• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Umum Tentang Penanaman Modal Asing

2. Aspek Perizinan Penanaman Modal Asing

Dalam melakukan kegiatan usaha, perusahaan penanaman modal wajib memperoleh izin terlebih dahulu sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari instansi pemerintah yang berwenang.

Penyelenggaraan perizinan penanaman modal dilakukan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam rangka menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal77

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tepatnya pada pasal 25 ayat 4 mewajibkan perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh izin terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.78

Adapun jenis-jenis perizinan dalam penanaman modal menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Perka BKPM) Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal adalah 79

1. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;

2. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;

3. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai sektor usaha;

4. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;

5. Izin Kantor Perwakilan; dan

77 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 30 ayat 1

78 Republik Indonesia, UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 25 ayat 4

79 Perka BKPM No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal Pasal 11 ayat 1

6. Izin operasional berbagai sektor usaha.

Sebelum mengantongi izin-izin diatas tersebut, penanam modal harus terlebih dahulu memperoleh izin prinsip yang pada dasarnya merupakan izin untuk memulai usaha.

Kewenangan Mengeluarkan Izin Penanaman Modal Seperti yang diketahui bahwa yang berwenang dalam perizinan dalam penanaman modal diatur lebih khusus dalam Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal, yaitu:80

a. Pemerintah Pusat dilakukan oleh PTSP Pusat di BKPM;

b. Pemerintah Provinsi dilakukan oleh BPMPTSP Provinsi;

c. Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota;

d. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh PTSP KPBPB; dan

e. Administrator Kawasan Ekonomi Khusus oleh PTSP KEK Pelayanan Non- Perizinan di Bidang Penanaman Modal

a. Jenis-Jenis Layanan Non-Perizinan

Adapun jenis-jenis layanan non-perizinan menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal : a. Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

b. Angka Pengenal Importir;

c. Rekomendasi teknis berbagai sektor usaha.

80 Perka BPKM No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal Pasal 4 ayat 2

Sebelum mengantongi izin-izin diatas tersebut, penanam modal harus terlebih dahulu memperoleh izin prinsip yang pada dasarnya merupakan izin untuk memulai usaha.

Kewenangan Mengeluarkan non perizinan menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, adalah sebagai berikut :

a. Pemerintah Pusat dilakukan oleh PTSP Pusat di BKPM b. Pemerintah Provinsi dilakukan oleh BPMPTSP Provinsi;

c. Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota;

d. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh PTSP KPBPB; dan

e. Administrator Kawasan Ekonomi Khusus oleh PTSP KEK

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat81

Adapun tujuan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu yang dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adala memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat, memperpendek proses pelayanan, mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau dan

81 Republik Indonesia, UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 10

mewujudkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat dan wewenang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.82

Dalam pelanyanan terpadu satu pintu, penyelenggaraannya didukung oleh Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

SPIPISE adalah sistem pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dengan kementerian/LPND yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, PDPPM dan PDKPM. SPIPISE yang dibangun dan dikelola oleh BKPM terdiri atas :83

a. Sistem otomasi elektronik penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal; dan Sistem ini mencakup aplikasi otomatis proses kerja (business process) pelayanan perizinan dan nonperizinan.

b. Informasi Penanaman Modal, informasi penanaman modal yang dimaksud adalah: Informasi publik, meliputi informasi Penanaman Modal yang dapat diperoleh publik tanpa dibatasi dengan hak akses sekurang-kurangnya mengenai :

a) Potensi dan peluang penanaman modal;

b) Daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

c) Jenis, persyaratan teknis, mekanisme penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya, dan waktu pelayanan

d) Tata cara layanan pengaduan Penanaman Modal; dan

82 Perpres No. 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 2

83 Irwin Djono,2019, Tinjauan Yuridis Terhadap pelayanan izin Penanaman Modal Secara Online Single Submision Berdasarkan PP NO. 24 Tahun2018, Jurnal Fakultas Hukum Usu.

e) Peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keterbukaan informasi public, Informasi mengenai Penanam Modal, meliputi informasi atas semua dokumen elektronik, jejak, dan status kegiatan Penanam Modal berdasar batasan hak akses yang hanya dapat diakses oleh : Pejabat yang berwenang di instansi penyelenggara PTSP; Pejabat yang berwenang di instansi penyelenggara PTSP yang dimaksud adalah Kementerian/LPND, PDPPM, dan PDKPM.57, Penanam modal atau kuasanya; dan Calon penanam modal atau kuasanya.

Lahirnya Online Single Submission (OSS) atau pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik dapat terlihat dalam bagian penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektornik adalah sebagai berikut84

Dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal dan berusaha, Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha dan/atau kegiatan, perlu ditata kembali agar menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan perkembangan usaha dan/atau kegiatan. Penataan kembali dilakukan pada sistem pelayanan, dan regulasi sesuai dengan tuntutan dunia usaha, perkembangan teknologi, dan persaingan global.

Penataan kembali sistem pelayanan dilakukan terutama pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Hal ini mengingat berdasarkan Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib

84 Ibid Hal 22

memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undangundang.

Selanjutnya pada ayat (5) diatur bahwa pelayanan terhadap izin untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan tersebut dilakukan melalui PTSP

Sebelum mendapatkan izin, penanam modal harus mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB) terlebih dahulu. NIB adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran NIB ini berbentuk 13 (tiga belas) digit angka acak yang diberi pengaman dan disertai tanda tangan elektronik.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, terdapat 2 (dua) jenis perizinan, yaitu:85

a. Izin Usaha

Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.

b. Izin Komersial atau Operasional

Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan

85Ibid Hal 24

dan/atau Komitmen.64 Bentuk izin komersial atau operasional ini antara lain berupa standar, sertifikat izin ekspor/impor, persetujuan ekspor/impor, lisensi dan/atau pendaftaran barang/jasa (izin/non-izin).

c. Komitemen Perizinan

Komitmen dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional dalam rangka memenuhi komitmennya berdasarkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional, terdapat beberapa perizinan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha, yaitu: Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan, Izin Lingkungan, dan/atau Izin Mendirikan Bangunan (IMB) , Sistem Online Single Submission (OSS)