• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produsen pupuk meminta perlakuan khusus terhadap harga batubara yang akan digunakan di pupuk karena dengan harga yang sekarang tidak ekonomis. Mungkin mirip dengan harga

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 60-75)

PROGRAM KEGIATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Produsen pupuk meminta perlakuan khusus terhadap harga batubara yang akan digunakan di pupuk karena dengan harga yang sekarang tidak ekonomis. Mungkin mirip dengan harga

batubara untuk pembangkit listrik mulut tambang. Pemerintah sedang mengkaji hal ini karena dibandingkan dengan Pembangkit listrik mulut tambang penentuan harga batubara untuk yang lainnya akan lebih rumit karena mengandung biaya transportasi, pengangkutan dan lain-lain. 3. Regulasi mengenai industri gasifikasi batubara dipertanyakan karena ada potensi sengketa antara

KESDM dan Kemenperin. Didalam KESDM sendiri ada potensi sengketa antara Ditjen Minerba, Ditjen Migas dan Ditjen EBTKE. Hal itu dapat terjadi karena masing-masing memiliki UU masing-masing.

4. Permasalahan yang utama dalam penerapan teknologi gasifikasi batubara adalah : a. Harga batubara yang cukup tinggi, tidak kompetitif dengan harga gas alam.

b. Regulasi yang belum jelas, pihak kementrian mana yang bertanggung jawab serta peraturan royalti batubara yang diharapkan dapat memberi insentif bagi pengusahaan gasifikasi batubara.

c. Perbedaan pandangan antara pemegang IUP dan pengguna gas dari gasifikasi batubara yang perlu dijembatani melalui seminar atau FGD semacam ini untuk menyamakan persepsi.

B. Mengikuti KBR Coal Seminar yang diselenggarakan oleh KBR dalam rangka sosialisasi teknologi dan skema bisnis yang dimiliki oleh KBR di Indonesia. Acara diselenggarakan pada tanggal 28 Agustus 2013 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta. Pada acara tersebut beberapa tema yang dipresentasikan adalah :

1. Pengantar tentang perusahaan KBR.

VI-4

3. Perkembangan teknologi TRIG yang dapat menghasilkan syngas. 4. Teknologi batubara untuk listrik.

5. Teknologi batubara untuk bahan kimia.

Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa KBR adalah perusahaan besar yang didukung oleh Lembaga Energi Amerika. KBR telah mengembangkan teknologi gasifikasi yang menghasilkan syngas dan dapat diaplikasikan untuk menghasilkan bahan kimia atau listrik. Saat ini KBR berusaha mengaplikasikan teknologi tersebut di Indonesia namun belum berhasil menemukan mitra kerja yang cocok khususnya perusahaan pemilik tambang.

C. Mengikuti acara diskusi di BKPM mengenai teknologi gasifikasi ECUST (East China University of Science and Technology) dari Cina serta teknologi pencairan batubara dari CCT dan presentasi dari lembaga investasi dari Inggris yaitu Stern Stewart Capital Partners. Beberapa kesimpulan dari pertemuan tersebut adalah :

1. Bahwa teknologi gasifikasi tersebut belum pernah diujicoba dengan batubara dari Indonesia. Oleh karena itu perlu diuji coba khususnya batubara peringkat rendah.

2. Perusahaan CCT saat ini sedang mengembangkan teknologi pencairan batubara yang berada dalam tahap demoplant di Cina.

3. Perusahaan Stern Stewart mengajak perusahaan tambang batubara untuk ikut serta menanamkan modal di teknologi pencairan batubara CCT. Imbalannya mereka akan mendapatkan prioritas pertama untuk berinvestasi jika diaplikasikan di lokasi lain dan ikut mendapatkan royalti.

4. Perusahaan tambang di Indonesia melalui APBI menyatakan kekurangtertarikan perusahaan tambang jika harus berinvestasi lagi di teknologi pemanfaatan batubara, mayoritas hanya bersedia menjadi supplier batubara.

