• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi Terhadap Pelanggaran Keterbukaan Nominee Share Agreement Dalam Penanaman Modal Asing

NOMINEE SHAREE AGREMENT

D. Sanksi Terhadap Pelanggaran Keterbukaan Nominee Share Agreement Dalam Penanaman Modal Asing

Sanksi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34. Dalam pasal ini ditetapkan tiga bentuk sanksi dan jenis perbuatan yang dilakukan oleh penanaman modal, yaitu :

a. Batal demi hukumnya perjanjian antara penanaman modal untuk perbuatan membuat perjanjian dan atau pernyataan yang menegaskan bahwa

kepemikikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.

b. Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan penanaman modal yang bersangkutan dalam hal penanaman modal melakukan kejahatan korporasi sebagaimana disebutkan dalam pasal 33 ayat (3).

c. Sangsi administratif dalam hal penanaman modal tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15

Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian dan atau pernyataan yang mengaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain. Dipertegas dalam ayat (2) bahwa dalam hal penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing mebuat perjanjian dan /atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian dan/ atau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.162

Larangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) adalah dalam rangka untuk mengantisipasi terjadinya penyelundupan hukum oleh penanaman modal asing yang membuat perjanjian kepemillikan saham atas nama orang lain (nominee share agreement) yang ditujukan untuk menghindari persyaratan batas maksimum kepemilikan saham asing sesuai daftar negative investasi. Ketentuan ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi secara dini

162 Budiman Ginting Op.Cit Hal 42

potensi terjadinya perbuatan pencucian uang (money laundering) dengan cara kepemilikan saham atas nama orang lain.

Dalam ayat (3) Pasal 33 disebutkan bahwa dalam hal penanaman modal yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana perpajakan, pengelembungan biaya pemulihan, dan bentuk pengelembungan biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang berwenang dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontak kerja sama dengan penanaman modal yang bersangkutan.163

Sanksi administratif diatur dalam Pasal 34. Badan usaha atau perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa

a. Peringatan tertulis

b. Pembatasan kegiatan usaha

c. Pembekuan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal atau d. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.164

163 Ibid

164Ibid

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab di muka di simpulkan sebagai berikut :

1. UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan peraturan pelaksananya mengatur berbagai peraturan serta kebijakan penanaman modal yang terbagi di beberapa sektor yaitu modal asing, bidang usaha, tenaga kerja, fasilitas-fasilitas bagi penanaman modal asing, nasionalisasi dan kompensasi, kewajiban bagi penanaman modal, dan pengawasan/koordinasi. Terkait pengaturan kebijakan dasarnya diatur dalam Undang-Undang penanaman modal Pasal 4 menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional serta menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil,

menengah, dan koperasi. Terkait penyelenggaraan dan iklim investasi serta pengaturan dan kebijakan penanaman asing belum mampu untuk memenuhi kebutuhan investor asing karena setiap tahunnya perkembangan penanaman modal asing cukup pesat dan selalu ada perubahan dinamika investasi.di Indonesia.

2. Pembatasan terhadap kegiatan penanaman modal berkaitan dengan pengaturan daftar negatif investasi. Dalam melakukan penanaman modal di Indonesia, investor asing harus mematuhi beberapa aturan khusus yang dibuat oleh pemerintah, terutama mengenai jenis bisnis apa yang akan dibangun. DNI adalah daftar sektor bisnis yang disusun pemerintah sebagai informasi bagi para calon investor tentang bisnis yang tidak diperbolehkan di Indonesia dan berbagai aturannya, terutama mengenai kepemilikan bersama. DNI Indonesia dibuat untuk melindungi ekonomi Indonesia, serta untuk memberikan peluang bisnis lebih kepada investor adapun bentuk-bentuk pembatasan terhadap penanaman modal asing, menetapkan bidang bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal asing, penetapan persyaratan investasi minimal bagi perusahaan penanaman modal asing, keharusan membentuk perusahaan patungan di Bidang penanaman modal asing, dan keharusan melakukan divestasi.

Pembatasan penanaman modal asing berkaitan dengan praktik nominee di Indonesia adalah karena negara berkembang yang dimana Indonesia memiliki potensi besar sehingga banyak investor lokal maupun asing yang berinvestasi di Indonesia. Dengan adanya pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagaimana tertuang dalam suatu ketentuan peraturan perundang-undangan menyebabkan individu tertentu mencari jalan keluar dengan

melahirkan konsep- konsep baru, antara lain konsep nominee. Hal tersebut menjadi salah satu alasan yang mendasari penggunaan konsep nominee dalam sistem hukum di Indonesia.

3. Keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement di Indonesia latar belakangnya karena banyaknya praktik nominee dalam penanaman modal asing berkaitan dengan lemahnya keterbukaan informasi dalam bidang penanaman modal yang mengakibatkan lemahnya kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Indonesia yang pada akhirnya mempengaruhi keinginan investor untuk menanamkan modalnya secara langsung (direct investment), keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan setiap kegiatan aktivitas penanaman modal asing di Indonesia yang dimana seringkali kegiatan penanaman modal asing memicu praktik nominee share agreement yang merugikan negara. Keterbukaan penanaman modal asing terhadap perjanjian nominee share agreement di Indonesia. diatur dalam Undang Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, UU No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, dan Perpres Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Terorisme. Di dalam pengaturan perundang undangan tersebut hanya menjelaskan asas serta mewajibkan keterbukaan perusahaan, dimana kewajiban keterbukaan tersebut secara substansial menentukan pengungkapan informasi pada saat-saat yang telah ditentukan, dimana tujuan keterbukaan sebagai pengawasan.

B. Saran

1. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar-instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum dibidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. Agar pemerintah pusat lebih memperhatikan undang-undang atau kebijakan lain yang sejalan atau mendukung adanya penanaman modal di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.

2. Pembatasan penanaman modal asing adalah tujuan dari negara untuk melindungi penanaman modal dalam negeri di Indonesia, namun perlu di perhatikan bahwa pemerintah Indonesia perlu melihat akibat pembatasan penanaman modal asing di Indonesia apakah sudah berjalan dengan tujuan negara. Dimana sisi lain akibat dari pembatasan penanaman modal menjadi faktor penghalang yang cukup signifikan terhadap upaya masuknya penanaman modal asing ke Indonesia, dan pembatasan penanaman modal asing ini justru malah menjadi pemicu praktik nominee yang membuat kerugian terhadap pemerintah Indonesia, diharapkan pemerintah perlu membuat regulasi serta

melakukan pengawasan yang secara berkala untuk mengurangi potensi praktik nominee.

3. Diharapkan dalam rangka mewujudkan kepastian hukum, maka sebaiknya pemerintahan Indonesia mengatur secara jelas dan tegas mengenai keterbukaan nominee share agreement, dimana pemerintah perlu mengkaji regulasi terkait keterbukaan penanaman modal asing.

Praktik nominee itu dapat diatasi dengan keterbukaan informasi dari penanaman modal asing dimana hal ini sebenarnya sangat sulit, namun dengan regulasi dan sistem yang bagus serta payung hukum yang kuat praktik nominee ini dapat ditekan sehingga setiap penanaman modal asing tidak lagi melakukan praktik.

A. Buku

Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung : Citra Aditya, 2010.

Harahap, Yahya, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Hartono , Sunaryati Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal Indonesia, Bandung: Alumni, 1974.

Ilmar, Aminuddin Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Mamudji, Soerjono Soekanto dan Sri Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.

Mertokusumo, Soedikno Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet .5, Yogyakarta : Liberty, 2005.

Pramono, Nindyo, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal, Yogyakarta : Andi, 2013.

R.Subekti, Hukum Perjanjian, Bandung : Intermasa, 2002.

Rosyidah, Rakhmawati Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta : Bayumedia Publishing, 2003.

Siregar, Budiman Ginting, Mahmul Dkk,‖Hukum Penanaman Modal di Kawasan Ekonomi Khusus”, Medan : USU Press, 2018.

Siregar, Mahmul, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal studi kesiapan Indonesia Dalam Perjanjian Investasi Multilateral, Medan : Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbutan, 2008.

Suny Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, Jakarta:

Pradjna Paramita, 1998.

Suratman Rokhmatussa‘dyah Ana dan, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta : Sinar Grafika, 2009.

Suriah,, Suriah, ―Mengenal Hukum Ketenagakerjaan‖, Medan :Usu Pres, 2011.

Sutrisno, Hs Salim Dan Budi Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta : PT.

Raja Grafindo, 2008,

Waluyo, Bambang Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet. Kedua, Ed.

Pertama Jakarta: Sinar Grafik, 1996.

B. Peraturan-Peraturan

Nomor 12 /POJK.01/2017 Tentang penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan menjelaskan Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

Perka BKPM No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal .

Perpres No. 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Perpres No.13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

Undang Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

Undang-Undan No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus di Penjelasan Umum.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.