• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Keuangan Masa Lalu 1. Kinerja Pelaksanaan APBD

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Secara umum, rata-rata pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2013-2018 digambarkan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.1

Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2013-2018

3 | III

Sumber: BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Secara rinci, perkembangan proporsi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, diuraikan sebagai berikut :

a. Pendapatan Daerah

Sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Target pendapatan daerah merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan realisasi merupakan capaian pada akhir tahun anggaran.

Berdasarkan data dari BPKD, secara umum pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara cenderung mengalami peningkatan. Hal ini didukung oleh kecenderungan meningkatnya Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Untuk pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2013-2018 rata-rata sebesar 14,47 persen, yang didukung dengan rata-rata pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah sebesar 11,80 persen, Dana Perimbangan sebesar 11,04 persen dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 45,26 persen.

Tabel 3.2

Target Pendapatan Daerah Tahun 2013-2018

4 | III

Sumber: BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018 Tabel 3.3

Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2013-2018

Sumber: BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Hal ini disebabkan kemandirian dalam APBD sangat terkait dengan pendapatan asli daerah.

Semakin besar sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah, bukan sumber pendapatan dari bantuan, maka daerah semakin leluasa mengakomodasikan kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.

Pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada Tahun 2013-2018 didominasi Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat. Kontribusi Dana Perimbangan mengalami penurunan dari sebesar 91,49 persen pada tahun 2013

5 | III menjadi 89,00 persen pada tahun 2017 dan kembali turun menjadi 78,72 persen pada tahun 2018.

Gambar 3.1

Kontribusi Pendapatan Daerah Tahun 2013-2018

Sumber : BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Dengan melihat ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tingkat kemandiriannya masih rendah atau tingkat ketergantungan terhadap pihak luar/sumber dana eksternal masih sangat besar. Kondisi tersebut disebabkan adanya :

1. Kebijakan pemerintah pusat yang mana kebijakan tersebut akan berpengaruh pada penerimaan pendapatan, baik itu dana perimbangan, PAD maupun Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Adapun kebijakan- kebijakannya meliputi :

a. Kebijakan self-blocking yang kerap dilakukan pemerintah pusat;

b. Alokasi dana desa yang yang disalurkan lewat APBD Kabupaten;

c. Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 45/PUU-XII/2014 yang mengabulkan permohonan uji materi atas penjelasan pasal 124 undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) sebagai dasar penetapan tarif

91.49 90.25

85.55 84.28 89.00

78.72

6.02 7.29 11.84 12.94

8.24

19.47

2.49 2.46 2.62 2.78 2.76 1.81

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Asli Daerah

6 | III

Retribusi Pengendalian Menara, sehingga sejak saat itu para pengusaha tidak mau membayar Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang sudah diterbitkan.

d. Belum adanya PDAM yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pendapatan daerah.

2. Kebijakan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah. Intensifikasi dilakukan dengan menyempurnakan dan mengoptimalkan penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah (intensifikasi) yang telah ada serta menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menyempurnakan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada, serta membuat peraturan daerah baru untuk menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru pula.

Penyempurnaan administrasi pendapatan daerah menyangkut melakukan reformasi pengaturan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Hal ini ditujukan agar para wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah dapat secara optimal memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana mestinya. Serangkaian cara dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini, seperti:

melakukan perbaikan metode identifikasi, mekanisme registrasi, dan pemungutan; mengembangkan sistem evaluasi; merencanakan dengan lebih baik sistem pengawasan, pemungutan, dan pelaporan keuangannya.

3. Keterkaitan Antara Kinerja Keuangan Dengan Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan.

Kemandirian dan pengelolaan secara ekonomis, efektif, dan efisiensi suatu daerah atau wilayah akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, karena pemerintah daerah akan lebih leluasa menerapkan kebijakan-kebijakan dalam hal percepatan pembangunan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dan aparatur daerah dapat secara inisiatif dan kreatif mengelola daerah untuk mendorong pertumbuhan daerah.

7 | III b. Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dari tahun 2013-2018 mengalami peningkatan. Untuk belanja tidak langsung rata-rata peningkatannya sebesar 16,75 persen dan untuk kelompok ini peningkatan terbesar pada belanja hibah yang dikarenakan adanya even-even besar yang harus dibiayai pada kelompok ini meliputi KONI dan pelaksanaan Pilkada serentak. Untuk belanja pegawai selalu mengalami peningkatan walaupun tiap tahunnya ada pengurangan pegawai dikarenakan pensiun. Kenaikan belanja pegawai tersebut diakibatkan adanya kenaikan gaji aparatur tiap tahunnya sampai dengan tahun 2015 dan untuk tahun 2016-2018 walaupun tidak ada kenaikan gaji tetapi ada gaji ke empat belas dan tambahan pendapatan guru yang tersertifikasi sehingga ini akan berpengaruh pada kenaikan besaran belanja pegawai.

Belanja bantuan keuangan selalu meningkat dan peningkatan tajam terjadi pada tahun 2016 dan tahun 2017, dikarenakan adanya kebijakan dari Pemerintah Pusat untuk adanya alokasi dana desa yang dananya ditransfer melalui rekening daerah yang kemudian disalurkan ke pemerintah desa dan dana desa tersebut selalu mengalami kenaikan.

Belanja langsung mengalami kenaikan dengan rata rata 9,67 persen. Namun demikian, tidak semua kelompok belanja ini mengalami kenaikan. Ada yang mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 17,64 persen yakni belanja pegawai dimana ini disebabkan karena adanya perubahan kebijakan keuangan daerah dimana honorarium Tenaga Harian Lepas (THL) yang sebelumnya dianggarkan pada belanja pegawai telah dipindahkan ke belanja barang/jasa sesuai dengan aturan yang berlaku.

8 | III

Tabel 3.4

Target Belanja Daerah Tahun 2013-2018

Sumber: BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Tabel 3.5

Realisasi Belanja Daerah Tahun 2013-2018

Sumber: BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Struktur belanja daerah pada Tahun 2013-2018 kondisinya sangat fluktuatif dan masih didominasi oleh belanja langsung, dimana kontribusi belanja langsung masih di atas 50,00 persen.

Belanja Langsung mulai tahun 2013 kontribusinya menurun dan sebaliknya Belanja Tidak Langsung kontribusinya mulai naik.

Belanja Langsung digunakan untuk belanja pegawai, barang/jasa dan belanja modal dimana dari tahun 2013 -2018 belanja modal rata-rata berkontribusi 28,19 persen dari total belanja daerah, sedangkan belanja tidak langsung digunakan untuk belanja pegawai rata-rata sebesar 33,80 persen serta belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota,

9 | III pemerintah desa dan partai politik dengan rata-rata 9,04 persen per tahun.

Gambar 3.2

Struktur Belanja Daerah Tahun 2013-2018

Sumber : BPKD Kab. Bolaang Mongondow Utara, 2018

Potensi dan tantangan perkembangan ke depan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ditinjau dari perspektif nasional, sebagai berikut :

1. Pertumbuhan global meningkat dengan kenaikan harga komoditas dan pemulihan ekonomi regional serta meningkatnya perekonomian nasional. Dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus maka akan berpengaruh pada penerimaan Negara dan daya beli masyarakat dan ini akan berpengaruh juga pada pendapatan daerah.

2. Proyek infrastruktur, dengan paket kebijakan pembangunan infrastruktur maka ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah maupun pertumbuhan ekonomi nasional. Penyediaan infrastruktur di sebuah kawasan tentunya dapat menarik orang untuk berpindah ke kawasan tersebut dan perpindahan manusia dengan berbagai keterampilan yang dimiliki dari setiap orang tersebut akan menimbulkan aktivitas perekonomian.

3. MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia: Pada satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi bumerang

50.23 55.10 56.13 53.15 51.54 50.16

49.77 44.90 43.87 46.85 48.46 49.84

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung

10 | III

apabila tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dengan adanya perdagangan bebas, kita harus mampu meningkatkan ekspor, namun kita juga harus waspada terhadap resiko kompetisi (competition risk) yang muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam.

Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. Permasalahan yang ada sampai saat ini dari sisi tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, Pemerintah harus mampu mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena mayoritas tenaga kerja kurang dalam kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer.

Potensi dan tantangan perkembangan ke depan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ditinjau dari perspektif Regional, sebagai berikut :

1. Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu pintu gerbang Sulawesi Utara yang memegang peranan dalam distribusi barang dan jasa, sehingga diharapkan berkembang jauh lebih pesat dibandingkan wilayah tetangganya.

2. Prosentase penduduk miskin yang cukup tinggi menunjukkan bahwa letak yang cukup strategis dari Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, belum mampu mendorong perkembangan kesejahteraan masyarakat.

3. Mulai optimalnya pasar induk dan terminal yang diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar pada pembangunan daerah dan pembangunan masyarakat.

11 | III 3.1.2. Neraca Daerah

Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban, dan ekuitas yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Neraca Daerah digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif.

a. Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Nilai aset Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2013-2018 sangat fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya sebesar 5,88 persen, dimana rata-rata pertumbuhan terbesar ada pada komponen investasi jangka panjang yaitu sebesar 166.666,67 persen dalam 3 (tiga) tahun terakhir, pada aset lainnya sebesar 25,33 persen, pada asset tetap sebesar 6,53 persen dan yang paling kecil adalah rata-rata pertumbuhan pada aset lancer yang berada pada angka -5,29 persen. Adapun nilai aset daerah per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp.791,424,673,981.38 dan per 31 Desember tahun 2017 naik menjadi Rp.1,032,617,565,662.82.

b. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan

12 | III

sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Jumlah kewajiban yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara rata-rata kenaikannya sebesar 203,92 persen per tahun.

c. Ekuitas

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Sebelum tahun 2015, ketika basis akrual belum diterapkan, ekuitas disebut dengan Ekuitas Dana yang meliputi Ekuitas Dana Lancar (EDL), Ekuitas Dana Investasi (EDI) dan Ekuitas Dana Cadangan (EDC).

Sejak tahun 2015, dengan diterapkannya basis akrual, ekuitas tidak disajikan seperti itu lagi. Nilai ekuitas Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dari tahun 2013–2018 rata rata pertumbuhannya adalah sebesar 175,66 persen dengan saldo pada tahun 2013 sebesar Rp.791,424,918,011.38 dan pada tahun 2017 menjadi Rp.1,715,458,723.77. Saldo akun dalam neraca tersaji dalam tabel berikut :

13 | III

14 | III