• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum, tren pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara periode 2013-2017 cenderung bergerak naik sejak tahun 2015. Berada pada level terendah pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan 5,80 persen, merengsek naik ke level 6,17 persen pada tahun 2016 dan tumbuh 6,29 persen pada tahun 2017.

18 | II

Gambar 2.3

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013-2017

Sumber: Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, 2014-2018

b. PDRB per Kapita

Produktivitas per kapita menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan barang dan jasa. Untuk mengukur indikator ini digunakan pendekatan melalui PDRB per kapita. Besarnya PDRB per kapita Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2017 atas dasar harga berlaku sebesar 26,60 juta rupiah dan dilihat atas dasar harga konstan sebesar 18,99 juta rupiah.

Gambar 2.4

PDRB per Kapita Tahun 2013-2017

Sumber: Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, 2018 7.12

6.81

5.80

6.17 6.29

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam persen)

18.31

20.51

22.54

24.86

26.60

15.74 16.61 17.31 18.11 18.99

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam juta rupiah)

ADHB ADHK

19 | II c. Kemiskinan

Meskipun angka kemiskinan terus mengalami pengurangan, angka kemiskinan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih tergolong cukup tinggi. Angka kemiskinan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara semakin berkurang sejak Tahun 2013. Pada Tahun 2013 tercatat 9,61 persen masuk kategori penduduk miskin, sedangkan pada Tahun 2017 berkurang menjadi 8,89 persen. Capaian positif ini menunjukkan keberhasilan program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melalui pembentukan lembaga TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah), program pemberdayaan masyarakat, pengurangan beban KK Miskin, penguatan kelembagaan, serta validasi data keluarga miskin.

20 | II

Gambar 2.5

Kondisi Kemiskinan Tahun 2013-2017

Sumber : Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, 2018 Sebagai permasalahan pembangunan utama, penanggulangan kemiskinan menjadi isu penting di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara untuk menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Di tahun 2017 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menerbitkan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Utara tentang Pendataan warga miskin, dimana indikator-indikator sudah disesuaikan dengan indikator pendataan TNP2K yang dilakukan oleh BPS.

9.61

9.27

9.72

9.38

8.89

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam persen)

21 | II d. Pengangguran

Gambar 2.6

Tingkat Pengangguran Tahun 2013-2017

Sumber : Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, 2018 Walaupun sempat mengalami peningkatan pada tahun 2017, namun secara umum tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bolaang MOngondow Utara rentang waktu 2013-2016 mengalami penurunan yang sangat signifikan, berangkat dari angka 5,79 persen pada tahun 2013 menjadi 2,95 persen pada tahun 2016 denga rata-rata penurunan 0,27 persen tiap tahunnya.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial a. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf (tidak buta aksara) yaitu jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dari tahun 2013 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan hingga menyentuh angka 99,60 persen. Hal ini menunjukkan meningkatnya derajat pendidikan masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dari tahun ke tahun, yang dipengaruhi berkurangnya penduduk usia lanjut yang buta huruf. Selengkapnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini:

5.79

7.9

2.95 2.95

4.71

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam persen)

22 | II

Gambar 2.7

Kondisi Angka Melek Huruf Tahun 2013-2017

Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

b. Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir. Rata-rata lama sekolah menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Hal ini dapat dimaknai bahwa penduduk Bolaang Mongondow Utara semakin sadar akan pentingnya pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.

98.30 99.29 99.43 99.60

99.60

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam persen)

23 | II Gambar 2.8

Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2013-2017

Sumber : Analisis IPM Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2014-2017

Angka 7,86 mengindikasikan bahwa rata-rata jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara berusia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal pada tahun 2017 berkisar antara 7 sampai dengan 8 tahun atau setara dengan kelas 1 sampai kelas 2 SMP.

Kecenderungan penduduk di atas antara lain yang tidak sedang menjalankan pendidikan di sekolah formal yakni di SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajatnya. Penduduk tersebut lebih cenderung bekerja dengan ijazah terendahnya (misalnya SD), tidak melanjutkan pendidikan formal pada usianya dan tidak melanjutkan pendidikan melalui pendidikan non formal (Paket B, atau C).

c. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah dibedakan menjadi dua yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK).

