• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Suplai Bahan Baku

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 102-106)

PROGRAM KEGIATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI- 42 9. Net Present Value (NPV)

2. Aspek Suplai Bahan Baku

Pada Bab II di laporan ini telah dijelaskan mengenai kekayaan Indonesia akan batubara. Meskipun saat ini jumlah cadangan batubara jauh lebih besar dari konsumsi dalam negeri namun pemerintah harus benar-benar menghitung kecukupan jumlah cadangan batubara tersebut agar jangan sampai ketika teknologi pemanfaatan batubara seluruhnya hendak diaplikasikan namun kesulitan mencari bahan baku. Apalagi jika sampai Indonesia harus mengimpornya. Atau meskipun dapat diperoleh dalam negeri namun harganya sudah mahal oleh karena stripping rationya yang sudah tinggi. Jangan sampai skenario yang terjadi di minyak bumi terulang lagi di batubara. Pada Gambar 6.11 dapat dilihat realisasi dan prediksi untuk produksi dan penjualan batubara hingga tahun 2030.

VI-46

2012 2013 2014 2015 2020 2025 2030 Batas Tengah Produksi – BAU 407 421 397 403 439 475 512 Batas Tengah Ekspor – BAU 340 349 324 329 358 387 417 Batas Tengah Domestik – BAU 67 72 73 75 81 88 95

Gambar 6.11 Realisasi dan prediksi produksi dan penjualan batubara

Konsep ketahanan energi nasional harus benar-benar diterapkan dalam kasus perbatubaraan ini. Kebijakan yang dapat diterapkan agar ketahanan energi nasional dapat tercapai adalah melalui :

a. Pengendalian produksi

Produksi batubara harus dikendalikan, terutama pada saat harga batubara saat ini semakin turun. Jika produksi batubara tidak dikendalikan maka pasokan batubara ke dunia perdagangan akan melimpah sehingga harga akan turun. Semakin cepat eksploitasi juga akan menyulitkan bagi penanggulangan masalah lingkungan hidup.

b. Kebijakan pencadangan batubara

PT PLN telah merencanakan pembangunan PLTU berbasis batubara pada proyek 10.000 MW Tahap 1 dan Tahap 2 percepatan produksi listrik. Batubara masih menjadi energi dengan biaya termurah saat ini di Indonesia dan menjadi tumpuan negara. Oleh karena itu perlu dipikirkan upaya untuk menyisakan atau mencadangkan persediaan batubara Indonesia bagi generasi mendatang. Langkah yang perlu diambil antara lain adalah menyiapkan wilayah cadangan batubara nasional sebagai cadangan negara untuk menjamin kesinambungan kebutuhan energi nasional dalam jangka panjang yang di atur dalam bentuk undang-undang sehingga mempunyai kekuatan hukum yang kuat.

c. Mengurangi ekspor secara bertahap

Porsi ekspor dibandingkan konsumsi dalam negeri sangat jauh dan berpotensi membahayakan cadangan batubara nasional. Pelarangan ekspor secara tiba-tiba akan sangat tidak bijaksana

VI-47

mengingat beberapa perusahaan batubara telah memiliki kontrak jangka panjang dan ada resiko social dan ekonomi akibat banyaknya perusahaan batubara yang tutup. Dengan demikian langkah yang dapat diambil adalah mulai mengurangi ekspor secara bertahap.

3. Aspek Pasar

Peningkatan produksi suatu barang atau komoditas harus diimbangi dengan peningkatan konsumsi atau perluasan pasarnya. Apabila tidak, maka akan berakibat tingginya persaingan antara produsen serta menurunnya harga komoditas tersebut diakhiri dengan matinya sejumlah produsen. Hal ini harus diperhatikan oleh pemerintah dan dari hasil diskusi dengan pengusaha batubara juga merupakan kekhawatiran utama mereka. Pengusaha batubara yang tergabung dalam APBI sebagian besar menolak untuk melakukan investasi dalam aplikasi teknologi pemanfaatan batubara dalam skala komersial yang memerlukan biaya investasi tinggi. Alasannya sederhana, siapa yang akan menggunakan ?.

Ditinjau dari jumlah penduduk, potensi pasar Indonesia adalah sangat besar. Ditambah dengan semakin tingginya harga komoditas energi yang lain di pasaran internasional maka sebenarnya potensi batubara untuk menjadi substitusi adalah sangat besar. Oleh karena itu beberapa industri yang mengalami kenaikan biaya energi yang sangat signifikan dipaksa oleh keadaan untuk beralih ke batubara. Sayangnya, sangat sedikit sekali yang melakukan hal seperti itu. Salah satu penyebab utamanya adalah karena masih adanya subsidi energi terhadap BBM serta kesulitan yang dialami pengusaha dalam perijinan terkait pengusahaan batubaranya dan juga dalam mengatasi masalah limbahnya. Industri pengguna gasifikasi batubara di Medan sudah mengajukan ijin untuk memproses limbah batubara kepada dinas lingkungan hidup Pemerintah daerahnya namun hingga lebih dari 1 tahun ijin tersebut tidak diperoleh.

Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi antara lembaga/kementrian di Indonesia yang menangani energi, industri, perdagangan, keuangan dan lingkungan hidup adalah sangat penting. Melalui koordinasi itu diharapkan tercipta rencana strategis yang matang dalam upaya meningkatkan konsumsi batubara di dalam negeri tanpa merusak lingkungan hidup serta meningkatkan pendapatan daerah atau pendapatan nasional.

4. Aspek Finansial

Aspek finansial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelayakan teknologi pemanfaatan batubara yang diteliti secara finansial. Tentunya pemerintah juga tidak mengharapkan untuk memaksa industri untuk mengaplikasikan teknologi pemanfaatan batubara yang pada akhirnya akan merugikan pengusaha tersebut. Berdasarkan hasil kajian keekonomian yang dilakukan maka seluruh teknologi pemanfaatan batubara (kecuali TIGAR) sudah layak secara finansial. Meskipun demikian oleh karena

VI-48

hingga kini teknologi yang diteliti masih berupa penelitian maka kajian keekonomian yang dilakukan masih perlu diperdalam lagi menjadi studi kelayakan yang bankable.

Pada kenyataannya, di masyarakat Indonesia sendiri sudah ada beberapa industri yang mengaplikasikan teknologi pemanfaatan batubara yaitu gasifikasi batubara. Industri tersebut membeli teknologi gasifier dari China dan kemudian memodifikasinya secara otodidak agar cocok dengan batubara Indonesia. Dari hasil kunjungan lapangan, umumnya industri tersebut awalnya adalah pengguna gas namun karena keterbatasan pasokan gas dan harganya yang terus meningkat maka mereka terpaksa menggunakan batubara. Secara finansial, salah satu perusahaan di Medan, mengungkapkan bahwa penghematan yang dapat diperoleh berkat penggunaan gasifikasi batubara dapat mencapai Rp 20 juta perhari atau setara dengan Rp 6,5 Milyar per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pemanfaatan batubara sudah menguntungkan.

Ditinjau dari sisi makro ekonomi, maka penggunaan batubara akan sangat menguntungkan bagi pemerintah. keuntungan itu antara lain :

a. Pengurangan subsidi BBM

Peningkatan konsumsi batubara di dalam negeri diharapkan dapat mengurangi subsidi BBM yang saat ini dirasakan semakin memberatkan keuangan pemerintah Indonesia. Dalam APBN-P 2013 diketahui bahwa BBM yang disubsidi mencapai lebih dari Rp 250 triliun rupiah. Jika penggunaan BBM sebagai sumber energi dapat dikurangi maka akan membantu mengurangi subsidi pemerintah.

b. Penghasilan untuk negara dari Pajak Perusahaan

Semakin banyak perusahaan yang beralih ke batubara maka akan semakin mengurangi biaya energinya dan akan meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga pajaknya pun akan meningkat. Makin banyak pabrik komersial teknologi pemanfaatan batubara maka akan meningkatkan pendapatan negara.

c. Peningkatan nilai tambah

Daripada mengekspor batubara dalam bentuk wantah ke luar negeri, akan jauh lebih baik jika batuabra tersebut dijadikan energi untuk menghasilkan produk yang akan diekspor. Dengan demikian akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia.

d. Menciptakan lapangan kerja

Pembangunan pabrik pemanfaatan batubara akan memberikan lowongan pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat indonesia umumnya dan bagi masyarakat sekitar pabrik pada khususnya. Lowongan pekerjaan ini akan terbuka sejak pekerjaan konstruksi pabrik dimulai hingga kemudian beroperasinya pabrik pemanfaatan batubara tersebut. Hal ini akan membantu program pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan mengurangi pengangguran.

VI-49

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 102-106)