• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERBUKAAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE SHARE AGREEMENT SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETERBUKAAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE SHARE AGREEMENT SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

KETERBUKAAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE SHARE AGREEMENT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

HAFIZH FAHRAN TAMBUNAN 160200010

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

PERJANJIAN NOMINEE SHARE AGREEMENT Hafizh Fahran Tambunan1*

Bismar Nasution**

Mahmul Siregar***

Nominee share agreement diatur Undang Undang 25 Tahun 2007 Tentang penanaman modal, tepatnya pada pasal 33. Ketentuan Pasal 33 tersebut mengisyaratkan lemahnya penerapan prinsip keterbukaan dalam penanaman modal khususnya keterbukaan terhadap praktik nominee share agreement.

Penelitian ini terutama ditujukan untuk melakukan kajian terhadap ketentuan keterbukaan praktik nominee share agreement dalam perundang-undangan tentang penanaman modal di Indonesia.

Sesuai dengan karakteristik permasalahannya, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normative dengan memanfaatkan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan tehnik penelusuran kepustakaan (library research). Data terkumpul dianalisis dengan metode analisis kualitatif.

Keterbukaan terhadap praktik nominee share agreement ditujukan untuk mendorong transparansi kegiatan penanaman modal di Indonesia dengan menetapkan kewajiban penanaman modal menerapan asas keterbukaan terhadap kegiatan penanaman modal yang dilakukannya di Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Keterbukaan juga diatur dalam Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Disamping kedua undang-undang tersebut, prinsip keterbukaan juga diderivasi lebih teknis dalam Perpres Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Terorisme. Lemahnya keterbukaan mengakibatkan lemahnya kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Indonesia, dengan Hadirnya ketiga peraturan tersebut menunjukkan pentingnya penerapan prinsip keterbukaan untuk menghindari praktik nominee share agreement namun dalam ketiga peraturan tersebut belum mengatur secara jelas maka perlu rangka mewujudkan kepastian hukum, sebaiknya pemerintahan Indonesia mengatur secara tegas mengenai keterbukaan nominee share agreement, dimana pemerintah perlu melakukan pengawasan serta mengkaji regulasi terkait keterbukaan penanaman modal asing.

Kata kunci : Nominee Share Agreement, Keterbukaan Penanaman Modal,

1* * Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II

(5)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ―Keterbukaan Penanman Modal Asing Terhadap Perjanjian Nominee Share Agreement‖. Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi tugas akhir dan bertujuan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan, motivasi, semangat, arahan, bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. O.K Saidin, S.H., M.Hum., Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Universitas Sumatera Utara Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(6)

Sumatera Utara; dan Dosen Pembimbing I yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini;

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini

9. M. Hadyan Yunhas Purba, S.H.M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Kedua orang tua penulis, ayahanda Husni Effendy Tambunan dan Masna sari pulungan, dan adik yaitu aiman rasyid, Yusuf Fadhil, Nurkhadijah Tambunan serta keluarga besar yang senantiasa memberi doa, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(7)

Lamgandamanalu, Dimpu Hamonangan, Kunjan Wiranto, Junaidi, Dina Mariaa, Wulandari, Yulia Indah, Dodi Naufal, Arfan Bimantoro, Muhammad Naufal.

13. Seluruh Mahasiswa/i stambuk 2016 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

14. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat digunakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang akan datang.

Medan, 2020 Penulis

Hafizh Fahran Tambunan

(8)

Hal

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

BAB I:PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 12

F. Metode Penelitian ... 27

G. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II : PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA ... A. Tinjauan Umum Tentang Penanaman Modal Asing ... 1 Latar Belakang Penanaman modal asing di Indonesia... 33

2 Manfaat Penanaman Modal Asing Bagi Indonesia ... 38

3 Bentuk Bentuk Penanaman Modal Asing ... 39

B. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 1 Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing ... 47

2 Aspek Perizinan Penanaman Modal Asing ... 62

3 Bidang Usaha Penanaman Modal Asing ... 68

4 Penggunaan Tenaga Kerja ... 70

5 Hak dan Kewajiban Penanaman Modal Asing ... 73

6 Fasilitas Fiskal Yang Diberikan ... 74

7 Penyelesaian Sengketa ... 79

C. Pengendalian dan Pengawasan terhadap kegiatan Penanaman Modal Asing ... 1 Dasar Hukum Pengendalian Dan Pengawasan Kegiatan penanaman modal asing ... 82 2 Tujuan pengendalian dan pengawsan kegiatan

(9)

BAB III :PEMBATASAN-PEMBATASAN TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DAN

PRAKTIK NOMINEE DI INDONESIA ...

A. Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing

1 Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing

Sebagai Bagian dari Kedaulatan Negara ... 86 2 Bentuk-Bentuk Pembatasan Terhadap

Penanaman Modal asing ... 88 3 Tujuan pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing ... 91

B. Praktik Nominee di Indonesia ...

1 Pengertian dan Latar Belakang Terjadinya

Praktik Nominee ... 95 2 Bentuk Bentuk Praktik Nominee di Indonesia ... 100 BAB IV : KETERBUKAAN PENANAMAN MODAL ASING

TERHADAP NOMINEE SHAREE AGREMENT ...

