• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Dalam dokumen RPJMD KKA BAGIAN AWAL ii (Halaman 95-102)

II.3. Aspek Daya Saing Daerah

II.3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

II.3.1.1. NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. Indeks yang diterima petani merupakan suatu indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) dari sisi kebutuhan petani baik untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal.

Semakin tinggi nilai NTP maka relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan dan daya beli petani. Dimana NTP lebih dari 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. Apabila NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan. NTP kurang dari 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahtaraan petani pada periode sebelumnya. Penilaian NTP di atas menggunakan asumsi bahwa apabila produktivitas petani pada bulan bersangkutan paling sedikit sama dengan produktivitas bulan sebelumnya.

Nilai Tukar Petani meliputi lima subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman holtikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. NTP mencakup lima kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yaitu : Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Anambas.

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Indeks Yang Diterima Petani (lt) 119,36 126,66 131,66 136,05 109,62 115,22 2. Indeks Yang Dibayar Petani (lb) 119,42 122,54 125,91 129,61 108,62 115,57

NTP 99,95 103,36 104,57 104,97 100,92 99,7

Sumber : Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

Selama periode 2011-2014, rata-rata NTP di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan setiap tahunnya yang berarti daya beli petani di Provinsi Kepulauan riau lebih baik dari tahun ke tahun. NTP tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 104,96 dengan indeks yang diterima petani sebesar 136,05 dan indeks yang dibayar petani

Tabel II.59. Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2010-2014 Provinsi Kepulauan Riau

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 82

sebesar 129,61. Namun pada tahun 2015 rata-rata NTP di Provinsi Kepulauan Riau hanya mencapai 99,45 masih berada di bawah 100. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2015 petani di Provinsi Kepualauan Riau mengalami defisit, dimana kenaikan hasil produksi pertaniannya lebih kecil dibanding kenaikan harga kebutuhan petani untuk konsumsi dan biaya produksi. Pada tahun 2015 indeks harga yang diterima petani hanya mencapai 115,22 sedangkan indeks yang dibayarkan petani telah menapai 115,87.

Sumber: NTP Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

Provinsi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kepulauan Riau, yaitu yang berbatasan di sebelah barat Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Jambi yang berbatasan disebelah selatan. Apabila membandingkan NTP pada provinsi-provinsi tersebut, dapat dilihat pada tabel diatas yaitu pada tahun 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki NTP paling besar dengan angka mencapai 101,55, di posisi kedua yaitu Provinsi Kepulauan Riau dengan NTP sebesar 100,92, kemudian Provinsi Jambi dengan NTP sebesar 97,02 dan di posisi terakhir yaitu Provinsi Riau dengan NTP sebesar 96,85. Hal ini menunjukan tingkat kemampuan petani di Provinsi Kepulauan Riau cukup tinggi dengan menempati posisi kedua dibandingkan tiga provinsi lainnya. Dengan NTP lebih dari 100 maka berarti petani Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.

II.3.1.2. FOKUS IKLIM BERINVESTASI

Fokus iklim berinvestasi sangat dipengaruhi oleh rasa aman bagi investor untuk berinvestasi. Ketentraman dan ketertiban umum yang kondusif menggambarkan bahwa dispilin hukum berjalan dengan baik. Ketentraman dan ketertiban umum sangat berdampak positif dalam meningkatkan kenyamanan berinvestasi.

II.3.1.2.1. Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma dan hukum, ketidakharmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah bergeser, ditambah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan nilai-nilai etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada

96.85 101.55 97.02 100.92 94 95 96 97 98 99 100 101 102

Provinsi Riau Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Provinsi Jambi Provinsi Kepulauan Riau

Gambar II.10. Nilai Tukar Petani Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

83

aspek kognitifnya. Penanggulangan kriminalitas yang tepat merupakan salah satu cara untuk mencapai rasa aman, nyaman dan tertib bagi masyarakat serta iklim berinvestasi untuk dapat terselengggara dengan baik.

