METODOLOGI PENCAPAIAN TARGET KINERJA
B. Potensi Pengembangan Ke Depan
4) Aspek Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana pengolah ikan yang ada di daerah penelitian menggambarkan kondisi secara umum industry pengolahan ikan di Jawa Tengah yang masih sangat sederhana dan jauh dari memenuhi standar higienitas. Namun demikian, para pelaku usaha tidak merasa kesulitan memproduksi olahan ikan sesuai keinginan konsumen yang mayoritas kelas menengah kebawah.
100
Tabel 3.50. Profil Sarana dan Prasarana Pengolah Ikan (%)
No Keterangan Ya Tidak Lainnya
1 Bangunan Milik Pribadi 70.77 12.31 16.92
2 Bangunan Sudah mencukung 60.00 21.54 18.46
3 Mendapat dukungan masyarakat setempat
79.23 0.77 20.00
4 Memenuhi unsur sanitasi dan higienitas
46.15 30.77 23.08
5 Menginginkan memenuhi standar sanitasi & higienitas
39.23 3.08 57.69
6 Limbah mengganggu lingkungan 26.92 10.00 63.08
7 Peralatan milik Sendiri 81.54 2.31 16.15
8 Peralatan sudah memadai 52.31 27.69 20.00
9 Perlu pembaharuan (modernisasi) peralatan
69.23 10.77 20.00
10 Perlu ada yang menawarkan peralatan modern
60.77 10.00 29.23
11 Alat-alat modern snagat membantu 66.92 1.54 31.54
12 Memanfaatkan bantuan alat yang diberikan kepada kelompok
76.92 1.54 21.54
13 Memiliki peralatan penyimpan frozen, cold storage
63.08 23.08 13.85
14 Memiliki peralatan packing yang baik 36.92 45.38 17.69 15 Air untuk mengolah ikan sumbernya
jauh
78.46 3.85 17.69
16 Tergantung dgn banyaknya air 45.38 34.62 20.00
17 Air yang ada sudah mencukupi 82.31 3.08 14.62
18 Ada kesulitan didalam sarana 72.31 3.85 23.85
19 Prasarana jalan sudah memadai 63.85 16.92 19.23
20 Peralatan sering rusak , terlalu lama digunakan
44.62 26.92 28.46
21 Ada kesulitan dalam transportasi pengiriman
4.62 73.08 22.31
22 Ada kesulitan dalam penerangan 1.54 70.77 27.69
23 Proses transportasi dapat
menyebabkan penurunan kualitas bahan baku ikan
10.77 53.85 35.38
24 Kendaraan transportasi bisa menjaga kualitas bahan baku
35.38 28.46 36.15
25 Kendaraan transportasi milik sendiri 30.77 18.46 50.77 Sumber : Data primer diolah, 2012
Dari data di atas, dijelaskan bahwa profil sarana dan prasarana pengolahan ikan di Provinsi Jawa Tengah yang sudah dimiliki antara lain meliputi: Bangunan milik pribadi, Bangunan pendukung, Mendapat
101
dukungan masyarakat, peralatan milik sendiri, peralatan sudah memadahi, pembaruan, alat-alat moderen, memanfaatkan bantuan peralatan, mempunyai peralatan penyimpang frozen, cold storage, air sudah mencukupi, prasarana jalan sudah memadahi.
Sebagian besar bangunan pengolahan ikan milik pribadi, sebesar 70 % letak bangunan ini menyatu dengan bangunan induk rumah tingggal dan pemukiman penduduk. Letak bangunan pengolahan ikan sudah mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar dikarenakan sebagian warga masyarakat mempunyai aktifitas pengolah ikan jadi soal poplusi udara yang berbau ikan anggota masyarakat sudah terbiasa.
Sanitasi air bersih cukup tersedia dari sumber PDAM dan air tanah dari sumur 60 %, sedangkan pembuangan limbah kotoran ikan dari pengolahan dibuang di saluran pembuangan air setempat belum ada treatment pengolah limbah terpadu, sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap.
Kondisi peralatan pengolahan ikan yang dipergunakan untuk ikan pindang dan ikan asap antara lain berupa kompor gas, air bersih, dandang, besek bambu, garam, frozen, cooll storage, packing sebesar 80% peralatan ini merupakan milik sendiri.. Peralatan tersebut dibuat dan di desain sendiri oleh pengrajin kerjasama bengkel dengan menggunakan teknologi tepat guna. Bantuan dari pemerintah yang berupa peralatan bertehnologi modern sebesar 69 % sangat dibutuhkan oleh pengrajin pengolahan ikan agar tujuan pengolahan ikan berkualitas dan efisien.
Sarana jalan dari tempat pengolahan ikan menuju pasar 63 % dalam kondisi baik. Sedang jenis alat transportasi yang dimiliki dan digunakan antara lain: sepeda motor roda dua, viar roda tiga dan mobil box roda empat, dari jenis alat transpotasi sudah mencukupi akan tetapi dikarena kepadatan arus lalu lintas antar kota besar hal ini menyebabkan terjadi keterlambatan pengiriman ikan sampai di pasar sehingga menyebabkan menurunkan kualitas ikan sampai di pasar 10 %.
102
Tabel 3.51. Asal Peralatan Pengolah
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 Buatan sendiri 18 13.85
2 Membeli 70 53.85
3 Dipinjami 1 0.77
4 Membeli & dipinjami 1 0.77
5 Membeli & buatan sendiri 1 0.77
6 Bantuan 1 0.77
7 Membeli & bantuan 1 0.77
8 Tidak menjawab / 0 37 28.46
Jumlah 130 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi asal peralatan pengolahan ikan berasal buatan sendiri 18 orang, peralatan berasal membeli di pasar sebanyak 80 orang. Selebihnya peralatan pengolahan ikan berasal dari bantuan dan warisan dan pinjaman dari orang lain sebanyak 37 orang lebih.
Tabel 3.52. Sumber Biaya Pembelian Peralatan Pengolah Ikan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 Biaya sendiri 58 44.62
2 Bantuan pemerintah 19 14.62
3 Biaya sendiri & bantuan pemerintah 18 13.85
4 Pinjaman 6 4.62
5 Tidak menjawab / lainnya 29 22.31
Jumlah 130 100.00
Sumber: Data Primer Diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sumber biaya untuk membeli peralatan pengolahan ikan berasal dari: tabungan pribadi 58 orang, bantuan dari pemerintah 19 orang, berasal dari keduanya 18 orang, pinjaman 6 buah, sedangkan yang tidak menjawab 37 orang, sedangkan yang tidak menjawab 29 orang.
103
Tabel 3.53. Sumber Air Pembersih Ikan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 Air sumber 84 64.62
2 Air ledeng 22 16.92
3 Air laut 1 0.77
4 Air sumber & air ledeng 1 0.77
5 Air sumber & air sungai 1 0.77
6 Air ledeng & air sungai 1 0.77
7 Sungai 2 1.54
8 Sumur 1 0.77
9 Tidak menjawab 17 13.08
Jumlah 130 100.00
Sumber: Data Primer Diolah
Dari tabel di atas sumber air yang digunakan dalam pencucian ikan berasal dari sumber air tanah 84 orang, berasal dari air ledeng (PDAM) 22 orang, sedangkan yang tidak menjawab 17 orang.
Tabel 3.54. Pihak Penanggungjawab Pemelihara prasarana jalan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 Masyarakat 6 4.62
2 Murni pemerintah 59 45.38
3 Masyarakat & Pemerintah 41 31.54
4 Tidak menjawab / lainnya 24 18.46
Jumlah 130 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pihak yang bertanggungjawab dalam pemeliharaan prasarana jalan adalah Pemerintah 59 orang, Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat 41 orang, sedangkan yang tidak menjawab 24 orang.
Tabel 3.55. Jenis Penerangan Dalam Memproduksii ikan olahan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 PLN 100 76.92
2 Genzet - -
3 PLN & genzet 1 0.77
4 Tidak menjawab / lainnya 29 22.31
Jumlah 130 100.00
104
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis penerangan yang digunakan dalam proses pengolahan ikan dari PLN 100 orang , PLN & Genzet 1 orang, sedangkan yang tidak menjawab 29 orang.
Tabel 3.56. Bahan Bakar Pengolah Ikan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1 Kayu bakar 25 19.23
2 Kompor gas 26 20.00
3 Kayu bakar dan Kompor gas 13 10.00
4 Tidak menjawab / lainnya 66 50.77
Jumlah 130 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahan bakar yang digunakan dalam proses pengolahan ikan berasal dari kayu bakar sebanyak 25 orang, dari kompor gas 26 orang, kayu bakar dan kompor gas (gabungan) 13 orang, selebihnya yang tidak menjawab 66 orang.
