinaan ketentraman dan ketertiban. Sedangkan untuk melaksanakan tugas dan kewenangan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan pemerintahan daerah dibentuk direktorat bina pemerintahan daerah.

Implementasi Yuridis Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Cokorda Istri Anom Pemayun

Dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan yang didasarkan pada pelimpahan dalam bentuk pembinaan teknis penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah kabupaten/kota tidak didasarkan pada pembentukan unit kerja direktorat baru, tetapi dikoorporasikan ke dalam SKPD yaitu ke dalam tugas pokok dinas dan lembaga teknis daerah (existing). Tugas-tugas yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat hanya mencakup pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintah kabupaten/kota dan atas tugas pembantuan. Seluruh tugas dimaksud menjadi tugas pokok tambahan dalam rangka dekonsentrasi dinas dan lembaga teknis yang melaksanakan fungsi sejenis atau serumpun.

V. PENUTUP

Kebutuhan pengaturan kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat adalah urgen segera dilakukan agar tugas-tugas pemerintah pusat di daerah, yang meliputi pembinaan, pengawasan dan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat dilaksanakan secara optimal. Pada sisi lain, pengaturan ini diharapkan akan dapat dipedomani dalam tautan hubungan provinsi dengan kabupaten/kota yang akhir-akhir ini cenderung mengarah pada konfl ik.

Pengaturan kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dalam bentuk peraturan pemerintah mencakup pengaturan tugas dan wewenang gubernur yang bersifat atributif dan delegatif. Konstruksi tugas dan wewenang ini menjadi dasar pengaturan pengorganisasian satuan kerja dekonsentrasi yang selama ini telah menimbulkan kerancuan yang berakibat pada ketidakjelasan pelaksanaan dekonsentrasi dan alokasi pembiayaan yang tidak tepat sasaran. Untuk itu pengaturan peraturan pemerintah tentang kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat perlu segera dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ateng Syafrudin, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan Daerah, Tarsito, Bandung, 1976. Kavanagh, British Politics Continuities and Change, Oxford University Press, 1985. Kansil, C.S.T., Pokok Pokok Pemerintahan di Daerah, Aksara Baru, Jakarta, 1979. Lemans, A.F., Changing Pattern of Local Government, The Hauge, IULA, 1971.

Peter Blau, M., & Richard A.S., The Structure of Organization, Basic Books, Inc., New York, 1971.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah, FKA- IIP, Jakarta, 2004.