APM mengukur proporsi anak usia sekolah yang bersekolah tepat waktu sedangkan APK menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Nilai APK dan APM

7.34

7.51 7.52

7.67

7.86

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam tahun)

24 | II

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selengkapnya tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2.5

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2013-2017

Sumber: Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, 2014-2018

Dari data di atas terlihat bahwa capaian APM disemua jenjang pendidikan mengalami tren positif seiring dengan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Terkait dengan capian APK SMA/SMK/MA menurun karena adanya peserta didik yang bersekolah ke luar daerah. Atas permasalahan tersebut Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sedikit mengalami keterbatasan dalam intervensi, mengingat kewenangan

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Angka Partisipasi Murni (persen)

SD/MI 91,54 92,20 96,88 95,68 96,50 SMP/MTs 71,43 77,84 73,67 80,85 79,15 SLTA/MA 65,40 65,74 69,14 76,33 76,74 Angka Partisipasi Kasar (persen)

SD/MI 102,68 104,67 108,73 107,49 113,27 SMP/MTs 104,28 98,47 85,15 90,41 84,24 SLTA/MA 73,64 80,58 99,85 86,36 106,88

25 | II urusan pendidikan menengah merupakan kewenangan pemerintah provinsi sebagaimana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

d. Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) diartikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas.

Angka HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Harapan lama sekolah dalam kurun tahun 2013-2017 terlihat menunjukkan tren positif, dimana pada tahun 2013 angka harapan hidup berada pada angka 11,60 persen naik 0,27 poin ke 11,87 tahun 2017.

Gambar 2.9

Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 2013-2017

Sumber : Analisis IPM Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2014-2017

11.60

11.84 11.85 11.85 11.87

2013 2014 2015 2016 2017

(DALAM TAHUN)

26 | II

e. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Angka ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang diidentifikasi sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan penduduk. Indikator Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang merepresentasikan aspek kesehatan terus meningkat sejak tahun 2013. Semakin meningkatnya AHH di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara mengindikasikan bahwa derajat kesehatan masyarakat semakin membaik, karena AHH merupakan salah satu tolok ukur derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2017, Angka Harapan Hidup mencapai 66,98 tahun yang mengindikasikan bahwa bayi yang baru lahir pada tahun 2017 memiliki harapan untuk hidup hingga usia 66-67 tahun.

Gambar 2.10

Angka Harapan Hidup Tahun 2013-2017

Sumber : Analisis IPM Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2014-2017

f. Indeks Pembangunan Manusia

Upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk untuk mencapai kemakmuran merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi. Pada awalnya, konsep pembangunan ekonomi lebih menekankan pada usaha-usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut disebabkan ketertinggalan di bidang ekonomi dan

66.62 66.64

66.84 66.91 66.98

2013 2014 2015 2016 2017

(dalam tahun)

27 | II pendapat bahwa perubahan maupun perbaikan di seluruh dimensi kehidupan dapat diwujudkan melalui kemajuan di bidang ekonomi (Subandi, 2011).

Demikian kentalnya paradigma tersebut sehingga seringkali terminology pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi dianggap sebagai hal yang sama. Harus dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi merupakan dua hal yang secara fundamental berbeda.

Pertumbuhan ekonomi mengacu pada peningkatan pendapatan per kapita dan pertambahan produk secara kuantitas. Adapun pembangunan ekonomi memiliki makna yang lebih luas, terutama peningkatan di bidang kesehatan, pendidikan dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kesejahteraan manusia (Perkins, Radelet dan Lindauer, 2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa suatu wilayah yang berhasil meningkatkan pendapatannya namun gagal dalam meningkatkan usia harapan hidup dan taraf kesehatan penduduk, tidak berhasil mengurangi angka kematian bayi serta tidak mampu meningkatkan pendidikan warganya dapat dianggap telah gagal dalam melakukan pembangunan.

Meskipun pertumbuhan ekonomi diperlukan, namun belum mencukupi persyaratan untuk dapat meningkatkan taraf hidup sebagian besar penduduk di berbagai negara. Terkait dengan hal tersebut, Perkins, Radelet dan Lindauer (2006) memaparkan bahwa terdapat paling sedikit tiga alasan utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi belum dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan penduduk. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dapat dinikmati oleh semua penduduk secara merata.

Kedua, hasil dari pertumbuhan ekonomi tidak ditransfer untuk peningkatan standar hidup masyarakat. Ketiga, pertumbuhan ekonomi meningkatkan pendapatan dan konsumsi, akan tetapi penduduk yang telah sejahtera menjadi semakin sejahtera dan penduduk yang sebelumnya kurang sejahtera hanya mengalami sedikit peningkatan (dalam hal ini berlaku pandangan bahwa penduduk kaya semakin kaya dan penduduk miskin semakin miskin).

28 | II

Gambar 2.11

Perkembangan IPM Tahun 2013-2017

Sumber : Analisis IPM Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2013-2017

g. Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Sejak tahun 2017, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang termasuk dalam 100 kabupaten/kota prioritas stunting di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara relative tinggi dibanding kabupaten lainnya se Indonesia, walaupun secara regional bukan yang tertinggi.

63.67 64.24 64.46 65.16 65.60

2013 2014 2015 2016 2017

29 | II Dilihat dari data tahun 2015, dimana angka stunting berada pada level 32,00 persen, naik tajam pada tahun 2016 pada level 43,80 persen. Dengan program yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, angka stunting dapat diturunkan hingga level 30,40 persen pada tahun 2017 dan kembali menunjukkan tren positif pada tahun 2018 yakni berada pada level 23,52 persen.

Upaya perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan balita dan promosi kesehatan adalah beberapa contoh program yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melalui Dinas Kesehatan sebagai upaya penangan stunting.

h. Gini Rasio

Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Ketimpangan akan semakin parah jika tingkat kesejahteraan masyarakat kelompok berpendapatan bawah tumbuh dengan lambat atau bahkan turun, sedangkan tingkat kesejahteraan kelompok berpendapatan atas tumbuh dengan cepat. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, yang pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi gejolak politik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.

Pada hakekatnya, kesenjangan ekonomi antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan kelompok berpendapatan rendah dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Ketimpangan akan selalu ada dalam proses pembangunan, khususnya pada tahap-tahap awal pembangunan, namun ketimpangan yang semakin melebar harus dikendalikan. Ketimpangan yang semakin lebar akan melahirkan berbagai ketidakpuasan, yang jika terus terakumulasi dapat menimbulkan keresahan yang berujung pada berbagai macam konflik. Sedangkan perkembangan indicator pemerataan distribusi pendapatan selanjutnya yang sering dipakai adalah Rasio Gini.

30 | II

Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut (Hera Susanti dkk, Indikator-Indikator Makro Ekonomi, LPEM-FEUI, 1995) :

- GR < 0.4 :dikategorikan ketimpangan rendah - 0.4 < GR < 0.5 :dikategorikan ketimpangan sedang

(moderat)

- GR > 0.5 :dikategorikan ketimpangan tinggi

Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara perkembangan Rasio Gini dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Sedangkan dibandingkan dengan Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara maupun Nasional, Gini Rasio Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih dibawahnya. Hal tersebut menggambarkan kondisi ketimpangan antar penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih relatif lebih baik dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Utara dan Nasional, seperti terlihat dalam diagram berikut :

Gambar 2.12

Perkembangan Rasio Gini Tahun 2013-2017

Sumber : https://www.bps.go.id, Gini Ratio Provinsi 2013-2017

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Kesenian dan Kebudayaan

Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia,

2013 2014 2015 2016 2017

Bolmut 0.37 0.38 0.33 0.38 0.38

Sulut 0.42 0.42 0.37 0.39 0.39

Nas 0.41 0.41 0.41 0.40 0.39

0.37

31 | II bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Perkembangan kesenian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara disajikan sesuai pada tabel berikut:

Tabel 2.6

Perkembangan Kesenian Tahun 2013-2017

Kesenian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Seni tari - 1 3 5 2

Seni musik - - 1 2 -

Seni rupa - - - - -

Seni teater - - - - -

Jumlah grup

kesenian - - - - -

Even

kesenian 1 3 3 7 2

Gedung

kesenian - - - - -

Sumber: Dinas Dikbud Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Sampai saat ini untuk sarana dan prasarana gedung kesenian belum tersedia. Pelaksanaan even Festival Batu Pinagut Tahun 2017 telah memberikan perhatian terhadap kebudayaan daerah diharapkan akan memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan budaya daerah yang mulai terkikis modernisasi.

b. Olahraga

Jumlah klub olahraga di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2017 sebanyak 8 (delapan) klub tidak mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, data ini menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap olah raga perlu di tingkatkan serta di dukung komitmen pemerintah untuk peningkatan prestasi olah raga masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan klub olah raga yang ada dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

32 | II

Tabel 2.7

Perkembangan Klub Olahraga Tahun 2013-2017

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah Organisasi Olahraga

3 4 4 4 8

Jumlah Klub

Olahraga 8 8 8 8 8

Sumber: Dinas Pora Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Terwujudnya Peningkatan Prestasi Olah raga selain melalui pembinaan klub dan atlit olahraga juga harus didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana olahraga yang baik.

Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia saat ini sudah cukup memadai dan memenuhi kebutuhan masyarakat namun perlu terus ditingkatan dari segi kuantitas dan kualitasnya. Walaupun belum tersedia GOR, sampai dengan tahun 2017 telah tersedia lapangan olahraga sebanyak 142 unit dari 7 cabang olahraga yang diminati masyarakat dan tersebar di semua kecamatan.

33 | II Tabel 2.8

Jumlah Sarana Olahraga sampai dengan Tahun 2017

Cabang Olahraga Jumlah

(1) (2)

Sumber: Dinas Pora Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018 2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib a. Pendidikan

Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator pendidikan sebagai berikut:

Tabel 2.9

Kondisi Pendidikan Tahun 2013-2017

Uraian Sat. Kondisi Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

34 | II

Uraian Sat. Kondisi Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dinas Dikbud Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan dasar lebih menggambarkan kondisi keterserapan siswa pada usia jenjang sekolah SD/MI dan SMP/MTs. APM jenjang SD/MI

35 | II pada tahun 2017 sebesar 95,68 persen dan pada tahun 2017 sebesar 96,50 persen. APM jenjang SD/MI di bawah 100 persen artinya keterjangkauan pendidikan dasar belum merata diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan masih terdapat siswa SD/MI yang usianya dibawah tujuh tahun atau diatas 12 tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) untuk SMP/MTs pada tahun 2015 sebesar 73,67 persen, tahun 2016 sebesar 80,85 persen dan tahun 2017 sebesar 79,15 persen. APM SMP/MTs menurun di tahun 2017 namun belum 100 persen dimungkinkan ada siswa SMP/MTs yang usianya di bawah 13 tahun atau di atas 15 tahun dan ada siswa SMP/MTs dari luar daerah yang sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara khususnya di wilayah perbatasan. Capaian-capaian kinerja urusan pendidikan ini menunjukkan peningkatan dukungan penyelenggaraan pendidikan berupa Program Wajar Dikdas 9 Tahun, Rintisan Wajar Dikdas 12 Tahun disertai kenaikan dukungan pendanaan operasional dari BOS Pusat, Penyediaan Biaya Pendidikan, sarana dan prasarana dari dana DAK dan sumber lain yang sah.

Angka kelulusan cenderung stabil, yakni pada tahun 2013 sebesar 93,42 persen, tahun 2014 sebesar 99,90 persen, tahun 2015 sebesar 99,07 persen, sedangkan tahun 2016

36 | II

sebesar 100 persen sama dengan tahun 2017 sebesar 100 persen. Kondisi ini dipengaruhi adanya perubahan kurikulum yakni kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 selain adanya kriteria umum kelulusan yang setiap tahunnya berbeda bobot dan penentuannya.

Dilihat dari kondisi tenaga pendidik di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2013-2017 meliputi guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 dengan capaian pada tahun 2013 sebesar 66 persen, tahun 2014 sebesar 69 persen, tahun 2015 sebesar 71 persen, sedangkan tahun 2016 sebesar 72 persen dan tahun 2017 sebesar 79 persen.

Selain itu, pada tahun 2017 ini terdapat permasalahan ketersediaan dan distribusi guru yang belum merata.

b. Kesehatan

Permasalahan pada urusan kesehatan meliputi: angka kematian ibu dan bayi yang fluktuatif, pada tahun 2017 angka kematian bayi telah berhasil ditekan penurunannya dari tahun 2016 terjadi 4 kasus, pada tahun 2017 turun menjadi 1 kasus, sedangkan angka kematian ibu pada tahun 2017 terdapat 3 kasus. Sementara itu dari sisi sarana prasarana kesehatan belum semua Puskesmas terakreditasi; keterbatasan sarana, prasarana dan sumber daya manusia di RSUD mengakibatkan pelayanan kesehatan belum optimal, hal ini disebabkan belum optimalnya kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas, kuantitas dan penyebaran sumber daya kesehatan belum optimal.

Tabel 2.10

Indikator Kesehatan Tahun 2013-2017

Uraian Sat. Capaian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Angka Kematian Bayi AKB) per 1000 kelahiran hidup

/1.000

kh - 6,60 - 3,43 0,69

Kasus - 8 - 4 1

/1.000

kh 0,8

5 1,66 2,21 - 2,06

37 | II

Uraian Sat. Capaian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

akibat malaria /1.000 resiko pdk

yang di tangani Persen 100,

00 100,00 100,0

satuan penduduk /1.000

pdk 1 1 1 1 1

38 | II

Uraian Sat. Capaian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Cakupan desa/kel mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Persen 100,

00 100,00 100,0

0 100,00 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Angka kematian bayi sebesar 0,69 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 atau 1 kasus secara absolute, mengalami penurunan dari jumlah kematian bayi tahun 2016 yang berjumlah 4 kasus. Penyebab kematian bayi ini antara lain disebabkan kelainan bawaan, berat badan bayi lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram. Prosedur penanganan persalinan telah dilaksanakan sesuai dengan manual rujukan, karena tidak ada kejadian kematian bayi di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kewenangan penyelenggaraan jalan oleh pemerintah diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Kewenangan pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan berdasarkan Undang-Undang tersebut yaitu penyelenggaraan jalan kabupaten. Dalam rangka menindaklanjuti kewenangan tersebut, pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Nomor 75 Tahun 2015 tentang Ruas Jalan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten. Ruas jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten adalah ruas jalan yang berfungsi sebagai Jalan Lokal Primer, dimana Jalan Lokal Primer tersebut terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu Jalan Lokal Primer Idan Jalan Lokal Primer II. Jalan Lokal Primer I merupakan jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan dan ibukota kecamatan dengan desa, sedangkan Jalan Lokal Primer II merupakan jalan yang menghubungkan antar desa.

39 | II Tabel 2.11

Kondisi Jalan dan Jembatan Tahun 2017 Status Jalan dan Sumber: Dinas PU Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD dan RKPD, maka ditetapkanlah indikator PUPR Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebagai berikut :

Tabel 2.12

Indikator Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tahun 2013-2017

Uraian Sat. Capaian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

40 | II

Sumber: Dinas PU Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Kecilnya peningkatan kualitas jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara disebabkan beberapa faktor, antara lain :

1. Kondisi geografis wilayah Bolaang Mongondow Utara yang cenderung mengakibatkan kondisi tanah tidak terlalu stabil sehingga mempengaruhi kondisi kualitas jalan yang ada.

2. Banyaknya kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut yang melebihi kapasitas yang dibolehkan (overload), khususnya kendaraan pengangkut material. Kegiatan mobilisasi ini akan lebih mempercepat penurunan kualitas jalan.

3. Kecilnya anggaran untuk kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan baik untuk jalan lokal primer I maupun jalan lokal primer II.

Melihat faktor-faktor tersebut di atas maka alokasi anggaran untuk kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan baik untuk jalan lokal primer I maupun jalan lokal primer II tidak sebanding dengan penurunan kualitas jalan akibat faktor geografis dan adanya mobilisasi kendaraan pengangkut material, sehingga kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan tidak terlalu signifikan meningkatkan prosentase kondisi jalan dalam keadaan baik. Melihat kondisi tersebut diatas, maka diperlukan strategi yang jitu untuk dapat meningkatkan kualitas jalan dan meminimalkan penyusutan kualitas jalan. Beberapa strategi yang dapat ditempuh antara lain adalah ;

1. Mencari alternatif pembiayaan diluar APBD yang dapat dipergunakan untuk kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan.

2. Membatasi tonase pengangkutan material disesuaikan dengan kondisi kelas jalan yang ada.

3. Membangun atau meningkatkan kualitas jalan sehingga sesuai dengan kelas jalan untuk angkutan material, baik dengan anggaran APBD maupun melalui mekanisme jaminan perbaikan jalan untuk kegiatan tambang.

41 | II 4. Mengintensifkan kegiatan pengawasan angkutan khususnya angkutan tambang dan kayu untuk meminimalkan kerusakan jalan.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih dalam rumah tangga,masyarakat mengunakan berbagai sumber air. Sumber air baku tersebut antara lain bersumber dari sumur gali, mata air, waduk dan sungai.

Perhitungan jumlah kebutuhan air baku (standar kebutuhan air baku adalah 60lt/hari/orang) yang digunakan dari sumber-sumber air tersebut. Berdasarkan data bahwa pada tahun 2018 sudah ada 60,46 persen penduduk memiliki

Perhitungan jumlah kebutuhan air baku (standar kebutuhan air baku adalah 60lt/hari/orang) yang digunakan dari sumber-sumber air tersebut. Berdasarkan data bahwa pada tahun 2018 sudah ada 60,46 persen penduduk memiliki