A. Dasar Hukum Dan Tujuan Keterbukaan

Nominee Share Agreement Dalam Penanaman Modal Asing ... 103 B. Mekanisme Keterbukaan Nominee Share Agreement dalam

Penanaman Modal Asing ... 111 C. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Keterbukaan Nominee Share

Agreement Dalam Penanaman Modal Asing ... 120 D. Sanksi Terhadap Pelanggaran Keterbukaan Nominee Share

Agreement Dalam Penanaman Modal Asing ... 122 BAB V : PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 128 Daftar Pustaka ... 130

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Perjanjian pinjam nama atau nominee di artikan secara beragam. Dalam kamus hukum Black’s Law Dictionary dijelaskan bahwa arti dari nominee adalah,

‖one designated to act for another as his respresintative in a rather limited sense.

It is used sometimes to signify an agent or trustee. It has no connotation,howeever, other than that of acting for another, in representation of another, or as the grantee of another.2

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa nominee merupakan seseorang yang ditunjuk bertindak atas pihak lain sebagai suatu perwakilan dalam pengertian yang terbatas, yang digunakan sewaktu-waktu untuk menandakan kepada agen atau orang kepercayaan. Nominee hanya bertindak sebagai perwakilan pihak lain atau sebagai penjamin pihak lain.

Pengertian pinjam nama (nominee) secara harafiah mempunyai dua arti yang berbeda. Defenisi pertama nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon untuk menduduki suatu jabatan atau penghargaan tertentu atau untuk jenis-jenis pencalonan lainnya.3

Pengertian kedua, mendefenisikan nominee sebagai seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Seorang nominee tersebut dibedakan dari seorang pemberi kuasa dalam keadaan, dimana seorang nominee menjadi pemilik

2 I Wayan Werasmana Sancaya, Kekuatan Mengikat Perjanjian Nominee Dalam Penguasaan Hak Milik Atas Tanah, Jurnal : Magister Universitas Udayana, Vol 2 No3, 2013 Hal.

9.

3 Herlina Latief, Tanggungjawab Notaris Terkait Dengan Praktek Nominee Di Indonesia, Tesis : FH UI, 2010 Hal. 10.

(11)

dari suatu benda (termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari suatu perikatan) yang berada dalam pengurusannya, sedangkan penerima kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari benda (termasuk kepentingannya) yang diurus oleh nominee tersebut.4

Perjanjian nominee dapat diartikan sebagai perjanjian simulasi atau perjanjian pura-pura yang dilakukan oleh beberapa pihak, yakni antara WNI dan WNA bahwa nominee keluar menunjukan seolah-olah terjadi perjanjian antara mereka, namun sebenarnya secara terselubung.5

Para pihak secara sadar dan secara diam-diam melakukan suatu tindakan hukum yang menyimpang dari apa yang seharusnya terjadi.6 Para pihak dalam perjanjian pinjam nama memberi kesan bahwa telah terjadi suatu tindakan hukum tertentu, padahal secara diam-diam disepakati bahwa di antara mereka tidak akan terbentuk perjanjian atau akibat hukum apapun dari simulasi yang dilakukan.7

Praktek nominee saham ini timbul di Indonesia karena dilandaskan oleh faktor regulasi dan juga faktor lainnya yaitu alasan yang bersifat pribadi dari pihak beneficiary itu sendiri, alasan pribadi ini sebenarnya merupakan rahasia maupun kepentingan pribadi dari pihak beneficiary itu sendiri.8

Perjanjian nominee atau kadang disebut ―trust‖ tidak dikenal dalam sistem hukum civil law yang berlaku di Indonesia, dimana trust dianggap sebagai ciri khas tradisi hukum common law. Kepemilikan dalam trust secara absolut dipecah menjadi kepemilikan yang terdaftar dalam hukum atau disebut dengan legal

4Ibid

5 R.Subekti, Hukum Perjanjian, (Bandung : Intermasa, 2002), Hal. 1

6 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, ( Bandung : Citra Aditya, 2010), Hal. 86

7Ibid ,Hal. 87

8 Ibid

(12)

owner dan kepemilikan secara kemanfaatan atau kenikmatan dari benda atau disebut beneficial owner.9

Konsep nominee pada awalnya hanya terdapat pada sistem hukum common law, namun seiring dengan arus investasi, pada sekitar 90-an di Indonesia mulai mengenal konsep nominee dan sering digunakan dalam beberapa transaksi hukum. Perjanjian pinjam nama di Indonesia dapat ditemukan penerapannya dalam beberapa hal, yaitu dalam hal kepemilikan saham dan kepemilikan tanah oleh warga negara asing, serta pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh direktur nominee.

Dalam konsep perjanjian pinjam nama (nominee agreement) baik mengenai kepemilikan saham, dan lainnya terdapat 2 (dua) pihak, yaitu pihak yang menunjuk nominee sering dikenal sebagai pihak beneficiary dan nominee yang mewakili kepentingan-kepentingan dari beneficiary. Nominee dalam melakukan tindakan-tindakan khusus harus sesuai dengan yang diperjanjikan dan tentunya harus sesuai dengan perintah yang diberikan oleh pihak beneficiary.

Pihak nominee merupakan pihak yang tercatat secara hukum dan pihak beneficiary yang menikmati setiap keuntungan dan kemanfaatan dari tindakan tindakan yang dilakukan oleh pihak yang tercatat secara hukum. Dua pihak yang terdapat dalam nominee agreement melahirkan dua jenis kepemilikan, yaitu pemilik yang tercatat dan diakui secara hukum (legal owner/juridische eigendom) dan pemilik yang sebenarnya (beneficial owner/economische eigendom)

9 Lucky Suryo Wicaksono, ―Kepastian Hukum Nominee Agreement Kepemilikan Saham Perseroan Terbatas‖, Ius Quia Iustum No. 1 Vol. 23 Januari 2016: 42 – 57, Hal. 2

(13)

menikmati keuntungan berikut kerugian yang timbul dari benda yang dimiliki oleh nominee.10

Nominee secara de jure merupakan pemegang hak yang sah atas benda tersebut, yang tentunya memiliki hak untuk mengalihkan, menjual, membebani, menjaminkan, serta melakukan tindakan apapun atas benda yang bersangkutan, sedangkan pihak beneficiary secara de facto tidak diakui sebagai pemilik atas benda secara hukum.