Seperti yang tertera pada Tabel II.60, tindak kriminal selama satu tahun pada selang waktu tahun 2009 sampai pada tahun 2012 terus mengalami peningkatan akan tetapi mengalami penurunan yang cukup siginifikan di tahun 2013. Tindak kriminal yang mengalami fluktuasi pada tahun 2009 hingga tahun 2013 berbanding lurus dengan angka kriminalitas. Jumlah tindak kriminal tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan jumlah tinda kriminal sebanyak 27 kasus dan angka kriminalitas mencapai 0,095, sedangkan tindak kriminal paling sedikit terjadi di tahun 2013 sebanyak satu kasus dengan angka kriminalitas 0,003. Angka kriminalitas pada suatu daerah semakin rendah menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa angka kriminalitas masih relatif kecil sehingga dapat dikatakan bahwa dalam hal keamanan dan ketertiban lingkungan, kondisi di Kabupaten Kepulauan Anambas relatif stabil dan terkendali.

No Jenis Kriminal 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah kasus Pembunuhan 0 0 0 1 0 2 Jumlah Kejahatan Seksual 2 3 1 4 0 3 Jumlah kasus Penganiayaan 1 1 4 20 1 4 Jumlah kasus Pencurian 4 4 4 6 0 5 Jumlah kasus Penipuan 0 0 1 6 0 6 Jumlah Tindak Kriminal selama 1 tahun 7 8 10 37 1 7 Jumlah Penduduk 35.646 37.629 38.210 38.833 39.374 8 Angka Kriminalitas 0,020 0,021 0,026 0,095 0,003 Sumber : Diolah dari Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2014

II.3.1.3. FOKUS SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting untuk kemajuan daerah. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi pula kualitas SDM di wilayah tersebut. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu daerah.

II.3.1.3.1. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu daerah. Untuk memajukan perekonomian suatu daerah diperlukan tenaga kerja yang berkualitas.Tingkat pendidikan memiliki faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas tenaga kerja daerah. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja semakin tinggi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpengaruh terhadapkualitas hasil produksi barang dan jasa

Seperti tertera pada Tabel II.61, tenaga kerja masih merupakan permasalahan di Kabupaten Kepulauan Anambas mengingat rasio lulusan S1/S2/S3 masih sangat minim. Pada tahun 2009 rasio lulusan S1/S2/S3 0,02 dengan jumlah lulusan S1/S2/S3 sebanyak 727 jiwa, dan mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi 0,026, dan mengalami pengingkatan di tahun 2011 menjadi 0,027, mengalami peningkatan di tahun 2012 menjadi 0,031 dan terus mengalami peningkatan di tahun 2013 dengan rasio lulusan menjadi 0,034 dengan jumlah lulusan S1/S2/S3 sebanyak 1.357 jiwa. Pada selang waktu tahun 2009 sampai tahun 2013 rasio lulusan S1/S2/S3 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan

Tabel II.60. Angka Kriminalitas Tahun

2009-2013 Kabupaten Kepulauan Anambas.

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 84

semakin meningkat pula. Selain itu, peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang usaha lebih besar bagi mereka yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah.

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah lulusan S1 727 987 1.019 1.234 1.305 2 Jumlah lulusan S2 0 0 46 48 52 3 Jumlah lulusan S3 0 0 0 0 0 4 Jumlah lulusan S1/S2/S3 727 987 1.065 1.282 1.357 5 Jumlah Penduduk 35.646 37.629 38.210 38.833 39.374 6 Rasio lulusan S1/S2/S3 0,020 0,026 0,028 0,033 0,034 Sumber : Diolah dari Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2014

II.3.1.3.2. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas (usia nonproduktif) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (usia produktif). Rasio ketergantungan dapat dilihat berdasarkan usia, yaitu rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua.

Rasio ketergantungan muda merupakan perbandingan jumlah penduduk belum produktif (usia 0-14 tahun) dengan jumlah penduduk produktif (usia 15 - 64 tahun). Seperti yang tertera pada Tabel II.62, rasio ketergantungan muda terus mengalami kenaikan pada selang waktu antara tahun 2009 sampai tahun 2013 akan tetapi mengalami penurunan di tahun 2014. Pada tahun 2009 rasio ketergantungan muda sebesar 0,463, mengalami kenaikan di tahun 2010 menjadi 0,495, mengalami kenaikan di tahun 2011 menjadi 0,512, mengalami kenaikan di hingga tahun 2012 menjadi 0,518, dan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2013 menjadi 0,548 dan mengalami penurunan di tahun 2014 menjadi 0,523 ini berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 52 orang usia belum produktif (usia 0-14 tahun). Pada tahun 2013 peningkatan yang terjadi pada jumlah penduduk usia 0-14 tahun berbanding terbalik dengan menurunnya jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun sehingga menyebabkan semakin banyaknya jumlah usia belum produktif yang harus ditanggung oleh usia produktif.

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun 11.010 11.982 12.591 13.635 13.671 13.207 2 Jumlah Penduduk Usia 15 – 64 tahun 23.805 24.185 24.593 26.315 24.930 25.248 3 Rasio Ketergantungan Muda 0,463 0,495 0,512 0,518 0,548 0,523 Sumber : Diolah dari Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2014 dan 2015

Rasio ketergantungan tua merupakan perbandingan jumlah penduduk tidak produktif (usia 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun). Rasio ketergantungan tua terus mengalami peningkatan dalam selang waktu antara tahun 2009 hingga tahun 2014. Seperti tersaji pada Tabel II.63, pada tahun 2009 rasio ketergantungan tua sebesar 0,035, mengalami kenaikan di tahun 2010 menjadi 0,051, mengalami kenaikan di tahun 2011 menjadi 0,053, mengalami kenaikan hingga tahun 2012 menjadi 0,055 dan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2014 menjadi 0,056 di tahun 2013 dan 0, 057 di tahun 2014, ini berarti setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 57 orang usia tidak produktif.

Tabel II.61. Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2008-2011 Kabupaten Kepulauan Anambas

Tabel II.62. Rasio Ketergantungan Muda Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 s.d Tahun 2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2016-2021

85

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah Penduduk Usia > 64 tahun 831 1.244 1.308 1.438 1.403 1.437 2 Jumlah Penduduk Usia 15 – 64 tahun 23.805 24.185 24.593 26.315 24.930 25.248 3 Rasio Ketergantungan Tua 0,035 0,051 0,053 0,055 0,056 0,057 Sumber : Diolah dari Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2014 dan 2015

Rasio ketergantungan total yaitu rasio ketergantungan dengan membandingkan jumlah penduduk belum produktif (usia < 15 tahun) dan jumlah penduduk tidak produktif (usia > 64 tahun) dengan jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun). Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel II.64, rasio ketergantungan total Kabupaten Kepulauan Anambas terus mengalami peningkatan pada selang waktu antara tahun 2009 hingga tahun 2013 kecuali di tahun 2014 mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2009 rasio ketergantungan mencapai 0,497, mengalami kenaikan di tahun 2010 menjadi 0,547, mengalami kenaikan di tahu 2011 menjadi 0,565, mengalami kenaikan hingga tahun 2012 rasio ketergantungan mencapai 0,571, mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 0,605 dan mengalami oenurunan di tahun 2014 menjadi 0,580, angka ini berarti setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 58 usia belum produktif dan usia tidak produktif.

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun 11.010 11.982 12.591 13.635 13.671 13.207 2 Jumlah Penduduk Usia > 64 tahun 831 1.244 1.308 1.438 1.403 1.437 3 Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif 11.841 13.226 13.899 15.037 15.074 14.644 4 Jumlah Penduduk Usia 15 – 64 tahun 23.805 24.185 24.593 26.315 24.930 25.248 5 Rasio Ketergantungan 0,497 0,547 0,565 0,571 0,605 0,580 Sumber : Diolah dari Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011,2012, 2014 dan 2015

Semakin meningkatnya jumlah usia belum produktif dan usia tidak produktif yang berbanding terbalik dengan menurunnya jumlah usia produktif menyebabkan meningkatnya tingkat ketergantungan muda, tua dan total. Berdasarkan rasio ketergantungan muda, tua maupun rasio ketergantungan total yang dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Anambas yang terus meningkat setiap tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2014 menunjukan bahwa semakin meningkat pula beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif.

Tabel II.63. Rasio Ketergantungan Tua Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

2009-2014

Tabel II.64. Rasio Ketergantungan Kabupaten Kepulauan Anambas Total Tahun 2009-2014

PREHEADINGS

BAB. III

GAMBARAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

DAN KERANGKA

PENDANAAN

RPJMD KKA 2016-2021

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

88

Dalam dokumen RPJMD KKA BAGIAN AWAL ii (Halaman 95-102)