D. Hasil kunjungan ke Kalimantan Tengah di Palangkaraya mendapatkan informasi bahwa penerapan teknologi pemanfaatan batubara di Kalteng khususnya Palangkaraya saat ini kurang berpotensi oleh karena industri di Palangkaraya belum tumbuh. Penyebab utamanya adalah Kalimantan Tengah kurang mendapatkan pasokan listrik. Prioritas utama Pemerintah daerah Kalimantan Tengah saat ini adalah meningkatkan pasokan listrik baik melalui pembangunan pembangkit listrik atau dengan penyambungan kabel ke jalur transmisi listrik dengan sumber dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

E. Hasil kunjungan ke Sumatera Selatan di Palembang mendapat informasi bahwa pemanfaatan batubara selain untuk PLTU awalnya ada yaitu digunakan untuk industri karet dan kelapa sawit. Setelah berubah dari solar ke batubara, sejak setahun lalu berganti lagi menjadi pengguna cangkang kelapa sawit. Pengguna briket batubara juga sudah berubah ke gas alam atau LPG. Terdapat potensi peningkatan konsumsi batubara di Provinsi Sumatera Selatan melalui pembangunan pabrik 2B di

VI-5

Pupuk Sriwijaya yang rencananya akan menggunakan batubara. Selain itu ada rencana kegiatan MP3EI yang hendak membangun kawasan industri khusus (KIK). Rencana ini juga berpotensi menggunakan batubara sebagai sumber energinya.

F. Hasil kunjungan ke Medan di Sumatera Utara mendapat informasi tentang hambatan utama penerapan teknologi upgrading batubara menggunakan produk kelapa sawit di Indonesia adalah harga beli produk kelapa sawit yang mahal. Diskusi dengan pengusaha teknologi gasifikasi batubara juga menunjukan bahwa salah satu permasalahan utama dari penerapan teknologi gasifikasi batubara adalah karena ijin pengolahan atau pemanfaatan limbahnya sangat lama diproses oleh pemerintah daerah hingga tahunan.

G. Hasil kunjungan ke Tarakan, Kalimantan Utara dan mendapatkan informasi tentang upaya pengembangan teknologi upgrading batubara yang baru di konsesi perusahaan batubara PT BEP dengan menggunakan bahan kimia. Selain teknologi upgrading, PT BEP juga terbuka untuk pengembangan teknologi pemanfaatan batubara apapun yang hendak bekerjasama dengan PT BEP sepanjang PT BEP hanya menyediakan lahan dan supplai bahan baku batubara.

6.1.3 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

A. Focus Group Discussion 1

Focus Group Discussion (FGD) 1 dilaksanakan di Hotel Horison Bogor pada tanggal 17 Oktober 2013 dengan tema “Percepatan Komersialisasi Pemanfaatan Batubara Berbasis Clean Coal Technology (CCT)”. Tujuannya adalah untuk mempercepat penerapan teknologi batubara secara komersial di Indonesia. Sedangkan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan konsumsi batubara di dalam negeri.

FGD dilaporkan oleh Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), dibuka oleh Sekretaris Badan Litbang ESDM mewakili Kepala Balitbang ESDM dan dihadiri oleh sekitar 50 orang peserta (diluar panitia) serta 3 orang pembahas yang dimoderatori oleh Prof. Bukin Daulay. Pembahas yang hadir adalah Drs. Eddy Prasojo, M.Sc (Direktur Pengusahaan Batubara- KESDM), Dr. Ir. Miftahul Huda (Peneliti dari Puslitbang Tekmira) dan M Faizal (BKPM).

1. Isi laporan, sambutan dan paparan narasumber adalah sebagai berikut :

Laporan dari Kepala Puslitbang tekMIRA

Ibu Retno Damayanti, selaku Kepala Puslitbang tekMIRA, menyampaikan harapannya bahwa dari FGD ini akan diperoleh masukan-masukan bagi pemangku kepentingan untuk mengambil langkah yang tepat dalam pengembangan dan pemanfaatan batubara sehingga industri hilir batubara dapat cepat tumbuh. Puslitbang tekMIRA juga sedang mengembangkan berbagai jenis teknologi pemanfaatan batubara seperti teknologi pembakaran batubara dengan

VI-6

cyclo burner, Gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel, Gasifikasi batubara untuk industri kecil dan menengah, pembuatan karbon aktif dan kokas berbasis batubara peringkat rendah, upgrading batubara dan lain lain. Puslitbang tekMIRA juga aktif menjalin kerjasama baik dengan institusi didalam negeri maupun luar negeri untuk bersinergi dalam rangka mendorong pengembangan teknologi pengolahan dan pemanfaatan batubara untuk meningkatkan ketahanan energi dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Sambutan Kepala Badan Litbang ESDM (Balitbang ESDM)

Mewakili Bapak F.X. Sutijastoto, Kepala Balitbang ESDM : Bapak Agus Cahyono Adi, Sekretaris Balitbang ESDM Indonesia menyambut seluruh peserta FGD. Beliau menyampaikan juga target utama Badan Litbang ESDM di bidang energi ada 2 yaitu :

1) Mendukung ketahanan energi melalui bauran energi yang optimal dan terbangunnya infrastruktur energi;

2) Mendukung nilai tambah batubara.

