• Tidak ada hasil yang ditemukan

24 Harga Pokok Produksi

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 81-86)

PROGRAM KEGIATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI- 24 Harga Pokok Produksi

Kapasitas Produksi = 1.065.900 ton/tahun atau 11.561.817 MMBtu

Harga Pokok Produksi = USD 40.583.468,- 11.561.817 MMBtu = USD 3.51,- /MMBtu

Berdasarkan uraian hitungan ekonomi tersebut di atas, teridentifikasi bahwa usaha pembuatan gas dengan gasifikasi batubara tidak layak untuk direalisasi dengan karena menghasilkan nilai IRR yang lebih kecil dari 16%.

a. IRR : 10,6%

b. Payback period : 6 tahun 8 bulan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi TIGAR untuk saat ini belum layak sementara teknologi gasifikasi batubara untuk dual fuel sudah layak dan dapat dikembangkan lebih lanjut.

B. Teknologi Coal Water Mixture

Untuk teknologi CWM ini dapat dibagi dua yaitu teknologi CWM yang berbahan baku batubara kalori rendah yang mengalami proses upgrading sebelum dicampur air untuk menjadi CWM. Teknologi lainnya adalah teknologi berbahan baku batubara bituminous yang tidak perlu menggunakan proses upgrading. Oleh karena tema pada penelitian kali ini adalah untuk mengkonfirmasi penggunaan batubara bituminous sebagai bahan baku maka analisa keekonomian juga akan menghitung teknologi ini.

Untuk mengetahui prospek teknologi CWM ini maka dilakukan evaluasi financial dengan melakukan proyeksi pembangunan pabrik komersial CWM berkapasitas produksi 1 juta ton per tahun. Evaluasi finansial terutama kriteria profitabilitas adalah upaya menilai kelayakan finansial dengan melihat kepada keuntungan finansial yang dapat diperoleh investor dan juga keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat, daerah, atau negara. Evaluasi finansial menggunakan rasio-rasio finansial dasar yang umum digunakan dalam menentukan profitabilitas finansial yaitu Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Return on Investment (ROI) dan Payback Period (PP).

Untuk menghitung nilai finansial proyek CWM maka diperlukan data-data yang berhubungan dengan arus kas masuk dan arus kas keluar. Data-data tersebut antara lain : data pemasukan, data pengeluaran, informasi tentang royalti dan pajak. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan kriteria finansial proyek CWM sebagaimana terlihat pada Tabel 6.11 adalah :

VI-25

Tabel 6.11 Ringkasan asumsi analisis finansial CWM

Kapasitas produksi (ton/tahun) 1.000.000

Biaya konstruksi (US$ Juta) 250

Periode konstruksi (tahun) 2

Umur ekonomis pabrik (tahun) 15

Harga batubara wantah (US$/ton CWM) 84

Biaya proses CWM (US$/ton CWM) 30

Pajak perusahaan (%) 25

Modal sendiri/ Equity (%) 100

Harga jual CWM (US$/ton) 250

a. Investasi pabrik

Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik komersial CWM berkapasitas 1 juta ton/tahun adalah sebesar US$ 250-320 juta (Umar, dkk, 2009). Oleh karena untuk membangun pabrik CWM berbahan baku batubara kalori tinggi tidak memerlukan fasilitas upgrading maka diasumsikan biaya pembangunan adalah US$ 250 juta.

b. Biaya batubara

Jika pengusaha CWM merupakan pengusaha pertambangan batubara maka biaya batubara bisa ditekan menjadi biaya produksi tambang batubara. Sementara jika pengusaha CWM bukan merupakan pengusaha batubara maka berdasarkan harga pasar. Harga rata-rata untuk batubara kalori tinggi berdasarkan data dari Ditjen Minerba KESDM yaitu USD 84/ton.

c. Biaya proses pembuatan CWM

Berdasarkan keterangan dari pihak JGC maka biaya yang diperlukan untuk mencampurkan batubara, air dan aditif termasuk pembelian bahan baku aditifnya adalah US$ 30 per ton CWM. d. Pajak perusahaan

Berdasarkan Pasal 17 UU No. 36/2008, sejak tahun 2010 tarif pajak wajib badan adalah 25%. e. Harga jual produk CWM

Pihak Jepang saat ini memperhitungkan harga jual produk CWM adalah US$ 150 per ton. Sedangkan jika diperbandingkan dengan harga minyak bakar MFO (marine fuel oil) PT Pertamina saat ini yang berharga Rp 6.352,-/liter (termasuk PPN 10%) (PT Duamitra Oil, 2011) atau Rp 6.416,-/kg (dengan spesific gravity 0,99 kg/liter) (PT Pertamina Indonesia, 2011) dan kurs rupiah-dollar saat ini dimana 1 US$ = Rp 9.000,- maka harga MFO adalah US$ 712/ton. Dengan asumsi bahwa 1 kg MFO setara dengan 2 kg CWM maka harga jual CWM maksimal adalah sebesar US$ 356/ton. Diasumsikan bahwa harga jual CWM adalah lebih murah 30% agar menarik bagi calon konsumen maka dijual seharga US$ 250/ton.

VI-26

Dengan menggunakan asumsi-asumsi di atas maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: 1. Biaya modal

Usaha CWM ini akan menggunakan modal sendiri sebesar 100 % (entity basis). Perhitungan biaya modal menggunakan CAPM (Capital Asset Pricing Model).