Pada dasarnya pembentukan suatu nominee dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

(a) Nominee Langsung (direct nominee)

Pembentukan nominee secara langsung dibentuk dengan cara membuat dan menandatangani nominee agreement antara beneficiary dan nominee dalam satu perjanjian. Di dalam perjanjian tersebut diatur secara tegas dan jelas mengenai pemberian kepercayaan dan kewenangan dari beneficiary kepada nominee untuk melakukan kegiatan atau bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan beneficiary. Nominee dan beneficiary akan menentukan hal-hal apa saja yang akan dituangkan dalam nominee agreement tersebut. Dalam perjanjian tersebut selain mengatur mengenai jumlah dan tata cara pembayaran nominee fee, juga akan mengatur mengenai ketentuan-ketentuan yang mewajibkan dan/atau melarang nominee untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan penggunaan konsep nominee.

(b) Nominee Tidak Langsung (undirect nominee)

Nominee ini tidak dibentuk dari nominee agreement yang secara tegas dan jelas memberikan kepercayaan dan kewenangan dari beneficiary kepada nominee. Nominee tidak langsung tidak dibuat hanya terdiri dari satu perjanjian saja, melainkan terdiri dari beberapa perjanjian yang apabila dihubungkan satu sama lain akan menghasilkan perjanjian pinjam nama (nominee). Beneficiary dapat mengendalikan nominee untuk melakukan tindakan atau kegiatan bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan beneficiary.11

Indonesia merupakan negara yang sedang tahap pembangunan dimana keberadaan Indonesia menjadi daya tarik bagi investor baik dalam dan luar

10 Nindyo Pramono, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal, (Yogyakarta : Andi, 2013), Hal. 395

11 Lucky Suryo Wicaksono, Op.Cit., Hal. 48-50

(14)

negeri. Negara Indonesia harus memberikan kepastian hukum kepada Investor untuk menarik minat agar menanamkan modal nya di Indonesia,dimana negara akan memberikan kewajiban dan hak sebagaimana diatur di dalam Undang Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Setiap penanaman modal berhak mendapat :12

(a) Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

(b) Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

(c) Hak pelayanan, dan

(d) Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan peraturan degan ketentuan peraturan perundang undangan.

Dengan adanya hak-hak yang diperoleh diatas maka di harapkan penanaman modal asing lebih merasa aman dan nyaman ketika berinvestasi di Indonesia. Tentu ketika penanam modal asing datang ke Indonesia akan mendatangkan modal yang besar yang bertujuan untuk membangun kekuatan ekonomi yang lebih baik.

Dalam praktik penggunaan nama Warga Negara Indonesia sering dilakukan dengan cara mengatasnamakan saham saham ataupun tanah/properti di Indonesia tersebut yang sebenarnya adalah milik Warga Negara Asing, ke atas nama orang kepercayaannya dan sebagai orang yang secara hukum ―memiliki‖

12 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 14.

(15)

saham-saham ataupun tanah/properti tersebut bukanlah miliknya, dan namanya hanya di pinjam.13

Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, praktik nominee arrangement diatur sebagai berikut:14

1 Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.

2 Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah melarang praktik Nominee, namun praktik ini masih saja ditemukan di Indonesia.

Sudah tentu ini menjadi sebuah masalah yang tidak dapat dihindari oleh pemerintah Indonesia selaku tuan rumah. Disamping itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membutuhkan dana dari penanaman modal asing untuk meningkatkan perekonomian negara, tetapi pembatasan yang dilakukan oleh Pemerintah ini menjadi sebuah dilema bagi penanam modal asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia15.

Dalam hal untuk meminimalisir tindakan pelaku penanam modal asing terhadap perjanjian nominee harusnya Pemerintah Indonesia bersikap tegas selaku tuan rumah, dan pelaku penanam modal asing harus taat dan terbuka terhadap perbuatan hukum di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan aturan Beneficial Owner

13 Irma Devita “Konsekwensi Penggunaan Nama Orang Lain (Nominee Arrangement) Untuk PT ata upunProperty di Indonesia(“https://irmadevita.com/2011/konsekwensi-penggunaan- nama-orang-lain-nominee-arrangement-untuk-pt-ataupun-property-di indonesia/, Diakses pada 06/02/2020)

14 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 33 Ayat 1 dan 2

15 Mochamad Fahrurozi, Skripsi ‖Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa Penanaman Modal asing Dalam kepemilikan Saham Perseroan Terbatas‖

(Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015), Hal. 4

(16)

terbit, dimana korporasi wajib mengungkap penerima manfaat usaha. Dimana pemerintah menuntut transparansi dari seluruh korporasi di Indonesia dengan mewajibkan pengungkapan sekaligus penerapan prinsip mengenali pemilik manfaat perusahaan (Beneficial Ownership). Transparansi ini didorong dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.16

Payung hukum dari kebijakan ini adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme yang berlaku sejak diundangkan pada 1 maret 2018.17

Dalam Perpres tersebut pemerintah beranggapan bahwa korporasi dapat dijadikan sarana baik langsung maupun tidak oleh pelaku tindak pidana yang merupakan pemilik manfaat dari hasil tindak pidana yang merupakan pemilik manfaat dari hasil tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Pemerintah memastikan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana tersebut telah mengikuti standar internasional.