Dari statistik juga ditunjukkan bahwa rasio cadangan Indonesia dibandingkan negara lain adalah sangat kecil namun Indonesia malah menjadi negara pengekspor terbesar di dunia. Tantangan terhadap pengembangan teknologi batubara adalah masalah emisi. Diharapkan teknologi yang dihasilkan merupakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan. Pada akhir, beliau mengajak seluruh peserta FGD untuk bersama-sama mencari solusi dalam percepatan penerapan teknologi batubara bersih dengan tepat untuk memberikan manfaat yang optimal. Manfaat utama yang diharapkan adalah pengurangan subsidi BBM.

Kebijakan Batubara Indonesia

Bapak Edi Prasodjo, sebagai wakil dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menjelaskan dalam presentasinya, antara lain hal-hal sebagai berikut:

- Pemikiran tentang batubara sebagai sumber energi strategis bagi Indonesia serta sangat diperlukan dalam perekonomian Indonesia merupakan tanggung jawab bersama seluruh lapisan pemerintahan dan masyarakat seperti Kementerian ESDM, DPR, Akademisi, Peneliti dan lainnya.

- Hingga saat ini 70-80% dari produksi batubara adalah untuk ekspor sementara sisanya dikonsumsi dalam negeri, dan pertumbuhan ekspor Indonesia paling cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor negara lain; oleh karena itu pemerintah sangat mendukung upaya untuk peningkatan konsumsi batubara dalam negeri;

- Adanya perbedaan data produksi dan ekspor Ditjen Minerba dengan data di Kemendag dan BPS, perbedaannya bisa mencapai 50 juta ton. Data di Minerba berasal dari laporan

VI-7

produsen batubara dan ada kemungkinan produsen tidak melaporkan seluruhnya. Saat ini sedang dikaji permasalahan dan solusinya bersama-sama dengan Kemendag dan BPS. Diharapkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan lagi.

- Adanya dualisme dari kebijakan pemerintah dan DPR yakni satu sisi diharuskan menjadikan batubara sebagai cadangan strategis negara dan harus dieksploitasi dengan hati-hati namun di sisi lain batubara sebagai andalan penerimaan negara dan setiap tahun targetnya terus naik. Pada tahun ini di saat harga batubara turun dan target penerimaan negara dari batubara naik maka mau tidak mau kuantitas batubara yang diekspor harus naik.

- Survey Fraser menempatkan Indonesia di peringkat terbawah dalam masalah kebijakan. Namun menjadi kontradiksi jika dibandingkan dengan pertumbuhan investasi di Indonesia khususnya tambang tingkat menengah yang semakin banyak berdiri di Indonesia.

- Arah kebijakan dari perbatubaraan Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Melaksanakan prioritas pemenuhan batubara untuk kebutuhan dalam negeri; 2) Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan; 3) Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan;

4) Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara;

5) Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang.

6) Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan dan pemantauan lingkungan, termasuk reklamasi dan pascatambang.

- Sedang direncanakan skenario pengendalian ekspor dan pengendalian produksi; kebijakan ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait. Tidak hanya Ditjen Minerba saja. Contoh di China target tingkat produksi ditentukan oleh Sekjen Partai Komunis dan kebijakan lembaga lainnya mengacu kepada target tersebut.

- Tantangan yang dihadapi kedepan antara lain adalah perlunya diterapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sosial, ekonomi, lingkungan) sebagai dasar di dalam pengembangan pertambangan yang baik dan benar. Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah tumpang tindih perizinan, infrastruktur dll.

Kesiapan Aplikasi Teknologi Konversi Batubara

Wakil dari Puslitbang tekMIRA, Bapak Miftahul Huda menyampaikan presentasinya sebagai berikut :

- Produksi minyak dan gas Indonesia di masa mendatang diperkirakan dapat menurun sementara batubara diproyeksikan akan menaik. Berdasarkan proyeksi ESDM, ada

VI-8

kemungkinan bahwa di tahun 2019 Indonesia akan menjadi net importer energi. Sementara prediksi dari APEC menyebutkan bahwa di tahun 2022 Indonesia akan impor gas. Ini perlu menjadi perhatian bersama.