- Biaya modal sendiri adalah : Ke = Rf + (Rm-Rf) = 16 %

Rf = imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun = 10,5 % (UBS Investment

Research,2006)

 = diasumsikan perusahaan ini seimbang dengan perusahaan sejenis di Indonesia sehingga nilai  = 1

Rm = imbal hasil perusahaan sejenis (sektor energi) di Indonesia = 16 % (UBS Investment Research,2006)

2. Perhitungan Arus Kas

Berdasarkan asumsi pada Tabel 6.11 maka dapat dihitung arus kas yang masuk pada proyek CWM ini sebagaimana terlihat pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12 Perhitungan arus kas masuk CWM

Perhitungan Arus Kas Masuk per tahun (US$)

Pendapatan

- 1 juta ton @ US$250 250.000.000

Pengeluaran

- Biaya batubara wantah 84.000.000

- Biaya pembuatan CWM 30.000.000

Keuntungan sebelum pajak 136.000.000

Pajak 25% 34.000.000

Arus kas masuk 102.000.000

3. Net Present Value (NPV).

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 6.13 maka nilai NPV dengan menggunakan discount rate 16% adalah US$ 319 juta

VI-27 Tabel 6.13 Perhitungan NPV CWM Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total Investasi Awal -250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -150 Arus Kas 0 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 1530 PV @ 16% 1 0,862 0,743 0,641 0,552 0,476 0,41 0,354 0,305 0,263 0,227 0,195 0,168 0,145 0,125 0,108 PV Arus Kas -250 87,9 75,8 65,4 56,3 48,6 41,8 36,1 31,1 26,8 23,2 19,9 17,1 14,8 12,8 11,0 319

4. Internal Rate of Return (IRR)

Perhitungan nilai IRR untuk periode 15 tahun dengan menggunakan metode coba-coba adalah sebesar 40,6%, sebagaimana terlihat pada Tabel 6.14

Tabel 6.14 Perhitungan IRR CWM

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total Investasi Awal -250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -150 Arus Kas 0 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 102 PV @ 40,6% 1 0,71 0,51 0,36 0,26 0,18 0,18 0,09 0,06 0,05 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 PV Arus Kas -250 72 52 37 27 18 18 9 6 5 3 2 2 1 1 1 5

5. Return on Investment (ROI) Nilai ROI adalah sebesar 40,8 %

ROI = (102/250) X 100 % = 40,8 %

Kesimpulan Analisis Finansial CWM

1. NPV membandingkan antara nilai uang saat ini dengan masa mendatang dengan memasukkan inflasi dan keuntungan ke dalam perhitungan. Jika NPV proyek bernilai positif, proyek seharusnya diterima. Namun jika NPV bernilai negatif, proyek harus ditolak karena arus kas juga akan menjadi negatif. Dengan nilai NPV US$ 319 juta maka proyek pembangunan pabrik komersial CWM ini secara ekonomi menguntungkan.

2. IRR menunjukkan tingkat pertumbuhan proyek yang diharapkan dapat dicapai. Umumnya dibandingkan dengan rates of return yang didapat dari pasar keuangan. Nilai IRR proyek CWM sebesar 40,6% terbilang besar bila dibandingkan dengan rates of return yang didapat dari pasar keuangan misalnya dibandingkan dengan deposito sebesar 6,5% atau obligasi pemerintah dan perusahaan swasta yang berkisar 10-15% (Penilai Harga Efek Indonesia, 2011).

VI-28

3. ROI digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu investasi dan tidak ada perhitungan yang benar-benar tepat sehingga metode perhitungan yang berbeda dapat digunakan untuk menghitung produk yang sama. Nilai ROI proyek CWM sebesar 40,8% mencerminkan bahwa investasi ini menguntungkan.

4. Analisis di atas menunjukkan bahwa dengan kondisi serta asumsi yang diberikan oleh pihak JCG maka pabrik komersial CWM ditinjau dari analisis finansial layak dan menguntungkan. Meskipun demikian, hasil di atas hanya merupakan gambaran saja dari proyek ini karena data yang ada kurang detail. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat maka dibutuhkan data serta analisis yang lebih detil dan lebih lengkap antara lain perlu dirinci faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus kas perusahaan baik dari sisi pengeluaran maupun dari sisi pendapatan serta seberapa besar pengaruhnya terhadap kemampulabaan perusahaan.

C. Teknologi Upgrading Batubara

Oleh karena teknologi upgrading batubara yang telah mencapai tahap demo plant dan menyatakan siap secara komersial adalah UBC (Upgraded Brown Coal) dari Jepang maka kajian keekonomian ini akan membahas tentang prospek komersialisasi teknologi UBC tersebut di Indonesia. Analisa kelayakan usaha ini hanya akan memperhitungkan aspek finansial berdasarkan studi pustaka. Pembangunan pabrik komersial UBC ini termasuk dengan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara berkapasitas 14,6 MW (Coal & Energy Project, 2002).

Beberapa asumsi utama yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Biaya konstruksi

Pihak Kobe Steel Ltd. telah menghitung kebutuhan biaya konstruksi untuk pabrik komersial UBC adalah US$ 101,1 juta. Dengan mengasumsikan bahwa penggunaan produksi dalam negeri dapat mengurangi beban biaya maka diasumsikan bahwa penggunaan produk dalam negeri akan menghemat 15% biaya konstruksi sehingga biaya konstruksi adalah US$ 86 juta.

b. Biaya tanah

Oleh karena pabrik akan didirikan di atas tanah konsesi mitra investasi UBC, maka diasumsikan bahwa biaya pembebasan tanah tidak dianggarkan atau bebas biaya.

c. Nilai tukar

VI-29

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 81-86)