Penerima manfaat yang dimaksud adalah individu yang dapat menunjuk atau memberhentikan direksi, dewan komisaris, pengurus, pembina, atau dewan pengawas pada korporasi, serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan perusahaan. Selain itu, pemilik manfaat dari korporasi juga berhak atas dan/atau

16 Irmadevita, ―Aturan beneficial owner terbit korporasi wajib ungkap penerima manfaat usaha”(https://irmadevita.com/2019/aturan-beneficial-owner-terbit-korporasi-wajib

ungkappenerima-manfaat-usaha/, 07-02-2020,Jam 5.12 WIB)

17 Ibid

(17)

menerima manfaat dari perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan merupakan pemilik sebenarnya dari dana atau saham perusahaan.18

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian skripsi tentang

―Keterbukaan Penanaman Modal Asing Terhadap Perjanjian Nominee Share Agreement‖ penting untuk diteliti lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah permasalahan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing di Indonesia ?

2. Bagaimana pembatasan penanaman modal asing dan praktik nominee di Indonesia ?

3. Bagaimana keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement di Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1 Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal asing di Indonesia sesuai Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

2 Untuk mengetahui pembatasan terhadap penanaman modal asing di Indonesia serta praktik nominee di Indonesia.

18 Ibid

(18)

3 Untuk mengetahui pengaturan keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement di Indonesia.

Sementara Hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang penanaman modal dimana diharapakan penanaman modal asing dapat terbuka dalam setiap tindakan hukumnya untuk tidak melakukan praktik nominee share agreement .

2. Manfaat Praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca untuk mengetahui pengaturan tentang penanaman modal asing di Indonesia dan pembatasannya di Indonesia serta untuk mengetahui keterbukaan penanaman modal asing di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, skripsi dengan judul ―Keterbukaan Penanaman Modal Asing Terhadap Perjanjian Nominee Share Agreement ‖ belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi dari Departemen Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun penulisan lainnya dengan judul :

1 Penelitian tesis yang dilakukan oleh Hadi Susanto (NIM: 027011023), dengan tesis yang berjudul ―Pemegang Saham Nominee Dalam Perseroan

(19)

Terbatas‖, yang dilakukan pada tahun 2004, dengan permasalahan yang dibahas :

(a) Mengapa terjadi penggunaan pemegang saham Nominee/Trustee dalam Perseroan Terbatas ?

(b) Bagaimana kekuatan Akta Pernyataan maupun Akta Kuasa yang dibuat oleh pemegang saham Nominee/Trustee menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?

2 Penelitian tesis yang dilakukan oleh Sugondo (NIM: 107011053), dengan tesis yang berjudul ―Analisa Terhadap Batasan Tanggung Jawab Direktur Nominee Dalam Perseroan Terbatas‖ yang dilakukan pada tahun 2013, dengan permasalahan yang dibahas :

(a) Apakah yang menjadi dasar hukum dan alasan-alasan eksistensi/keberadaan direktur Nominee dalam pengelolaan PT?

(b) Bagaimana batasan-batasan terhadap tanggung jawab dan kewajiban Direktur Nominee dalam pengelolaan PT?

(c) Apa akibat hukum yang mungkin timbul dalam pengelolaan PT yang dilakukan oleh Direktur Nomine.

3 Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Ahmad aman (030200196), dengan skripsi yang berjudul‖ Larangan Terhadap Pemegang Saham Nominee Dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia‖ yang dilakukan pada tahun 2010, dengan permasalahan yang dibahas :

(a) Bagaimana pengaturan tentang pemegang saham dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007?

(20)

(b) Bagaimana larangan terhadap pemegang saham nominee dalam perseroan terbatas?

(c) Bagaimana kedudukan pemegang saham nominee sebelum dan setelah adanya larangan undang-undang?

Apabila dilihat permasalahan yang diangkat pada masing-masing dari penelitian tersebut, mungkin pada awalnya akan dapat dijumpai kesamaan dari segi substansi dasar kajiannya, terutama menyangkut tentang nominee. Akan tetapi ide-idenya kemudian menjadi berbeda dalam pembahasan pada bab selanjutnya diantara masing-masing penelitian tersebut dengan penelitian ini.

Penelitian sebagaimana dituangkan di dalam skripsi ini yang titik fokusnya mengenai keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee yang dimana praktik nominee ini sudah jelas di larang di Indonesia dan diatur dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, namun praktik ini masih aja berlangsung di Indonesia.

Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa skripsi ini adalah murni penelitian dan hasil karya orisinil yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, serta bukan merupakan karya jiplakan (sepanjang seluruh kutipan atau intisari yang dijadikan bahan di dalam skripsi telah mencantumkan dan menyebutkan sumber resmi yang dijadikan sebagai referensi), serta keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun melalui refrensi buku-buku, dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak.

(21)

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Keterbukaan

Undang Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) sangat menyadari bahwa salah satu permasalahan dalam penanaman modal di Indonesia adalah lemahnya penerapan prinsip keterbukaan. Lemahnya keterbukaan ini mengakibatkan kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Indonesia yang pada akhirnya mempengaruhi keinginan investor untuk menanamkan modalnya secara langsung (direct investment). Sehubungan dengan hal tersebut UUPM memberikan perhatian terhadap prinsip keterbukaan. Setidaknya terdapat dua pasal penting dalam UUPM yang terkait langsung dengan prinsip keterbukaan yakni :19

a. Pasal 3 ayat (1) huruf b yang mencantumkan prinsip keterbukaan sebagai salah satu asas dalam penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia.

b. Pasal 15 yang menetapkan kewajiban penanaman modal melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan membuat laporan kegiatan penanaman modal. Pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik tidak bisa dipisahkan dari prinsip keterbukaan itu sendiri.

