• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Dalam dokumen RPJMD KKA BAGIAN AWAL ii (Halaman 60-74)

II.1. Aspek Geografi dan Demografi

II.1.4. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial serta seni budaya dan olahraga.

II.1.4.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator berikut ini.

II.1.4.1.1. Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dikatakan membaik, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB konstan dalam empat tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan positif. PDRB atas dasar harga berlaku konstan tahun 2000 (Hk) mengalami peningkatan dari Rp 10.962.794.000.000 pada tahun 2010 menjadi Rp 12.243.173.800.000 pada tahun 2014. Selama tahun 2010-2014, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan dengan perkembangan nilai dari Rp 8.395.391.800.000 pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 9.106.250.800.000 pada tahun 2014, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan nilai Rp 1.350.605.400.000 pada tahun 2010 menjadi Rp 1.520.024.900.000 pada tahun 2014. Produk domestic regional bruto atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No. Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014** 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 451.980,3 481,153,4 510.945,4 541.027,2 573.044,9 2 Pertambangan dan Penggalian 8.395.391,8 8,504,903,2 8.730.455,5 8.977.215,2 9.106.250,8 3 Industri Pengolahan 1.350.605,4 1,351,801,8 1.463.759,3 1.487.330,2 1.520.024,9 4 Pengadaan Listrik 4.202,7 4,393,5 4.643,2 4.954,2 5.268,4

Tabel II.7. Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Tahun 2014

Tabel II.8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Anambas Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (juta rupiah)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

47

No. Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

dan Gas 5 Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

226,7 234,1 243,1 252,7 258,9

6 Konstruksi 306.030,1 336,420,4 370.586,9 408.795,9 452.252,4 7 Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 154.650,6 167,662,6 181.926,7 197.574,6 214.732,0 8 Transportasi dan Pergudangan 13.471,0 14,267,9 15.208,5 16.239,2 17.565,7 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.192,8 7,644,9 8.159,1 8.719,4 9.394,7 10 Informasi dan Komunikasi 33.266,4 35,358,6 37.752,8 40.654,4 42.573,0 11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 10.765,3 11,233,8 11.739,1 12.232,5 12.776,9 12 Real Estate 45.494,8 47,682,8 50.243,8 53.056,5 56.153,9 13 Jasa Perusahaan 12,8 13,6 14,6 15,5 16,3 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

154.454,1 162,454,0 171.481,7 181.316,4 190.891,3

15 Jasa Pendidikan 15.918,4 16,680,4 17.382,9 17.594,6 17.816,8 16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

13.075,1 13,938,0 15.001,4 16.260,3 17.699,3 17 Jasa lainnya 6.055,7 6,169,9 6.295,1 6.372,2 6.453,6

PDRB dengan Migas 10,962,794,0 11.162.012,9 11,595,839,0 11.969.610,8 12.243.173,8 PDRB Tanpa Migas 1,232,310,7 1.321.763,0 1,419,086,9 1.523.750,4 1.636.955,1

* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara - Sumber: PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2015

Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tanpa migas pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 2,29 persen, sedangkan PDRB dengan migas mengalami pertumbuhan sebesar 7,43. Sektor-sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan PDRB ini antara lain sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 10,63 persen. Sektor lainnya adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor berkonstribusi sebesar 8,68 persen terhadap pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2000. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada berikut.

No. Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - 6,45 6,19 5,89 5,92 2 Pertambangan dan Penggalian - 1,3 2,65 2,83 1,44 3 Industri Pengolahan - 0,09 8,28 1,61 2,2 4 Pengadaan Listrik dan Gas - 4,54 5,68 6,7 6,34 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

- 3,25 3,86 3,92 2,48 6 Konstruksi - 9,93 10,16 10,31 10,63 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

- 8,41 8,51 8,6 8,68 8 Transportasi dan Pergudangan - 5,92 6,59 6,78 8,17 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - 6,29 6,73 6,87 7,74 10 Informasi dan Komunikasi - 6,29 6,77 7,69 4,72

Tabel II.9. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Anambas Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (persen)

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 48

No. Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 4,35 4,5 4,2 4,45 12 Real Estate - 4,81 5,37 5,6 5,84 13 Jasa Perusahaan - 6,03 7,29 6,03 5,11 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

- 5,18 5,56 5,74 5,28 15 Jasa Pendidikan - 4,79 4,21 1,22 1,26 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 6,6 7,63 8,39 8,85 17 Jasa lainnya - 1,89 2,03 1,22 1,28

PDRB dengan Migas - 1,82 3,89 3,22 2,29

PDRB Tanpa Migas - 7,26 7,36 7,38 7,43

* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara - Sumber: PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2015

II.1.4.1.2. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan atau penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi digunakan untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Indikator yang terdapat pada inflasi tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro maupun makro, baik fiskal atau moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga atau masyarakat misalnya dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap.