Persoalan sarana dan prasarana memang menjadi hambatan paling besar dalam meningkatkan mutu hasil perikanan. Hampir semua pengolah ikan tradisional belum memiliki sarana prasarana yang memadai sebagai standar keamanan pangan yang baik. Persoalan sanitasi dan higienitas belum bisa diwujudkan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki pengusaha.
Persoalan lain adalah dalam pengemasan dan pengiriman hasil olahan. Sebagain besar mengalami kesulitan dalam menjaga kualitas produk, baik berupa kelembaban maupun perlindungan dari bakteri. Persoalan pokok sarana dan prasarana pengolahan ikan meliputi rendahnya sanitasi air bersih, rendahnya kualitas bahan baku, pengolahan belum masuk ke sentra pemasaran, pengolahan belum masuk bahan baku dan pemasaran,
Di Kabupaten Rembang sebagai penghasil pengolahan ikan pindang mengalami kekurangan tentang sarana dan prasarana, antara lain: bangunan, kompor, dandang, besek, garam, Es sanitasi, alat timbang, kotak pendingin, alat transportasi. Di Kabupaten Pati potensi terbesarnya adalah pengolahan ikan pindang dan ikan asap kondisi
105
sarana dimana menggunakan sanitasi yang kotor, pembuangan limbah dan peralatan pengolahan yang terbilang kotor.
Di Kota Pekalongan sebagai sentra penghasil ikan asin dan olahan ikan kondisi sarana dan prasarananya berupa bangunan, garam, rak bambu, kotak pendingin, penggilingan ikan, pencucian, alat rebus, alat penggorengan, pengemasan alat transportasi.). Kabupaten Brebes sebagai sentra penghasil ikan asap dan ikan asin kondisi sarana prasarananya berupa bangunan, kompor, dandang, besek, garam, Es sanitasi, alat timbang, kotak pendingin, Garam, rak bambu, alat transportasi. Kabupaten Cilacap sebagai sentra penghasil ikan segar dan ikan asap kondisi sarana prasarana berupa bangunan, pisau, alat timbang, sanitasi, garam dan kotak pendingin, alat transportasi. Ringkasan kebutuhan sarana dan prasarana di lokasi penelitian seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.57. Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Pada Industri Makanan Berbahan Baku Ikan Laut di derah penelitian
No Kabupaten /
Kota Produk olahan
Kebutuhan Sarana dan prasarana
1 Kab.
Rembang
Pindang, Kering/Asin, Terasi, Asap
Cool box , Cold stroge, Cerobong pengasapan, Treatmen
pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
2 Kab. Pati Pindang,
Terasi, Asap, Bandeng, Bandeng olahan
Blung berinsulasi, Cool box , Cold stroge, Cerobong pengasapan, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
3 Kota
Pekalongan
Ikan Olahan. Ikan Kering
Trays, Troley, Ice crusher, Chest frezeer, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih
4 Kab. Brebes Pindang, Asap, Kering
Troley, Cerobong pengasapan, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
5 Kab. Cilacap Kering, Segar, Kerupuk
Ice crusher , Chest frezeer, Peralatan pengolahan, Mesin pembuat sosis, Meat bone sparator, Cold storage Sumber: Data Primer
106
Dari data di atas, di jelaskan bahwa secara umum kebutuhan pengembangan sentra pengolahan makanan olahan berbahan ikan di lima Kabupaten, Kota membutuhkan intitusi baik berupa Koperasi yang menyediakan kebutuhan: Permodalan, Stok bahan baku ikan segar dan sejumlah peralatan pengolahan secara terperincian sebagai berikut:
Kabupaten Rembang sebagai sentra Pindang, Ikan kering/asin, terasi dan ikan asap membutuhkan: Cool box , Cold stroge, Cerobong pengasapan, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
Kabupaten Pati sebagai sentra Ikan Pindang, terasi, ikan asap, Pindang bandeng lunak, dan bandeng olahan membutuhkan: Blung berinsulasi, Cool box , Cold stroge, Cerobong pengasapan, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
Kota Pekalongan sebagai sentra Ikan Olahan. Ikan Kering membutukan: Trays, Troley, Ice crusher, Chest frezeer, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.
Kabupaten Brebes sebagai sentra Ikan Pindang, Ikan Asap dan Ikan kering membutuhkan: Troley, Cerobong pengasapan, Treatmen pembungan limbah, Tempat pejemuran ikan, PDAM atau air bersih.