Asas keterbukaan dalam penjelasan pasal 3 ayat(1) b UUPM diartikan sebagai asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tanpa menyebutkan adanya kategori informasi material. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa UUPM

19 R.a.dyna rahmadani, Tesis: ―Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penenaman Modal‖(Medan : USU, 2008). Hal. 37

(22)

mewajibkan penyampaian seluruh informasi yang relevan tentang kegiatan penanaman modal.

Keterbukaan juga disinggung dalam Undang-Undang Pasar Modal yaitu keterbukaan informasi merupakan salah satu karakteristik khusus yang dikenal dalam bidang pasar modal. Undang Undang nomor 8 tahun 1995 mengamanatkan agar emiten dan atau perusahaan publik senantiasa menjalankan prinsip keterbukaan, yang diimplementasikan melalui penyampaian informasi atau fakta material terkait usaha atau efeknya.20

Pengertian Prinsip Keterbukaan menurut Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.21

Menurut Sigalingging, prinsip keterbukaan merupakan pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain tunduk pada UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat pada waktu yang tepat seluruh informasi mengenai efek emiten yang dapat berpengaruh terhadap keputusan investor terhadap harga efek tersebut.22

20 Juhralmatiyah fajri‘s, ‖Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal Ditinjau Dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal”,

(https://julrahmatiyalfajri.wordpress.com/2014/07/10/prinsip-keterbukaan-dalam-pasar-modal- ditinjau-dari-undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal/ di akses pada 07-02-2020 Jam 2.14)

21 Republik Indonesia, Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25

22 Bisdan Sigalingging, Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal, (http://bisdan- sigalingging.blogspot.com/2013/03/%20prinsip-keterbukaan-di-pasar-modal-oleh.html), di akses pada 07-02-2020 Jam 12.14 WIB)

(23)

Holly j. Gregory dan Marshal E. Simms mengemukakan makna prinsip keterbukaan sebagai kerangka pengelolaan perusahaan yang harus dapat memastikan bahwa pengungkapan informasi yang akurat dan tepat dilaksanakan berkaitan dengan materi yang menyangkut perusahaan situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan kepemimpinan dari suatu perusahaan.23

2. Penanaman Modal Asing

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa :

―Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.‖24

Yang dimaksud dengan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing menyatakan bahwa :

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.25

M. Sornarajah memberikan defenisi tentang penanaman modal asing adalah Tranfer of tangible assets from one country to another for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or partial control of

23 R.A.dyna Rahmadani, Op.Cit. Hal. 35

24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 2

25 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 3

(24)

owner of the assets‖. Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal baik secara total atau sebagian.26

Adapun Bentuk-bentuk penanaman modal asing diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas.

Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal ―penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.27

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT), didasarkan pada hukum Indonesia.dan berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No.

1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.28 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam

26 Hs Salim Dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2008), Hal. 149

27 Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, Hal 174.

28 Suny Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal 108.

(25)

satu badan hukum Indonesia dan dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hukum (nasional) Indonesia yang lain.

(a) Join venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.29

Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know- how yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing directornya selalu ada ditangan pihak asing.30

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:31

a) Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional

29 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hal 61

30 Sunaryati Hartono , Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), Hal 14-15.

31 Aminuddin Ilmar ,Op. Cit., Hal 61-62

(26)

sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b) Anchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc‘

Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

c) Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International Hotel, dan sebagainya.

d) Build, Operation, and Transfer (B.O.T): suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun,

(27)

dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.

(b) Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.32

(c) Kontrak karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.33

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit buntuk proyek (barang modal).34

32 Ibid., Hal. 62-63.

33 Ibid., Hal. 63-64.

34 Sunaryati Hartono, Op. Cit., Hal. 14-15.

(28)

Adapun perbedaan antara penanaman modal melalui direct investment dan indirect investment adalah jenis investasi. Pertama ialah Investasi Langsung (Direct Investment) dimana investor dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan.

Investasi ini merupakan aset-aset riil (real assets) yang melibatkan aset berwujud, misalkan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian. 35

Kedua ialah Investasi Tidak Langsung (Portfolio Investment) dimana investor dapat melakukan investasi namun tidak terlibat secara langsung dan cukup dengan memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi. Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Investasi ini disebut sebagai investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat, tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portfolio

35Resume Hukum, Direct investment dan Indirect Investment, (http://resumehukum.blogspot.com/2014/03/direct-investment-indirect-investment_25.html, diakses pada tanggal 27-04-2020, Jam 17.39 WIB)

(29)

investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, yang mengatakan: ―yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.‖36

Tabel 1 Perbedaan antara Direct Investment dan Portfolio Investment Direct Invesment Portofolio Invesment Investor harus hadir dalam

menjalanjan usaha

Investor cukup sebagai pemegang saham dan tidak perlu hadir secara fisik

- Tujuannya untuk memperoleh

keuntungan maksimal dalam waktu singkat

Investor memiliki kontrol terhadap kegiatan perusahaan sehari-hari

Investor tidak memiliki kontrol terhadap perusahaan sehari-hari

- Investor menanggung resiko

sendiri dan tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan kegiatannya

Mendirikan perusahaan Tidak mendirikan perusahaan

- Kerugian pada Portfolio

Investment tidak dilindungi oleh Hukum Kebiasaan Internasional Perusahaan dikendalikan oleh

seluruh/ sebagian pemilik perusahaan

Ada pemisahan pemilik dan manajemen

Investasi tidak dapat dipindahkan setiap saat

Investasi dapat dipindahkan setiap saat

Landasan hukumnya UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Landasan hukumnya UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

36 Ibid

(30)

Pengelolanya BKPM Pengelolanya Bapepam dan LK

Sumber : (Direct Invesment dan Indirect investment)

http://resumehukum.blogspot.com/2014/03/direct-investment-indirect- investment_25.html

Peranan penanaman modal asing dalam pengembangan ekonomi Indonesia juga terefleksi dalam yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. undang-undang penanaman modal antara lain :37

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Menciptakan lapangan kerja.

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing usaha nasional.

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan penanaman modal asing di Indonesia tidak datang dengan sendirinya. Hal itu memerlukan kerja keras untuk dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu issu klasik yang sangat signifikan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di Indonesia adalah masalah penegakan hukum (law enforcement). Di samping masalah-masalah lainnya,

37 Ibid

(31)

seperti keterbatasan infrastruktur, keamanan stabilitas sosial politik. Dalam penelitian (law enforcement) Terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan yang harus berjalan secara harmonis.38 Apabila penegakan hukum hanya memerhatikan kepastian hukum semata, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan keadilan serta kemanfaatanya di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.39

Biasanya patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dituangkan dalam bentuk kontrak Joint venture. Dalam Pasal 3 sampai Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing telah diatur tentang berbagai hal yang berkaitan dengan patungan antara modal asing dengan modal yang dimilik oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. 40

3. Perjanjian nominee share agreement

Penjelasan mengenai nominee di atas, secara harfiah, mempunyai dua arti yang berbeda. Pertama, nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon untuk menduduki suatu jabatan tertentu, untuk memperoleh suatu penghargaan tertentu, atau untuk jenis-jenis pencalonan lainnya. Kedua, nominee memberikan pengertian sebagai seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Pengertian yang kedua ini membedakan seorang nominee dari seorang pemberi kuasa, dalam keadaan di mana nominee menjadi pemilik dari

38 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet .5, (Yogyakarta : Liberty, 2005), Hal. 160-162

39 Kairupan, Op.Cit, Hal. 4

40 Ibid, Hal. 164

(32)

suatu benda, termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari suatu perikatan, yang berada dalam pengurusannya, sedangkan pemberi kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari benda, termasuk kepentingan, yang diurus oleh nominee ini.41

Konsep nominee melahirkan dua jenis kepemilikan, yaitu pihak nominee yang tercatat dan diakui secara hukum (legal owner/juridische eigendom) dan pihak investor asing sebagai pemilik yang sebenarnya, yang menikmati keuntungan berikut kerugian yang timbul dari benda yang dimiliki oleh nominee (economische eigendom). Nominee secara de jure adalah pemegang hak yang sah atas benda tersebut, yang tentunya memiliki hak untuk mengalihkan, menjual, membebani, menjaminkan serta melakukan tindakan apapun atas benda yang bersangkutan, sedangkan pihak investor asing secara de facto tidak diakui sebagai pemilik atas benda secara hukum. Pembentukan suatu nominee dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:42

1. Nominee Langsung (Direct Nominee) Pembentukan nominee secara langsung dibentuk dengan cara membuat dan menandatangani nominee agreement antara investor asing dan nominee dalam satu perjanjian.

Perjanjian tersebut mengatur secara tegas dan jelas mengenai pemberian kepercayaan dan kewenangan dari investor asing kepada nominee untuk melakukan kegiatan atau bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan investor asing. Kepemilikan saham yang menggunakan konsep nominee, pada umumnya, hanya mencatat nama dan identitas diri dari pihak

41 Gunawan Widjaja, 2008, Nominee Shareholders Dalam Perspektif UU Perseroan Terbatas Baru dan UU Penanaman Modal Baru Serta Permasalahannya Dalam Praktik dalam Jurnal Hukum dan Pasar Modal, Volume III Edisi 4, hlm. 43

42 (http://e-journal.uajy.ac.id/18182/3/HK121502.pdf diakses pada tanggal 16 September 2019, Jam 14.15 WIB )

(33)

nominee sebagai pemilik sah dalam daftar pemegang saham perusahaan.

Nama dan identitas diri dari pihak investor asing tidak muncul dalam bentuk apapun juga dalam daftar pemegang saham perusahaan. Akibat digunakannya nama serta identitas dari nominee sebagai pihak yang tercatat secara hukum menyebabkan pihak investor asing memberikan kompensasi dalam bentuk nominee fee. Jumlah dari nominee fee tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara nominee dan investor asing, yang kemudian dituangkan dalam bentuk suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh nominee dan investor asing sebagai suatu bentuk persetujuan. Nominee agreement juga mengatur mengenai ketentuan- ketentuan yang mewajibkan dan/atau melarang nominee untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan penggunaan konsep nominee.

2. Nominee Tidak Langsung (Indirect Nominee) Nominee ini tidak dibentuk dari nominee agreement yang secara tegas dan jelas memberikan kepercayaan dan kewenangan dari investor asing kepada nominee.