Untuk menghitung laju inflasi digunakan pendekatan dari laju inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2015 di Kota Batam tercatat sebesar 4,73 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 117,01 pada bulan Desember 2014 menjadi 122,54 pada bulan Desember 2015. Laju inflasi sebesar 4,73 persen pada tahun 2015 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 7,61 persen. Selama periode 2010-2015, laju inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,81 persen dan terendah terjadi pada tahun 2012 dengan laju inflasi sebesar 2,02 persen.

Laju inflasi di Kota Tanjungpinang selama (Januari-Desember) Tahun 2015 tercatat sebesar 2,46 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 119,33 pada Bulan Desember 2014 menjadi 122,27 pada Bulan Desember 2015. Laju inflasi sebesar 2,46 persen pada Tahun 2015 merupakan laju inflasi terendah selama enam tahun terakhir ini, setelah pada tahun 2013 tercatat inflasi tertinggi sebesar 10,09 persen.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

49

Sumber: Statistik Ekonomi Kepulauan Riau tahun 2015

II.1.4.1.3. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita adalah kemampuan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan setiap penduduk rata-rata, sehingga bisa dijadikan salah satu indikator bagi keberhasilan pembangunan terutama pembangunan bidang ekonomi. Meskipun demikian PDRB per kapita belum dapat menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebenarnya. Indikator tersebut hanya dapat dipakai untuk menggambarkan apakah ada peningkatan produktivitas pembangunan setiap orangnya. PDRB per kapita sebagai salah satu indikator produktivitas penduduk dapat dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk. Untuk memacu peningkatan PDRB per kapita, maka laju pertumbuhan ekonomi harus jauh lebih besar dari pada laju pertumbuhan penduduk.

Namun demikian perlu diperhatikan bahwa PDRB per kapita yang disajikan disini belum memperhitungkan pendapatan yang keluar atau pendapatan yang masuk ke Kabupaten Kepulauan Anambas (Net Factor Income From Abroad). Sehingga per kapita yang disajikan disini belum sepenuhnya menggambarkan pendapatan riil masyarakat. Kesulitan memperoleh data pendapatan yang keluar-masuk Kabupaten Kepulauan Anambas tersebut, menyebabkan PDRB per kapita tersebut digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur rata-rata pendapatan penduduk.

Perhitungan PDRB per kapita atas harga konstan tahun 2010 dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh dari tingkat perubahan harga dan jasa (inflasi/deflasi) yang terjadi pada tahun berjalan. Sehingga dengan demikian diperoleh nilai riil atau nilai sebenarnya atas terjadinya peningkatan/penurunan secara lebih tepat menggambarkan tingkat produktivitas per kapita.

Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, laju pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2010 atas dasar harga konstan mengalami peningkatan yang cukup baik selama periode 2010-2014 yaitu sebesar Rp 5.630.000 per jiwa pada tahun 2010 menjadi Rp 6.030.000 per jiwa pada tahun 2014.

7.4 3.76 2.02 7.81 7.61 4.73 6.17 3.32 3.92 10.09 7.49 2.46 0 2 4 6 8 10 12 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kota Batam Kota Tanjungpinang

Gambar II.1. Perkembangan Laju Inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang 2010 – 2013

(2007=100) dan (%) 2014-2015 (2012=100)

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 50

Sumber: PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas 2015

Adanya peningkatan PDRB per kapita ini diharapkan kemampuan daya beli masyarakat juga meningkat. Karena ukuran tingkat kemakmuran penduduk adalah dari tingkat daya beli masyarakatnya. Dengan kondisi ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas.

