• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Umum Tentang Penanaman Modal Asing

2. Manfaat Penanaman Modal Asing di Indonesia

Keberadaan investasi yang di tanamkan oleh investor, terutama modal asing memberikan manfaat dalam pembangunan dalam negara. Menurut John W.Head mengemukakan tujuh keuntungan manfaat penanaman modal asing adalah :53

1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;

2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;

3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;

4. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industry lain;

5. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempatt untuk menggantikan barang impor

6. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah;

7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.

Peranan penanaman modal asing dalam pengembangan ekonomi Indonesia juga terefleksi dalam yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Pasal 3 ayat 2 tentang Penanaman Modal sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. undang-undang penanaman modal antara lain:54

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

b. menciptakan lapangan kerja.

c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

d. meningkatkan kemampuan daya saing usaha nasional.

e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.

f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

53 Salim Hs Op Cit Hal 86

54 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 3.

g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil denganamenggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari ssluar negeri.

h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan penanaman modal asing di Indonesia tidak datang dengan sendirinya. Hal itu memerlukan kerja keras untuk dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu isu klasik yang sangat signifikan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di Indonesia adalah masalah penegakan hukum (law enforcement). Di samping masalah-masalah lainnya, seperti keterbatasan infrastruktur, keamanan stabilitas sosial politik. Dalam penelitian (law enforcement) Terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan yang harus berjalan secara harmonis.55 Apabila penegakan hukum hanya memerhatikan kepastian hukum semata, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan keadilan serta kemanfaatanya di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaanya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.56 3. Bentuk Bentuk Penanaman Modal Asing

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal ―penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang‖57

55 Soedikno Mertokusumo, Op.Cit Hal. 160-162

56 Kairupan, Op.Cit, Hal.4

57 Salim H.S, Op.Cit.Hal.174

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi: 58

1) Bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT).

2) Didasarkan pada hukum Indonesia.

3) Berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

Pengertian perseroan terbatas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang 40 Tahun 2007. Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah :

―Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.‖59 Ciri personalitas yang juga terdapat dalam UU PT yaitu:60

a. Perseroan Diperlakukan sebagai Wujud yang Terpisah dan Berbeda dari Pemiliknya

Ciri personalitas yang demikian diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UU PT dalam bentuk ―Pertanggungjawaban terbatas‖ pemegang saham atas utang perseroan.

Pasal 3 ayat (1) UU PT tersebut berbunyi:

Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Kemudian penjelasan Pasal 3 ayat (1) tersebut mengatakan bahwa, ketentuan tangung jawab terbatas, merupakan penegasan ciri personalitas perseroan bahwa

58 Ibid

59 Republik, Indonesia Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas Pasal 1

60 Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2016. Hal 57-60

pemegang saham terpisah tanggung jawabnya sebatas apa yang disetornya kepada perseroan dengan harta pribadinya.

b. Dapat Menggugat dan Digugat Atas Nama Perseroan Itu Sendiri Ciri personalitas perseroan yang ini datur pada Pasal 98 ayat (1) UU PT:

a) Perseroan dapat tampil di dalam maupun di luar Pengadilan, b) untuk itu perseroan diwakili oleh Direksi.

Perseroan dapat menggugat wanprestasi atau Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang dilakukan pihak ketiga. Begitu juga sebaliknya, dia dapat digugat pihak ketiga terhadap wanprestasi dan PMH yang dilakukan oleh perseroan.

c. Perseroan Dapat Memperoleh, Menguasai, dan Mengalihkan Miliknya Atas Namanya Sendiri

Hal ini berdasarkan Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) UU PT yang mana, perseroan memiliki kekayaan berupa modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Dapat memiliki aset dari hasil keuntungan perusahaan. Menguasai dan memindahkan aset itu sesuai dengan cara yang ditentukan undang-undang dan Anggaran Dasar (―AD‖). Memiliki ―cadangan wajib‖ dan ―cadangan khusus‖

sesuai dengan ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan Pasal 73 ayat (1) UU PT.

d. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Terbatas Sebesar Nilai Sahamnya

Sejalan dengan ciri perseroan terpisah dengan pemiliknya, maka tanggung jawab pemegang saham, hanya terbatas sebesar saham yang dimilikinya sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UU PT.

e. Pemegang Saham, Tidak Mengurus Perseroan, Kecuali Dia Dipilih Sebagai Anggota Direksi.