- Seluruh hasil litbang teknologi pemanfaatan batubara di Puslitbang tekMIRA antara lain adalah cyclo burner, gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel, Gasifikasi batubara untuk industri kecil dan menengah, pembuatan karbon aktif dan kokas berbasis batubara peringkat rendah, gasifikasi batubara untuk syngas, aquabat atau coal water mixture, upgrading batubara dan lain lain.

- Bapak Miftahul Huda juga memberikan perbandingan dengan kemajuan industri konversi batubara yang terjadi di negeri China. Indonesia di masa yang akan datang membutuhkan teknologi konversi batubara untuk menambah pasokan energi terutama gas. Teknologi konversi batubara telah siap untuk diaplikasikan di Indonesia, terbukti dengan aplikasi di Cina yang sukses secara komersial. Tantangan utama untuk aplikasi teknologi pemanfaatan batubara adalah biaya investasi yang tinggi, masalah emisi CO2 dan profitabilitas perusahaan. Bapak Miftahul Huda juga menjelaskan tentang teknologi

Underground Coal Gasification (UCG) yang dapat menjadi alternatif untuk penyediaan

energi di Indonesia karena biaya investasi dan emisi CO2 yang relatif rendah.

Peningkatan Investasi Berbasis Batubara

Bapak M Faizal, wakil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menyampaikan presentasi yang komprehensif berjudul Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Peningkatan Investasi Berbasis Batubara dengan ringkasan sebagai berikut :

- Peluang yang dimiliki Indonesia terkait dengan penanaman modal antara lain:

 Perekonomian di Eropa melambat sehingga investor mencari lahan baru

 Potensi jumlah penduduk di Indonesia yang besar dan mayoritas pada usia produktif.

 Indonesia telah mendapatkan Investment Grade dari beberapa lembaga pemeringkat dunia seperti Fitch Ratings, Moody’s Investors dan Standar and Poor’s

- Dalam Perpres 12/2012, dari 7 elemen utama arah kebijakan penanaman modal terdapat dua hal terkait dengan batubara yaitu Fokus di pengembangan pangan, infrastruktur dan energi serta pentingnya penanaman modal yang berwawasan lingkungan.

- Insentif yang dapat dimanfaatkan oleh investor di batubara antara lain adalah penghapusan bea masuk untuk mesin modal, tax allowance dan tax holiday. Jika saat ini bidang usaha yang diinginkan investor belum masuk di dalam daftar maka investor atau pihak lain dapat mengusulkan bidang usaha yang dimaksud.

VI-9

- Terdapat tantangan-tantangan ke depan yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan investasi berbasis batubara yaitu :

 Perubahan paradigma bahwa batubara bukan hanya sebagai komoditas ekspor semata, tetapi juga sebagai sumber energi yang potensial;

 Program peningkatan nilai tambah batubara diharapkan juga dapat mengubah batubara menjadi produk lain yang bermanfaat bagi industri (misal : gas untuk industri pupuk);

 Perlu adanya upaya untuk memperbaiki serta menambah ketersediaan dukungan infrastruktur yang ada dalam mendukung hilirisasi minerba;

 Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi perusahaan yang memanfaatkan batubara berbasis CCT;

 Mengharapkan seluruh stakeholder dapat mendukung program Penelitian dan Pengembangan dalam mengembangkan CCT;

 Perlunya penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi secara terencana dan sistematis; dan

 Pemerintah agar dapat mengevaluasi peraturan-peraturan yang kurang kondusif bagi pengembangan CCT.

2. Ringkasan hasil diskusi selama pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:

-

Pemerintah, khususnya Ditjen Minerba mendukung penuh upaya percepatan komersialisasi teknologi CCT di Indonesia dengan semangat non ego sektoral. Permasalahan internal seperti regulasi yang belum memadai, akan diatur kemudian dan diusahakan investor tetap masuk. Oleh karena itu belum adanya regulasi seharusnya tidak menjadi penghambat dalam upaya aplikasi teknologi CCT di Indonesia.

-

Pengendalian produksi merupakan amanat UU No. 4/2009 dan dalam pelaksanaannya nanti perlu sosialisasi dengan baik dan harus didukung oleh segenap lapisan pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif. Konsep dan skenarionya sedang dipersiapkan oleh tim Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara, diharapkan adanya dukungan dari Balitbang ESDM berupa kajian teknis.

-

Pengusaha mempertanyakan penarikan royalti batubara terkait dengan adanya tahap masuknya batubara dalam bentuk wantah dan keluarannya dalam bentuk produk. Pemerintah menyatakan bahwa royalti batubara hanya dikenakan satu kali yaitu di hulu, setelah di industri pengolahan atau konversi tidak akan dikenakan lagi.

VI-10

-

Prioritas kebutuhan domestik melalui peraturan DMO adalah kewajiban negara dan pengusaha batubara sehingga perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan lainnya.

-

Untuk seluruh jenis batubara, jika memang tidak ada pasarnya (atau di area terpencil) maka dapat diterapkan regulasi penetapan harga berdasarkan cost plus margin. Sementara bila sudah ada pasarnya maka dapat diterapkan Harga Patokan Batubara (HPB). Jika memang diperlukan maka penetapan harga berdasarkan cost plus margin juga dapat diterapkan untuk penggunaan tertentu misalnya jika akan dibangun pabrik komersial gasifikasi batubara di mulut tambang.

-

Perlunya saling berbagi dan pertukaran informasi mengenai kebijakan dan praktik terbaik tentang aplikasi teknologi pemanfaatan batubara. Perlunya penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi secara terencana dan sistematis.

-

Hambatan aplikasi teknologi pemanfaatan batubara yang utama adalah biaya investasi tinggi, masalah emisi CO2 dan harga batubara.

3. Dari hasil FGD, dapat dihasilkan rumusan sebagai berikut:

- Perlu usaha mengubah paradigma bahwa batubara bukan hanya sebegai komoditas ekspor penghasil devisa semata, tetapi juga sebagai sumber energi yang potensial.

- Indonesia memerlukan teknologi konveersi batubara untuk menambah pasokan energi terutama gas pada masa yang akan datang

- Teknologi konversi batubara telah siap terbukti dengan banyak digunakan di luar negeri terutama Cina dalam skala komersial

- Hambatan aplikasi teknologi pemanfaatan batubara adalah biaya investasi tinggi, masalah emisi CO2 dan profitabilitas

- UCG dapat menjadi alternatif untuk penyediaan energi Indonesia karena biaya investasinya dan emisi CO2 rendah.

- Kebijakan kedepan mengenai batubara dari Pemerintah diantaranya adalah :

- Pengendalian produksi dan ekspor batubara. Kontrol produksi sangat diperlukan untuk menjaga security energi didalam negeri, mengurangi dampak lingkungan dan konservasi. Untuk hal tersebut, diharapkan peran balitbang untuk mempersiapkan kajian teknis sebagai pendukung dalam pembuatan permen.

- Peningkatan pembinaan dan pengawasan produksi batubara di daerah.

- Peningkatan pemanfaatan batubara. Peningkatan tersebut melalui pengembangan teknologi pembangkit listrik dan teknologi lainnya berbasiskan teknologi “high effisiensi dan low emisi

VI-11

(HELE)”. Perlu dibuat Tim untuk melaksanakan pengesahan regulasi pemanfaatan batubara

di mulut tambang

- Penguatan kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis.

- Diharapkan Pemerintah dapat memberikan insentif yang menarik bagi perusahaan yang memanfaatkan batubara berbasis Clean Coal Technology (CCT).

- Diharapkan seluruh stakeholder mendukung program Penelitian dan Pengembangan /R&D dalam mengembangkan CCT.

- Memperbaiki serta menambah ketersediaan dukungan infrastruktur yang ada dalam mendukung hilirisasi minerba.

- Pemerintah agar dapat mengevaluasi peraturan-peraturan yang kurang kondusif bagi pengembangan CCT.

B. Focus Group Discussion 2

FGD 2 dilaksanakan di Hotel Bidakara Jakarta pada tanggal 10 Desember 2013 dengan tema “Penyiapan Usulan Regulasi Pengusahaan Gasifikasi Batubara, UCG dan CWM”. Tujuannya adalah untuk berdiskusi dan mencari solusi dalam upaya membuat rekomendasi kebijakan (policy paper) kepada pemerintah dalam rangka mempercepat realisasi pabrik pemanfaatan batubara di Indonesia.

Acara diawali dengan laporan Kepala Puslitbang tekMIRA yang diwakili oleh Kepala Bidang Afiliasi serta diikuti dengan pidato sambutan dan pembukaan oleh Kepala badan Litbang ESDM yang pada kesempatan ini diwakili oleh Kepala Puslitbang tekMIRA. Selanjutnya disampaikan paparan dari 3 orang narasumber yaitu Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas dan KP3 Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara.

1. Isi laporan, sambutan dan paparan narasumber adalah sebagai berikut :

Laporan dari Kepala Puslitbang tekMIRA

Dalam laporannya, Ibu Retno Wijayanti yang mewakili Kepala Puslitbang tekMIRA menyampaikan harapannya bahwa hasil FGD ini akan diperoleh masukan-masukan bagi pemangku kepentingan untuk mengambil langkah yang tepat dalam pengembangan dan pemanfaatan batubara khususnya di teknologi gasifikasi, UCG dan CWM. Dilaporkan juga bahwa berdasarkan kajian dari Puslitbang tekMIRA teknologi gasifikasi batubara adalah teknologi yang paling siap secara teknologi dan komersial karena sudah diaplikasikan di dalam dan di luar negeri. Sementara UCG adalah teknologi gasifikasi batubara yang diaplikasikan di bawah tanah yaitu dibawah 200 m dari permukaan tanah. Sedangkan CWM merupakan teknologi yang kini sudah dikembangkan hingga tahap demoplant sehingga tinggal setahap lagi menjadi komersial.

VI-12

Puslitbang tekMIRA juga aktif menjalin kerjasama baik dengan institusi didalam negeri maupun luar negeri. Ke depan kami berharap akan semakin banyak lembaga/institusi/perusahaan yang bersinergi untuk mendorong pengembangan teknologi pengolahan dan pemanfaatan batubara untuk meningkatkan ketahanan energi dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Sambutan Kepala Balitbang ESDM

Mewakili Bapak F.X. Sutijastoto, Kepala Balitbang ESDM : Ibu Retno Damayanti, Kepala Puslitbang tekMIRA menyambut kehadiran seluruh peserta untuk berpartisipasi pada acara FGD. Beliau menyampaikan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah serta makin besarnya defisit neraca perdagangan Indonesia karena semakin besarnya jumlah impor BBM serta gas alam. Strategi pengurangan porsi ekspor gas bumi serta pencarian ladang gas baru adalah langkah tepat. Saat ini sumber gas diperoleh dari impor namun di kemudian hari diharapkan gas dari batubara dapat menutupi kebutuhan gas di Indonesia.

Beliau juga menyampaikan alasan mengapa hanya 3 buah teknologi yang diperkirakan siap untuk dikomersialkan yaitu gasifikasi batubara, UCG dan CWM.

Usulan Regulasi Gasifikasi Batubara dan CWM

Bapak Edi Prasodjo, sebagai Direktur Pengusahaan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menjelaskan dalam presentasinya, antara lain hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa UU No. 4/2009 adalah dasar hukum yang kuat untuk mewajibkan dilakukannya pengolahan batubara di dalam negeri sebagai upaya PNT batubara. Pemerintah sangat mendukung upaya untuk pengolahan di dalam negeri sehingga konsumsi batubara di dalam negeri akan meningkat.

- Salah satu hal penting dalam upaya memanfaatkan teknologi pengolahan batubara di dalam negeri adalah keekonomiannya. Faktor utamanya adalah harga batubara. Saat ini sedang disiapkan konsep untuk menentukan harga batubara sebagai bahan baku PNT batubara. Salah satu dasar hukum yang digunakan adalah Permen 17/2010 dimana harga batubara dapat ditentukan secara khusus untuk keperluan tertentu. Bukan berdasarkan Harga Batubara Acuan atau Harga Batubara Patokan namun berdasarkan cost plus margin.

- Saat ini di Ditjen Minerba sedang dipersiapkan beberapa peraturan terkait dengan PNT batubara antara lain skenario pengendalian produksi, skenario pembatasan ekspor, skenario penetapan harga batubara sebagai bahan baku industri pengolahan batubara serta skenario penentuan royalti.

- Berdasarkan PP 23/2010 pasal 36-37 bahwa kegiatan pengolahan bisa dilakukan oleh pihak lain yang memiliki IUP OP khusus untuk pengolahan. Ijin tersebut diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Sementara peraturan

VI-13

pelaksananya adalah pada Permen ESDM No. 32/2013 serta SK MESDM No. 0816 K/MEM/2011 tentang tata cara pemberian izin khusus di bidang pertambangan minerba serta adanya pelimpahan wewenang kepada Dirjen Minerba dalam pemberian ijin khusus tersebut.

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 (Halaman 60-75)