II.1.4.1.4. Indeks Gini

Pendapatan penduduk pada suatu daerah pada umumnya tidaklah merata. Perbedaan pendapatan ini mengakibatkan terjadinya ketimpangan pendapatan. Suatu metode dalam mengukur ketimpangan pendapatan yaitu Indeks Gini. Indeks Gini merupakan gambaran tingkat pemerataan distribusi pendapatan masyarakat. Adapun kriteria dalam menentukan ketimpangan adalah sebagai berikut:

 0 < G ≤ 0,35 menunjukkan ketimpangan rendah  0,35 < G < 0,50 menunjukkan ketimpangan sedang  G ≥ 0,50 menunjukkan ketimpangan tinggi

Besarnya indeks gini Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2012 mencapai 0,3724. Berdasarkan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendapatan Kabupaten Kepualuan Anambas mencapai level sedang. Semakin rendah indeks gini suatu wilayah/daerah maka pemerataan pendapatan semakin merata.

Besarnya indeks gini pada tahun 2010 dan 2011 yaitu 0,3100, dimana menunjukkan ketimpangan yang rendah. Sedangkan pada tahun 2012 ketimpangannya mencapai level sedang. Hal ini menunjukkan pemerataan pendapatan Kabupaten Kepulauan Anambas semakin tidak merata. Masalah ketimpangan ini perlu diwaspadai dikarenakan perbedaaan pendistribusian pendapatan yang dapat mengakibatkan kecemburuan sosial yang mana akan berdampak ke segala bidang.

II.1.4.1.5. Persentase Penduduk Miskin

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlah dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan makanan adalah jumlah nilai pengeluaran minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari. Sedangkan garis kemiskinan non

32.75 36.55 39.98 44.82 49.42 32.75 34.59 36.54 38.70 41.03 5.63 5.64 5.90 6.03 5.40 5.50 5.60 5.70 5.80 5.90 6.00 6.10 2010 2011 2012 2013 2014 0 10 20 30 40 50 60

PDRB Perkapita Adhb (jt) PDRB Perkapita Adhk (jt) Laju Pertumbuhan Perkapita Adhk (%)

Gambar II.2. PDRB per Kapita Menurut Kategori (Juta Rp), 2010-2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

51

makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas mengalami fluktuasi dari pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 adalah 1.084 jiwa atau 4,82 persen dari total penduduk dengan garis kemiskinan pada tahun tersebut yaitu Rp 245.079, sedangkan untuk tahun 2011 garis kemiskinan Kabupaten Kepulauan Anambas mengalami peningkatan yaitu sekitar Rp 255.867. Peningkatan garis kemiskinan berbanding terbalik dengan jumlah penduduk miskin yang semakin menurun menjadi 1.596 jiwa atau 4,18 persen dari total penduduk Kepulauan Anambas.

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2012 dan 2014

Seperti terlihat pada Gambar II.3 penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berada dibawah garis kemiskinan pada tahun 2012 ada 4,17 persen dari total penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas. Angka ini menunjukkan angka yang paling kecil jika di bandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berada dibawah garis kemiskinan pada tahun 2013 ada 4,47 persen dari total penduduk Kepulauan Anambas. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2012.

II.1.4.1.6. Angka Kriminalitas yang Tertangani

Dinamika perkembangan Kabupaten Kepulauan Anambas yang sangat pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakatnya. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif diantaranya akan meningkatkan angka kriminalitas.

No Pidana 2010 2011 2012 2014

1 Tindak Pidana Umum

1.1. Perkara Masuk 14 15 10 5 1.2. Perkara Diselesaikan 11 13 10 4

1.3. Sisa - - - -

2 Tindak Pidana Khusus

2.1. Perkara Masuk 18 28 15 3 2.2. Perkara Diselesaikan 30 17 20 3

2.3. Sisa - - - -

3 Tindak Pidana Korupsi

3.1 Perkara Masuk 1 - - - 3.2 Perkara diselesaikan - - - - 4.82 4.18 4.17 4.47 3.80 4.00 4.20 4.40 4.60 4.80 5.00 2010 2011 2012 2013

Persentase Penduduk Miskin (Jiwa)

Gambar II.3. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

2010-2013

Tabel II.10. Angka Kriminalitas yang Tertangani di Kabupaten Kepulauan Anambas

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 52

3.3 Sisa - - - -

Sumber: Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2015

Informasi diatas menunjukkan bahwa telah tercatat juga kejadian tindak pidana di cabang Kejaksaan Negeri Ranai di Tarempa. Pada tahun 2014, Tindak Pidana Umum tercatat 5 perkara masuk dan Tindak Pidana Khusus tercatat 3 perkara. Sedangkan Pengadilan Agama Tarempa mencatat adanya 58 perceraian dan talak 20 perkara selama tahun 2014.

II.1.4.1.7. Indeks Daya Beli Masyarakat

Daya beli adalah kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Indeks daya beli digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Semakin rendahnya nilai daya beli suatu masyarakat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian pada saat itu yang sedang memburuk yang berati semakin rendah kemampuan masyarakat untuk membeli suatu barang atau jasa.

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2013 dan 2014

Kemampuan daya beli masyarakat sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar II.4 terlihat terus meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat terlihat sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 meski jika dilihat dari kenaikan nominalnya tidak terlalu besar. Pada periode tahun 2009 hingga tahun 2013 peningkatan daya beli masyarakat tampak berjalan melambat, yaitu dari Rp 626.360 pada tahun 2009 menjadi Rp 627.540 pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 naik menjadi Rp 629.070 naik menjadi Rp 633.290 hingga pada tahun 2013 naik menjadi Rp 636.190. Peningkatan yang terus terjadi pada daya beli masyarakat berindikasi positif terkait dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas.

Jika kita membandingkan angka kabupaten dengan angka provinsi dan nasional, Kabupaten Kepulauan Anambas masih jauh tertinggal. Untuk angka Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 yaitu Rp 651.370 sedangkan untuk angka nasional Rp 643.360 terlihat bahwa Kabupaten Kepulauan Anambas masih jauh tertinggal dibawah dari angka

626,350 627,540 629,070 633,290 636,190 641,630 643,000 644,960 648,920 651,370 631,500 633,640 638,050 641,040 643,360 610,000 615,000 620,000 625,000 630,000 635,000 640,000 645,000 650,000 655,000 2009 2010 2011 2012 2013 Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau Indonesia

Gambar II.4. Daya Beli Masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

53

Provinsi induk dan di bawah angka nasional. Hal ini berarti semakin rendahnya nilai daya beli masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang rendah berkaitan erat pada rendahnya kemampuan ekonomi yang berarti rendah pula kemampuan masyarakat untuk membeli suatu barang atau jasa. Program peningkatan potensi ekonomi masyarakat oleh pihak pemerintah daerah harus gencar jika ingin menaikkan nilai indikator ini dan mengejar ketertinggalan dengan daerah lain.

II.1.4.1.8. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi untuk menilai seberapa jauh capaian keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. (Besarnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dihitung dari PDRB harga konstan 2000).

Laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 6,24 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian secara umum yang meliputi sembilan sektor di Provinsi Kepulauan Riau tumbuh sekitar 6,24 persen. Sedangkan untuk kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas tertinggi dicapai oleh Kabupaten Kepulauan Anambas dengan 7,41 persen dan terendah yaitu Kabupaten Batam dengan 5,83 persen. Pendapatan regional per kapita tanpa migas atas dasar harga berlaku di Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 sebesar 42,00 juta rupiah, naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 39,00 juta rupiah.

Sementara itu, kabupaten/kota yang memiliki pendapatan regional per kapita tanpa migas atas dasar harga berlaku tertinggi yaitu Kota Batam dengan 44,13 juta rupiah dan yang memiliki pendapatan regional terendah yaitu Kabupaten Lingga dengan 15,02 juta rupiah. Kepulauan Anambas berada di posisi ke enam dengan pendapatan per kapita sebesar 17,38 juta rupiah.

Sumber: Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka 2015

Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten dengan laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas tertinggi diantara tujuh kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan adalah sektor bangunan, sektor industri pengelolaan, sektor perdagangan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Pada sektor industri pengelolaan laju pertumbuhan ekonominya meningkat dari 6,72 persen pada tahun 2012 menjadi 6,8 persen pada tahun 2013, sedangkan pada sektor

6.93 7.16 7.39 7.4 7.41 6.6 6.7 6.8 6.9 7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar II.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Kabupaten Kepulauan Anambas.

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 54

bangunan laju pertumbuhan ekonominya meningkat dari 13,72 persen menjadi 13,8 persen pada tahun 2013.

Laju pertumbuhan pada sektor pertanian dan perikanan justru mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2012 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,23 persen kemudian mengalami penurunan menjadi 7,19 persen di tahun 2013. Meskipun demikian sektor pertanian dan perikanan tetap memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi ketiga setelah sektor bangunan dan sektor perdagangan.

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian dan Perikanan 7,35 7,55 7,23 7,19 2 Pertambangan dan Penggalian 0,48 0,46 0,68 0,7 3 Industri Pengelolaan 5,86 6,12 6,72 6,8 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,94 4,08 5,83 5,89 5 Bangunan 10,54 10,69 13,72 13,8 6 Perdagangan 7,48 7,76 8,13 8,19 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,25 6,62 7,03 7,06 8 Keuangan, Pariwisata dan Jasa Perusahaan 2,19 2,49 3,14 3,15 9 Jasa Jasa 5,34 5,53 5,65 5,68 Sumber : Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2015

II.1.4.1.9. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan kesimpulan dari indeks lamanya hidup, indeks tingkat pendidikan dan indeks pendapatan. IPM digunakan untuk menilai kebehasilan pembangunan dari segi pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sejalan dengan meningkatnya kinerja Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki (IPM) sebesar 65,12 pada tahun 2014, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 64,86.

IPM dikelompokkan menjadi empat kategori antara lain: (1) rendah (IPM dibawah 50), (2) menengah rendah (50-65), (3) menengah tinggi (IPM 66-70) dan (4) tinggi (IPM diatas 70). Bila dikelompokkan menurut kategori IPM tersebut, IPM Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk dalam kategori IPM tinggi (IPM diatas 70).

Sumber: Statistik Ekonomi Kepulauan Riau Tahun 2015

63.03 63.71 64.32 64.86 65.12 61.5 62 62.5 63 63.5 64 64.5 65 65.5 2010 2011 2012 2013 2014 Tabel II.11. Laju Pertumbuhan Sektoral Tanpa Migas Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010- 2013 Gambar II.6. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010-2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

55

Apabila dibandingkan dengan tujuh kota ataupun kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, IPM Kabupaten Anambas pada tahun 2014 yang mencapai 65,12 menduduki peringkat keenam. Kota Batam merupakan kota dengan IPM paling tinggi sebesar 79.13.Provinsi Kepulauan Riau menunjukan angka IPM pada tahun 2014 sebesar 73.40.

Dengan adanya data apabila dibandingkan dengan Kota/ Kabupaten lain yang ada di Kepulauan Riau, IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah yang kedua terendah menunjukan bahwa kualitas pembangunan Kepulauan Anambas masih jauh dibawah standar kualitas pembangunan manusia provinsi secara umum.

Kabupaten/Kota Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Karimun 66,40 66,82 67,67 68,52 68,72 Bintan 69,87 70,47 71,01 71,31 71,65 Natuna 66,29 67,76 68,80 69,39 70,06 Lingga 57,36 58,51 59,32 60,13 60,75 Kepulauan Anambas 63,03 63,71 64,32 64,86 65,12 Kota Batam 76,98 77,82 78,39 78,65 79,13 Kota Tanjungpinang 73,76 74,86 75,91 76,70 77,29 Provinsi Kepulauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40 Sumber: Statistik Ekonomi Kepulauan Riau Tahun 2015

II.1.4.2. FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator-indikator pendidikan yaitu angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, anga partsisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni. Indikator kesehatan diantaranya; angka usia harapan hidup, dan indikator sosial yaitu rasio penduduk yang bekerja. Berikut ini disajikan hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial, sebagai berikut:

PENDIDIKAN

II.1.4.2.1. Angka Melek Huruf

Kemampuan baca tulis merefleksikan tingkat pendidikan suatu daerah. Angka melek huruf (AMH) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. AMH penduduk berumur 15 tahun ke atas Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2012 mencapai 92,63 persen. Artinya, dari sekitar 100 orang penduduk Kepulauan Anambas yang berusia 15 tahun ke atas sekitar 93 orang yang bebas buta huruf. Sehingga masih ada sekitar tujuh orang lagi dari 10 orang penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang tergolong dalam kategori buta aksara. Angka melek huruf mengalami penurunan pada tahun 2012 namun mengalami peningkatan pada tahun 2013.