Terdapat beberapa perjanjian dan kuasa, selain nominee agreement, yang biasanya ditandangani oleh pihak nominee dan pihak investor asing sebagai komponen pendukung. Perjanjian dan kuasa tersebut dibutuhkan untuk memberikan kepastian ataupun perlindungan kepada investor asing sebagai pemilik sebenarnya atas saham yang dimiliki oleh nominee secara hukum. Perjanjian-perjanjian inilah yang apabila dihubungkan satu sama lain akan menghasilkan nominee saham, yang kemudian disebut sebagai Nominee Share Arrangement. Investor asing dapat mengendalikan nominee untuk melakukan tindakan atau kegiatan bisnis tertentu atas

(34)

perintah dan kepentingan investor asing dengan menggunakan akta-akta yang dibuat baik secara notaril maupun di bawah tangan, antara lain seperti:43

(a) Akta Perjanjian Kredit (Loan Agreement) antara principal investor selaku kreditur dan nominee shareholder, di mana pinjaman tersebut akan digunakan oleh debitur untuk membayar setoran modal saham pada perusahaan yang dimaksud.

(b) Perjanjian Gadai Saham (Pledge of Share Agreement) antara principal investor selaku penerima gadai (pledgee) dan nominee shareholder (pledgor), di mana saham yang diterbitkan atas setoran yang dilakukan dengan menggunakan uang pinjaman tersebut digadaikan oleh nominee shareholder kepada principal investor.

(c) ) Perjanjian Cessi atas Dividen antara principal investor dan nominee shareholder, di mana hak atas dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada nominee shareholder selaku pemegang saham dialihkan kepada principal investor.

(d) Surat Kuasa Mutlak untuk RUPS, di mana nominee shareholder selaku pemegang saham pada perusahaan tersebut memberikan kuasa mutlak kepada principal investor untuk dapat meminta diadakannya RUPS, menghadiri, dan mengeluarkan suara (Power of Attorney to Vote) dalam RUPS perusahaan yang bersangkutan.

43 Kairupan David, Op.Cit Hal. 92

(35)

(e) Surat Kuasa Mutlak untuk Menjual Saham (Sale And Purchase of and Attorney to Sell Shares) yang diberikan oleh nominee shareholder kepada principal investor, di mana dalam hal terjadi kejadian tertentu principal investor dapat menjual saham-saham yang dimiliki oleh nominee shareholder.

Praktik pemilikan saham pinjam nama antara principal investor dan nominee shareholder di Indonesia biasanya tidak dilakukan dengan menandatangani nominee agreement atau nominee statement, tetapi dengan melakukan nominee arrangement. Nominee share arrangement dilakukan dengan menggunakan seperangkat dokumen dan perjanjian yang dikenal secara umum dalam pranata hukum Indonesia, sebagaimana diatur dalam BW. Nominee Share Arrangement lahir dari adanya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian, dan karenanya termasuk perjanjian yang tidak diatur di dalam undang- undang karena belum terdapat pengaturan secara khusus mengenai konsep nominee. Nominee share arrangement secara implisit memiliki unsur-unsur sebagai berikut:44

(a) Adanya perjanjian pemberian kuasa antara dua pihak, yaitu investor asing sebagai pemberi kuasa dan Nominee sebagai penerima kuasa yang didasarkan pada adanya kepercayaan dari investor asing kepada Nominee.

(b) Kuasa yang diberikan bersifat khusus dengan jenis tindakan hukum yang terbatas.

(c) Nominee bertindak seakan-akan (as if) sebagai perwakilan dari investor asing di depan hukum.

44 (http://e-journal.uajy.ac.id/18182/3/HK121502.pdf diakses pada tanggal 16 September 2019 )

(36)

F. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini membutuhkan adanya data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analisis untuk dapat membahas masalah. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Jenis dan sifat penelitan

Skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.45 Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum sekunder, yaitu berbagai peraturan hukum nasional dalam bidang penanaman modal asing, jurnal-jurnal dan karya tulis ilmiah lainnya, serta artikel-artikel berita terkait.46 Penelitian deskriptif ialah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis serta menjelaskan norma-norma hukum positif mengenai keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement. Adapun pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan perundang-undang, yang berhubungan dengan penanaman modal asing dan perjanjian nominee share agreement.

45 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13-14

46 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet. Kedua, Ed. Pertama (Jakarta: Sinar Grafik, 1996), hlm. 14

(37)

2. Data penelitian

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen (documentary study). Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Menurut Soerjono Soekanto, data sekunder dalam penelitian hukum terdiri atas tiga bahan hukum, yaitu:47

a) Bahan hukum primer

Berbagai bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang undangan di bidang penanaman modal antara lain Undang-Undang 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing , Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

b) Bahan hukum sekunder

Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum

47 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit, Hal. 13

(38)

primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, koran, majalah, kasus kasus yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini,dan juga sumber- sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang di bahas.

c) Bahan Hukum Tersier

Mencangkup kamus bahasa untuk pembenahan tata bahasa indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan, seperti buku- buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang- undangan dan bahanbahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Analisis data dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Analisis tersebut dilakukan dengan cara mengolah dan menganalisis data serta mendeskripsikannya dengan kata-kata sehingga

(39)

diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti serta dapat ditarik suatu kesimpulan.

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.

Metode analisis data yang dilakukan adalah analisa kualitatif terdiri atas : a) Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier, yang relevan

dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b) Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing masing permasalahan yang dibahas.

c) Mengolah dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d) Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagai atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Bab I mengenai pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan

.

(40)

Bab II mengenai Tinjauan umum tentang pengaturan penanaman modal asing di Indonesia yang terdiri dari Tinjauan Umum tentang penanaman modal asing terbagi latar belakang penanaman modal asing di Indonesia, manfaat penanaman modal asing bagi indonesia, bentuk bentuk penanaman modal asinng. Pengaturan penanaman modal asing di Indonesia yang terdiri dari : sumber hukum kegiatan penanaman modal asing, aspek perizinan penanaman modal asing, bidang usaha penanaman modal asing, penggunaan tenaga kerja, hak dan kewajiban penanaman modal asing, fasilitas yang diberikan, penyelesaian sengketa. Pengendalian dan Pengawasan terhadap kegiatan penanaman modal asing yang terdiri dari dasar hukum pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal asing, tujuan pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal asing.

Bab III mengenai Pembatasan-pembatasan terhadap penanaman modal asing dan praktik nominee di Indonesia terdiri dari pembatasan terhadap penanaman modal, pembatasan terhadap penanaman modal asing sebagai bagian dari kedaulatan negara, bentuk bentuk pembatasan terhadap penanaman modal asing. Praktik nominee di Indonesia terdiri pengerttian dan latar belakang terjadinya nominee, bentuk bentuk praktik nominee di Indonesia. Larangan Nominee share agreement dalam penanaman modal asing terdiri dasar hukum pelarangan nominee share agreement, tujuan pelanggaran nominee share agreement, akibat hukum dan sanksi.

(41)

Bab IV mengenai keterbukaan penanaman modal asing terhadapnominee share agreement terdiri dasar hukum dan tujuan keterbukaan nominee share agreement dalam penanaman modal asing, mekanisme keterbukaan nominee share agreement dalam penanaman modal asing, pengawasan terhadap pelaksanaan keterbukaan nominee share agreement dalam penanaman modal asing, sanksi terhadap pelanggaran keterbukaan nominee share agreement dalam penanaman modal asing.

Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

(42)

A. Tinjauan Umum Tentang Penanaman Modal Asing

1. Latar belakang Penanaman Modal Asing di Indonesia

Pada dasarnya, kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967 yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dengan harapan bahwa investor baik investor asing maupun investor domestik dapat menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, menjelang masa berakhirnya Orde Baru terjadi ketidakstabilan dalam pemerintahan yang berpuncak pada konflik yang dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998.

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada tanggal 13 – 15 Mei 1998 yang diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti dimana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.48

Kerusuhan tersebut berdampak pada terjadinya krisis finansial secara berkepanjangan di Indonesia dan nilai tukar rupiah semakin melemah. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakmampuan pemerintah menangani krisis ini sehingga menimbulkan krisis kepercayaan dan mengurangi kesediaan investor asing untuk memberikan bantuan finansial dengan cepat.

Setelah itu, dana modal asing terus mengalir ke luar negeri meskipun dicoba ditahan dengan tingkat bunga yang tinggi atas surat-surat berharga Indonesia.

48Wilkipedia, Kerusuhan Mei 1998, http://id.wiki pedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998 (diakses pada tanggal 2-18 2020, jam 10:50 WIB).

(43)

Dari hal ini jelaslah dapat dilihat bahwa ketidakstabilan politik yang menyebabkan kekacauan dan kerusuhan berdampak pada menurunnya minat investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.49

Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru adalah yang paling banyak, yaitu yang masuk pada tahun 1995 sebanyak US$

39,891.6 milyar. Pada tahun 1997, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia sebanyak US$ 33,816 milyar dan pada tahun 2006, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia sebanyak US$ 4,69 milyar.50

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada masa orde baru jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia cukup tinggi. Hal ini disebabkan stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keaadan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keaadan aman dan terkendali sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalam berusaha di Indonesia. Sementara itu jumlah investasi, khususnya investasi asing yang masuk ke Indonesia sejak era reformasi mengalami penurunan yang sangat signifikan. Tahun 1998 sampai dengan 2006 ini merupakan masa transisi, yaitu dari masa Orde Baru ke masa reformasi. Pada masa reformasi ini, sering terjadi konflik dalam masyarakat. Konflik pertama, terjadi pada tahun 1998 yaitu pada saat diturunkanya Soeharto sebagai Presiden RI. Turunnya Presiden Soeharto,

49 Salim Hs, Op.Cit Hal 2

50 Ibid

Gambar

Tabel 1 Perbedaan antara Direct Investment dan Portfolio Investment  Direct Invesment  Portofolio Invesment  Investor  harus  hadir  dalam
Tabel 2 Data Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing  berdasarkan  sektor Januari - Desember 2018
Tabel 3 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor Periode Oktober-Desember (TW IV)  2019

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kemampuan yang meliputi kemampuan bekerja sama, ketahanan, kualitas, kecepatan dan motivasi, baik yang datang dari dalam diri karyawan maupun dari luar

Hingga kuartal I 2012, total outstanding kredit konsumsi perseroan men- capai Rp 40,7 triliun, naik 27% dibandingkan periode yang sama tahun

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sari temulawak dalam proses fermentasi alkohol dari molase menggunakan Saccharomyces cerevisiae komersial,

FANTASI ANAK SEBAGAI IDE PENCIPTAN SENI LUKIS diajukan oleh M Syarif Hidayatullah, NIM 0912054021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa,

Dimaklumkan permohonan tuan / puan untuk memasuki Pusat Latihan Gurney, Persatuan Bagi Orang Buta Malaysia telah kami terima pada … ………….dan kini dalam perhatian. Sekiranya tuan

tif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan penilaian, tanggapan,saran-saran, dan angket yang diperoleh yang diperoleh dari reviu ahli desain pembelajaran, ahli

Untuk mengetahui bahwa pergolakan pasar, intensitas persaingan memiliki pengaruh terhadap strategi orientasi ( intelligence generation, intelligence dissemination,

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat