• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Ketenagakerjaan (Sumber Daya Manusia)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.7 Aspek Ketenagakerjaan (Sumber Daya Manusia)

BPMKB Kota Bogor memiliki 124 orang pegawai, yang terdiri dari 112 pegawai tetap dan 12 orang TKK (Tenaga Kerja Kontrak). Berdasarkan jenis kelamin, pegawai BPMKB terdiri dari 70 orang pria dan 54 orang wanita. Pegawai BPMKB jika dibedakan menurut tugas kerja, terdiri dari 56 orang yang bekerja di balai (kantor) dan 68 orang yang bekerja di lapangan. Ini berarti jumlah pegawai yang bekerja di lapangan lebih banyak daripada yang bekerja di balai (kantor).

Penelitian ini hanya melibatkan pegawai tetap, karena TKK berada di bawah tanggung jawab langsung Pemerintah Kota Bogor (terutama dalam hal penggajian), dan TKK tidak memiliki sistem pangkat yang dinamakan golongan. Oleh karena itu, standar gaji yang diterapkan pada mereka pun berbeda, tidak didasarkan pada golongan seperti pada pegawai tetap. Dari jumlah pegawai tetap, diketahui bahwa pegawai pria berjumlah 60 orang dan pegawai wanita berjumlah 52 orang. Tetapi dari 52 orang pegawai tetap wanita yang terdapat di instansi, sebanyak 50 orang yang resmi menjadi responden penelitian. Hal ini disebabkan seorang pegawai sedang cuti bersalin dan seorang pegawai lainnya sedang dibebastugaskan untuk sementara.

Tabel 2 memperlihatkan komposisi pegawai tetap wanita berdasarkan kategori jabatan, pangkat (golongan ruang), dan besar gaji pokok yang menjadi dasar pengkategorian karier.

Tabel 2. Komposisi pegawai tetap wanita berdasarkan kategori jabatan, pangkat (golongan ruang), dan besar gaji pokok

No. Dasar Pengkategorian Karier Kategori Jumlah

(orang) Tinggi Rendah

1. Jabatan 19 31 50

2. Pangkat (golongan ruang) 29 21 50

2. Jam Kerja

Pegawai BPMKB Kota Bogor bekerja selama lima hari dalam seminggu, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat. Jam kerja dimulai pukul 07.30 WIB dan berakhir pukul 15.30 WIB (untuk hari Senin sanpai dengan Kamis) atau pukul 16.00 WIB (khusus untuk hari Jumat). Pada hari kerja, lembur hanya diperbolehkan maksimal selama 3 jam setelah jam kerja berakhir. Tetapi pada hari libur, lembur maksimal selama 8 jam dan pegawai berhak memperoleh upah atas lembur yang dilakukan. Biasanya, lembur pada hari libur ini dilakukan karena adanya suatu kegiatan yang penting.

3. Pakaian Dinas

Para pegawai di BPMKB mengenakan pakaian dinas berwarna hijau sesuai dengan peraturan yang terdapat pada Himpunan Peraturan Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Tahun 1997. Pakaian dinas ini dikenakan setiap hari Senin sampai dengan hari Kamis. Pada hari Jumat, pegawai diberi kebebasan untuk mengenakan pakaian selain pakaian dinas, yang penting rapi dan sopan.

4. Hak-Hak Pegawai

Sebagai Pegawai Negeri Sipil, para pegawai yang bekerja di BPMKB memperoleh hak-hak yang sama dengan para pegawai lainnya yang bekerja di bawah Pemerintah Kota Bogor, seperti hak cuti. Hak cuti terdiri dari cuti tahunan, cuti sakit, cuti bersalin, cuti alasan penting, cuti di luar tanggungan negara, dan cuti besar. Persyaratan dan ketentuan untuk masing-masing cuti diatur dalam Himpunan Peraturan Kepegawaian Jilid I Badan Kepegawaian Negara Tahun 1977.

Cuti tahunan ditetapkan maksimal 12 hari dalam setahun dan jumlah tersebut belum dikurangi dengan cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Misalnya dalam setahun pemerintah pusat menetapkan 4 hari sebagai cuti bersama, maka pegawai hanya berhak mengajukan cuti maksimal selama 8 hari. Cuti sakit diajukan jika pegawai mengalami sakit dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk penyembuhan/pengobatan.

Cuti yang erat kaitannya dengan kehidupan pegawai wanita antara lain cuti bersalin. Cuti bersalin ini dibatasi hanya sampai anak ke tiga dan ditetapkan selama 3 bulan, yakni 1 bulan sebelum melahirkan dan 2 bulan setelah melahirkan. Bila ternyata pegawai melahirkan lebih lambat dari waktu yang semula telah diajukan, maka pegawai tidak bisa menambah masa cuti setelah melahirkan dan harus tetap masuk kerja sesuai waktu yang telah diajukan semula.

Di lingkungan PNS, tidak diberlakukan cuti haid. Lagipula dalam UU No. 13 Tahun 2003, dijelaskan bahwa sekarang ini cuti haid tidak lagi menjadi hak mutlak bagi pekerja perempuan, melainkan suatu izin boleh tidak masuk kerja. Jadi bila ada pegawai wanita yang mengalami gangguan atau merasakan sakit selama masa haid, maka pegawai diperbolehkan mengajukan izin sakit kepada instansi. Izin sakit karena haid ini biasanya hanya selama 2 hari. Cuti alasan penting dapat diajukan bila ada keperluan yang sangat penting, seperti ada anggota keluarga yang meninggal.

Cuti di luar tanggungan negara dapat diajukan jika hak cuti pegawai telah habis. Jadi, selama masa cuti ini pegawai tidak berhak menerima upah dari negara. Cuti besar dapat diajukan oleh pegawai yang hendak cuti dalam waktu yang relatif lama, seperti pergi haji, dengan syarat pegawai tersebut harus berstatus aktif sebagai pegawai dan kerja ekstra selama 6 tahun.

Pegawai juga berhak memperoleh gaji setiap bulan sebagai bayaran atas pekerjaan mereka. Besar upah/gaji pokok yang mereka dapatkan sesuai dengan pangkat/golongan ruang yang mereka miliki dan juga berdasarkan pertimbangan lama masa kerja mereka. Sebagaimana yang dirasakan oleh sebagian besar pegawai wanita, mereka merasa tidak dibeda-bedakan dalam hal pemberian upah. Pegawai wanita memperoleh upah yang sama dengan pegawai pria, karena pria dan wanita dipandang setara di instansi tempat mereka bekerja. Misalnya, pegawai pria dan pegawai wanita dengan golongan dan masa kerja yang sama, pasti akan memperoleh upah yang sama besar.

Selain hak-hak tersebut, para petugas lapang di BPMKB juga mendapatkan fasilitas khusus berupa sepeda motor untuk alat transportasi

mereka sehari-hari. Hal ini untuk memudahkan kinerja mereka yang hampir setiap hari harus berkeliling mendatangi sejumlah Posyandu di kelurahan yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. BPMKB juga berencana memberikan laptop untuk setiap petugas lapang, agar laporan hasil kerja mereka setiap bulan bisa dikirim ke kantor secara online, sehingga penyusunan laporan secara keseluruhan tidak lagi terhambat karena keterlambatan pengumpulan laporan dari petugas lapang.

Para pegawai juga berhak untuk mengajukan kenaikan pangkat atau golongan setiap 4 tahun sekali untuk pelaksana, dan setiap 2 tahun sekali untuk pejabat fungsional. Naik atau tidaknya pangkat mereka ditentukan oleh tingkat kelulusan dari hasil ujian yang mereka peroleh. Pejabat fungsional bisa mengajukan kenaikan pangkat jika telah memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan. Pada kenyataannya, jarang sekali pejabat fungsional yang bisa naik pangkat dalam jangka waktu 2 tahun. Mereka umumnya naik pangkat setiap 4 tahun, sama seperti pelaksana, karena mereka tidak bisa memperoleh kredit yang telah ditetapkan dalam jangka waktu 2 tahun. Oleh karena itu, BPMKB merencanakan waktu kenaikan pangkat untuk pelaksana dan pejabat fungsional akan disamakan, yaitu setiap 4 tahun sekali.

Pegawai berhak pensiun dan mendapatkan tunjangan hari tua setelah mencapai umur 55 tahun. Penentuan umur pensiun ini sama antara pegawai pria dan wanita. Selain itu, pegawai juga mendapatkan tunjangan-tunjangan lainnya, seperti tunjangan jabatan dan tunjangan kesehatan.

5. Kegiatan Rutin

Apel pagi selalu dilaksanakan setiap hari, yaitu setiap pukul 07.30 WIB sebelum para pegawai mulai bekerja. BPMKB juga memiliki kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggu, yaitu pertemuan (rapat) rutin, senam pagi, dan kerja bakti. Rapat rutin dilaksanakan setiap hari Selasa selama sekitar satu jam setelah apel pagi dilaksanakan, sedangkan senam pagi dan kerja bakti dilaksanakan setiap hari Jumat sebelum para pegawai mulai bekerja.

6. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan secara keseluruhan diatur dan dirancang oleh Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Bogor, dengan melihat kebutuhan teknis masing-masing instansi. Contoh pelatihan yang ditujukan untuk BPMKB dan sudah rutin dilaksanakan adalah pelatihan untuk petugas Keluarga Berencana (KB). Sejauh ini belum ada jenis pelatihan lainnya yang bersifat lebih spesifik untuk kepentingan pegawai. Kalaupun ada, pelatihan tersebut masih sangat jarang dilakukan.

Pelatihan yang ada selama ini bersifat umum dan ditujukan untuk seluruh instansi, serta berkaitan dengan job description, seperti Diklat Khusus Pengadaan Barang dan Jasa atau Diklat Pemantapan Kapasitas Penyidik Pembantu PNS. Diklat seperti ini juga biasanya hanya melibatkan beberapa orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing instansi. Tidak semua pegawai bisa mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh BKPP.