Angka melek huruf berdasarkan kelompok umur menunjukkan AMH kelompok usia muda jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia tua dan kelompok umur 15-24 penduduk perempuan memiliki AMH yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Akan tetapi untuk usia tua penduduk perempuan memiliki AMH lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki usia tua.

Tabel II.12. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Riau Tahun 2010-2014

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 56

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2013 dan 2014

Pada angka melek huruf Kepulauan Anambas berada dibawah provinsi induknya yaitu Provinsi Kepulauan Riau yang tertinggal sekitar 5,93 persen. Sedangkan jika dibandingkan angka nasional, Kepulauan Anambas tertinggal sekitar 1,36 persen.

II.1.4.2.2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Pada tahun 2014, rata-rata lama sekolah Kabupaten Kepulauan Anambas yaitu 6,16 tahun. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan angka pada tahun 2013 yang sebesar 6,14 tahun dan pada tahun 2012 yang sebesar 6,13 tahun. Dari angka tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan daerah ini rata-rata hanya sampai level SMP kelas satu. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan rata-rata lama sekolah Kabupaten Kepulauan Anambas akan dijelaskan pada gambar berikut.

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2015

Jika dibandingkan dengan kabupaten induk yaitu Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas masih dibawah Natuna. Di tingkat Provinsi Kepulauan Riau, angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Kepulauan Anambas kedua terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Jika dikaitkan dengan program wajib belajar sembilan tahun dari pemerintah, kondisi pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas perlu ditingkatkan kembali sehingga bisa sejajar dengan daerah lainnya. Pada tahun 2014 angka rata-rata lama sekolah tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau adalah Kota Batam yaitu sebesar 10,80 tahun. Angka ini terus meningkat dari tahun 2010, begitu juga halnya dengan angka rata-rata lama sekolah Provinsi Kepulauan Riau.

1,804 1,596 4,256 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 2011 2012 2013 6.1 6.11 6.13 6.14 6.16 6.06 6.08 6.1 6.12 6.14 6.16 6.18 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar II.8. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2011-2014 Gambar II.7. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009-2013

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

57

No Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten (Tahun) 2010 2011 2012 2013 2014

1 Karimun 6,88 6,89 7,25 7,67 7,73 2 Bintan 8,08 8,13 8,18 8,23 8,30 3 Natuna 7,06 7,33 7,75 7,87 8,07 4 Lingga 5,24 5,30 5,35 5,40 5,53 5 Kepulauan Anambas 6,10 6,11 6,13 6,14 6,16 6 Kota Batam 10,53 10,74 10,77 10,79 10,80 7 Kota Tanjungpinang 9,14 9,47 9,80 9,89 9,94 8 Provinsi Kepulauan Riau 9,38 9,46 9,58 9,63 9,64 Sumber: Badan Pusat Statistik 2015

II.1.4.2.3. Angka Partisipasi Kasar

Angka partisipasi kasar diperoleh dari perbandingan jumlah siswa pendidikan dasar (SD sampai dengan SMA) dengan jumlah penduduk usia 7-18 tahun. Angka partisipasi kasar adalah rasio jumlah siswa (berapapun usianya) yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

Terlihat bahwa nilai dari APK SD/MI Kabupaten Kepulauan Anambas pada 2014 mencapai angka 105,77. Nilai APK SD menunjukkan angka lebih dari 100, hal ini menunjukkan bahwa ternyata masih banyak penduduk usia sekolah yang tingkat pendidikannya tidak sesuai dengan jenjang usianya. Berbagai alasan yang melatarbelakangi masalah tersebut yaitu keterlambatan masuk sekolah formal atau terlalu muda, sempat putus sekolah kemudian melanjutkan kembali atau berasal dari luar daerah Kepulauan Anambas

Pada jenjang SMP/MTs nilai APK untuk kategori umur 13-15 tahun 2014 mencapai angka 88,86 dimana nilai ini mengalami penurunan dari tahun 2013 yang mencapai 91,27. Berbanding terbalik dengan APK SMA yang mengalami kenaikan dari 70,76 pada tahun 2013 hingga pada tahun 2014 mencapai angka 87,72. Perkembangan

Dalam dokumen RPJMD KKA BAGIAN AWAL ii (Halaman 60-74)