Perlu diketahui bahwa pemegang saham tidak mengurus perseroan akan tetapi perseroan itu diurus oleh seorang Direksi yang ditunjuk dan diangkat melalui

Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 94 ayat (1) UU PT.

f. Melakukan Kegiatan Terus-menerus Sesuai Jangka Waktu yang Ditetapkan dalam AD.

Jangka waktu perseroan umumnya ditetapkan dalam waktu yang Panjang atau bisa juga tanpa batas. Ciri ini pun diatur pada Pasal 6 UU PT:

―Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.‖

Perseroan dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas, atau tidak terbatas.

Baik terbatas maupun tidak terbatas, harus ditentukan dalam anggaran dasar.

Selama masa berdirinya belum berakhir, perseroan terus menerus melakukan kegiatan usaha sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditentukan AD.

Perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan perjanjian di depan notaris tidak cukup untuk dapat melakukan perbuatan hukum ke luar, tetapi perseroan itu harus disahkan akta pendiriannya oleh Menteri Hukum dan HAM RI. Apabila telah disahkan, perseroan terbatas baru dapat melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama perseroan terbatas secara mandiri . jadi, dapat dikatakan bahwa momentum perseroan terbatas sebagai badan hukum adalah pada saat disahkannya akta pendiriannya oleh Menteri Hukum dan HAM RI.61

. Salah satu syarat dari badan hukum asing untuk menjadi perseroan terbatas adalah badan hukum asing itu harus melakukan kerja sama dengan badan hukum domestic. Kerja sama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik dituangkan dalam kontrak joint venture. Dalam kontrak ini diatur tentang pembagian saham.

61 Salim Hs Op.Cit Hal 175

Kepemilikan saham masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan dengan memperhatikan batasan-batasan dalam daftar negatif investasi hal ini diatur dalam Pasal 12 UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal adalah :62

1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

2) Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan

b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

Selanjutnya dalam bidang usaha tertentu pemerintah menetapkan batasan kepemilikan saham asing di Indonesia diatur lebih lanjut dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal adalah:63

1)

Bidang usaha dalam kegiatan Penananan Modal terdiri atas:

a. Bidang Usaha Yang Terbuka;

b. Bidang Usaha Yang Tertutup; dan

c. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan.

2)

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan: yang dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi; dan

62 Republik Indonesia, UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 12

63 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Pasal 2

b. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu yaitu:

Batasan kepemilikan modal asing, lokasi tertentu, perizinan khusus, modal dalam negeri 100% (seratus persen); dan jatatan, batasan kepemilikan modal dalam kerangka kerjasama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No.

1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.64 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia dan dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hukum (nasional) Indonesia yang lain.

a. Join venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.65

Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi managing director dan yang kedua adalah pihak asing

64 Suny Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal 108.

65 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hal 61

tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing directornya selalu ada ditangan pihak asing.66

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:67

a) Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b) Anchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti:

Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc‘ Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

c) Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan

66 Sunaryati Hartono , Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), Hal 14-15.

67 Aminuddin Ilmar ,Op. Cit., Hal 61-62

dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International Hotel, dan sebagainya.

d) Build, Operation, and Transfer (B.O.T): suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.

b. Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.68

c. Kontrak karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.69

68 Ibid., Hal. 62-63.

69 Ibid., Hal. 63-64.

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit buntuk proyek (barang modal).70

B. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia 1. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing

Momentum dimulainya investasi asing di Indonesia adalah sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. undang-undang ini merupakan payung di dalam menjalankan penanaman modal asing di Indonesia. Undang-undang terdiri dari 13 bab dan 31 pasal.

Undang-Undang ini telah diubah dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing. Pada pada intinya perubahan dan penambahan ketentuan itu adalah berkaitan dengan anggaran keuangan perpajakan yang diberikan kepada penanaman modal asing, terutama yang menanamkan modal dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing). Bidang bidang usaha itu ditentukan oleh pemerintah.71

Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing Juncto Undang-undang nomor 11 tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing telah dijabarkan lebih dengan peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, dan berbagai peraturan peraturan Menteri itu antara lain:72

70 Sunaryati Hartono, Op. Cit., Hal. 14-15.

71 Salim,Op.Cit Hal 152

72 Ibid

1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam perusahaan Penanaman Modal Asing 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1994

tentang kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing

3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 119 tahun 1998 tentang perubahan atas keputusan presiden nomor 97 tahun 1993 tentang tata cara penanaman modal.

4) Keputusan Presiden Nomor 98 tahun 2000 tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal

5) Keputusan Menteri Negara Investasi atau kepala BKPM Nomor.

38/SK?1999 tentang pedoman dan tata cara permohonan penambahan modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.

Keputusan menteri negara investasi/ Kepala BKPM Nomor 38/ SK / 1999 tentang pedoman dan tata cara permohonan penambahan modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing ini telah diubah dengan keputusan kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 tentang pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.73

Namun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan

73 Ibid Hal.154

Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi, yakni dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, mengatur dua macam penamanan modal, yakni penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA).

Undang-Undang 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan peraturan pelaksananya. Dasar hukum yang utama dari kegiatan penanaman modal di Indonesia adalah UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan peraturan-peraturan pelaksananya, antara lain :74

a. Peraturan Perundangan-undangan berkenaan dengan bidang usaha penanaman modal, antara lain:

1) Peraturan Presiden RI No 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

2) Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

b. Peraturan perundang-undangan berkenaan dengan perjanjian penanaman modal, antara lain :

1) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

74 Budiman Gintng Dkk, Op.Cit Hal 8

2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaannya Penanaman Modal

3) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

4) Peraturan-Peraturan daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten /kota terkait dengan pengaturan perijinan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

c. Peraturan perundangan-undangan berkenaan dengan insentif yang diberikan kepada kegiatan penanaman modal antara lain :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan atau Daerah Daerah Tertentu

3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan/ Atau Daerah-Daerah Tertentu

4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Pedoman Fasilitas fiskal yang diberikan kepada penanaman modal

5) Peraturan-Peraturan Menteri Keuangan berkenaaan dengan fasilitas fiskal yang diberikan kepada penanaman modal

6) Peraturan-peraturan daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota terkait dengan pengaturan insentif penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

d. Peraturan perundang-undangan berkenaan dengan penggunaan tenaga kerja asing, antara lain :

1. UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

2. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang;

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Sumber hukum lainnya dari kegiatan penanaman modal adalah peraturan perundang-undangan sektoral yang terkait dengan sector usaha yang dilakukan dalam kegiatan penanaman modal, baik PMA atau PMDN, antara lain :75

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dan peraturan-peraturan pelaksananya;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi dan peraturan-peraturan pelaksananya;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi dan peraturan-peraturan pelaksananya;

75 Ibid Hal 10

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran dan peraturan-peraturan pelaksananya;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Kehutanan dan peraturan-peraturan pelaksananya;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaaan dan peraturan-peraturan pelaksananya;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peratura n-peraturan pelaksananya;

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan peraturan-peraturan pelaksananya;

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan peraturan-peraturan pelaksananya;

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan peraturan-peraturan pelaksananya;

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan peraturan-peraturan pelaksanaannya;

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan –peraturan pelaksananya;

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman dan peraturan-peraturan pelaksanya;

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan-Peraturan pelaksananya;

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan peraturan-peraturan pelaksananya;

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dan peraturan-peraturan pelaksananya;

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan dan peraturan-peraturan pelaksananya;

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang