• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa :

―Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.‖24

Yang dimaksud dengan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing menyatakan bahwa :

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.25

M. Sornarajah memberikan defenisi tentang penanaman modal asing adalah Tranfer of tangible assets from one country to another for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or partial control of

23 R.A.dyna Rahmadani, Op.Cit. Hal. 35

24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 2

25 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 3

owner of the assets‖. Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal baik secara total atau sebagian.26

Adapun Bentuk-bentuk penanaman modal asing diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas.

Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal ―penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.27

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT), didasarkan pada hukum Indonesia.dan berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No.

1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.28 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam

26 Hs Salim Dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2008), Hal. 149

27 Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, Hal 174.

28 Suny Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal 108.

satu badan hukum Indonesia dan dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hukum (nasional) Indonesia yang lain.

(a) Join venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.29

Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing directornya selalu ada ditangan pihak asing.30

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:31

a) Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional

29 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hal 61

30 Sunaryati Hartono , Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), Hal 14-15.

31 Aminuddin Ilmar ,Op. Cit., Hal 61-62

sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b) Anchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc‘

Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

c) Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International Hotel, dan sebagainya.

d) Build, Operation, and Transfer (B.O.T): suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun,

dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.

(b) Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.32

(c) Kontrak karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.33

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit buntuk proyek (barang modal).34

32 Ibid., Hal. 62-63.

33 Ibid., Hal. 63-64.

34 Sunaryati Hartono, Op. Cit., Hal. 14-15.

Adapun perbedaan antara penanaman modal melalui direct investment dan indirect investment adalah jenis investasi. Pertama ialah Investasi Langsung (Direct Investment) dimana investor dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan.

Investasi ini merupakan aset-aset riil (real assets) yang melibatkan aset berwujud, misalkan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian. 35

Kedua ialah Investasi Tidak Langsung (Portfolio Investment) dimana investor dapat melakukan investasi namun tidak terlibat secara langsung dan cukup dengan memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi. Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Investasi ini disebut sebagai investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat, tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portfolio

35Resume Hukum, Direct investment dan Indirect Investment, (http://resumehukum.blogspot.com/2014/03/direct-investment-indirect-investment_25.html, diakses pada tanggal 27-04-2020, Jam 17.39 WIB)

investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, yang mengatakan: ―yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.‖36

Tabel 1 Perbedaan antara Direct Investment dan Portfolio Investment Direct Invesment Portofolio Invesment

- Tujuannya untuk memperoleh

keuntungan maksimal dalam waktu singkat

Investor memiliki kontrol terhadap kegiatan perusahaan sehari-hari

Investor tidak memiliki kontrol terhadap perusahaan sehari-hari

- Investor menanggung resiko

sendiri dan tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan kegiatannya

Mendirikan perusahaan Tidak mendirikan perusahaan

- Kerugian pada Portfolio

Investment tidak dilindungi oleh Hukum Kebiasaan Internasional tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Landasan hukumnya UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

36 Ibid

Pengelolanya BKPM Pengelolanya Bapepam dan LK

Sumber : (Direct Invesment dan Indirect investment)

http://resumehukum.blogspot.com/2014/03/direct-investment-indirect-investment_25.html

Peranan penanaman modal asing dalam pengembangan ekonomi Indonesia juga terefleksi dalam yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. undang-undang penanaman modal antara lain :37

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja.

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan penanaman modal asing di Indonesia tidak datang dengan sendirinya. Hal itu memerlukan kerja keras untuk dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu issu klasik yang sangat signifikan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di Indonesia adalah masalah penegakan hukum (law enforcement). Di samping masalah-masalah lainnya,

37 Ibid

seperti keterbatasan infrastruktur, keamanan stabilitas sosial politik. Dalam penelitian (law enforcement) Terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan yang harus berjalan secara harmonis.38 Apabila penegakan hukum hanya memerhatikan kepastian hukum semata, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan keadilan serta kemanfaatanya di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.39

Biasanya patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dituangkan dalam bentuk kontrak Joint venture. Dalam Pasal 3 sampai Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing telah diatur tentang berbagai hal yang berkaitan dengan patungan antara modal asing dengan modal yang dimilik oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. 40

3. Perjanjian nominee share agreement

Penjelasan mengenai nominee di atas, secara harfiah, mempunyai dua arti yang berbeda. Pertama, nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon untuk menduduki suatu jabatan tertentu, untuk memperoleh suatu penghargaan tertentu, atau untuk jenis-jenis pencalonan lainnya. Kedua, nominee memberikan pengertian sebagai seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Pengertian yang kedua ini membedakan seorang nominee dari seorang pemberi kuasa, dalam keadaan di mana nominee menjadi pemilik dari

38 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet .5, (Yogyakarta : Liberty, 2005), Hal. 160-162

39 Kairupan, Op.Cit, Hal. 4

40 Ibid, Hal. 164

suatu benda, termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari suatu perikatan, yang berada dalam pengurusannya, sedangkan pemberi kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari benda, termasuk kepentingan, yang diurus oleh nominee ini.41

Konsep nominee melahirkan dua jenis kepemilikan, yaitu pihak nominee yang tercatat dan diakui secara hukum (legal owner/juridische eigendom) dan pihak investor asing sebagai pemilik yang sebenarnya, yang menikmati keuntungan berikut kerugian yang timbul dari benda yang dimiliki oleh nominee (economische eigendom). Nominee secara de jure adalah pemegang hak yang sah atas benda tersebut, yang tentunya memiliki hak untuk mengalihkan, menjual, membebani, menjaminkan serta melakukan tindakan apapun atas benda yang bersangkutan, sedangkan pihak investor asing secara de facto tidak diakui sebagai pemilik atas benda secara hukum. Pembentukan suatu nominee dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:42

1. Nominee Langsung (Direct Nominee) Pembentukan nominee secara langsung dibentuk dengan cara membuat dan menandatangani nominee agreement antara investor asing dan nominee dalam satu perjanjian.

Perjanjian tersebut mengatur secara tegas dan jelas mengenai pemberian kepercayaan dan kewenangan dari investor asing kepada nominee untuk melakukan kegiatan atau bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan investor asing. Kepemilikan saham yang menggunakan konsep nominee, pada umumnya, hanya mencatat nama dan identitas diri dari pihak

41 Gunawan Widjaja, 2008, Nominee Shareholders Dalam Perspektif UU Perseroan Terbatas Baru dan UU Penanaman Modal Baru Serta Permasalahannya Dalam Praktik dalam Jurnal Hukum dan Pasar Modal, Volume III Edisi 4, hlm. 43

42 (http://e-journal.uajy.ac.id/18182/3/HK121502.pdf diakses pada tanggal 16 September 2019, Jam 14.15 WIB )

nominee sebagai pemilik sah dalam daftar pemegang saham perusahaan.

Nama dan identitas diri dari pihak investor asing tidak muncul dalam bentuk apapun juga dalam daftar pemegang saham perusahaan. Akibat digunakannya nama serta identitas dari nominee sebagai pihak yang tercatat secara hukum menyebabkan pihak investor asing memberikan kompensasi dalam bentuk nominee fee. Jumlah dari nominee fee tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara nominee dan investor asing, yang kemudian dituangkan dalam bentuk suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh nominee dan investor asing sebagai suatu bentuk persetujuan. Nominee agreement juga mengatur mengenai ketentuan-ketentuan yang mewajibkan dan/atau melarang nominee untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan penggunaan konsep nominee.

2. Nominee Tidak Langsung (Indirect Nominee) Nominee ini tidak dibentuk dari nominee agreement yang secara tegas dan jelas memberikan kepercayaan dan kewenangan dari investor asing kepada nominee.

Terdapat beberapa perjanjian dan kuasa, selain nominee agreement, yang biasanya ditandangani oleh pihak nominee dan pihak investor asing sebagai komponen pendukung. Perjanjian dan kuasa tersebut dibutuhkan untuk memberikan kepastian ataupun perlindungan kepada investor asing sebagai pemilik sebenarnya atas saham yang dimiliki oleh nominee secara hukum. Perjanjian-perjanjian inilah yang apabila dihubungkan satu sama lain akan menghasilkan nominee saham, yang kemudian disebut sebagai Nominee Share Arrangement. Investor asing dapat mengendalikan nominee untuk melakukan tindakan atau kegiatan bisnis tertentu atas

perintah dan kepentingan investor asing dengan menggunakan akta-akta yang dibuat baik secara notaril maupun di bawah tangan, antara lain seperti:43

(a) Akta Perjanjian Kredit (Loan Agreement) antara principal investor selaku kreditur dan nominee shareholder, di mana pinjaman tersebut akan digunakan oleh debitur untuk membayar setoran modal saham pada perusahaan yang dimaksud.

(b) Perjanjian Gadai Saham (Pledge of Share Agreement) antara principal investor selaku penerima gadai (pledgee) dan nominee shareholder (pledgor), di mana saham yang diterbitkan atas setoran yang dilakukan dengan menggunakan uang pinjaman tersebut digadaikan oleh nominee shareholder kepada principal investor.

(c) ) Perjanjian Cessi atas Dividen antara principal investor dan nominee shareholder, di mana hak atas dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada nominee shareholder selaku pemegang saham dialihkan kepada principal investor.

(d) Surat Kuasa Mutlak untuk RUPS, di mana nominee shareholder selaku pemegang saham pada perusahaan tersebut memberikan kuasa mutlak kepada principal investor untuk dapat meminta diadakannya RUPS, menghadiri, dan mengeluarkan suara (Power of Attorney to Vote) dalam RUPS perusahaan yang bersangkutan.

43 Kairupan David, Op.Cit Hal. 92

(e) Surat Kuasa Mutlak untuk Menjual Saham (Sale And Purchase of and Attorney to Sell Shares) yang diberikan oleh nominee shareholder kepada principal investor, di mana dalam hal terjadi kejadian tertentu principal investor dapat menjual saham-saham yang dimiliki oleh nominee shareholder.

Praktik pemilikan saham pinjam nama antara principal investor dan nominee shareholder di Indonesia biasanya tidak dilakukan dengan menandatangani nominee agreement atau nominee statement, tetapi dengan melakukan nominee arrangement. Nominee share arrangement dilakukan dengan menggunakan seperangkat dokumen dan perjanjian yang dikenal secara umum dalam pranata hukum Indonesia, sebagaimana diatur dalam BW. Nominee Share Arrangement lahir dari adanya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian, dan karenanya termasuk perjanjian yang tidak diatur di dalam undang-undang karena belum terdapat pengaturan secara khusus mengenai konsep nominee. Nominee share arrangement secara implisit memiliki unsur-unsur sebagai berikut:44

(a) Adanya perjanjian pemberian kuasa antara dua pihak, yaitu investor asing sebagai pemberi kuasa dan Nominee sebagai penerima kuasa yang didasarkan pada adanya kepercayaan dari investor asing kepada Nominee.

(b) Kuasa yang diberikan bersifat khusus dengan jenis tindakan hukum yang terbatas.

(c) Nominee bertindak seakan-akan (as if) sebagai perwakilan dari investor asing di depan hukum.

44 (http://e-journal.uajy.ac.id/18182/3/HK121502.pdf diakses pada tanggal 16 September 2019 )