• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayat tentang zakat hasil pertanian

DAFTAR PUSTAKA

C. Ayat tentang zakat hasil pertanian

a. QS: Al-An’am ( 6): 141                                    

Artinya: Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merembat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, Zaitun dan Delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia

8Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol I, (Jakarta: Lintera Hati, 2002) h. 294-295. 9

Dalam kajian para ulama ada lima nama bagi terma zakat yaitu zakat, sadaqah,

nafakah, haq, dan ’Afuw . Lihat. Muhammad Hasbi Ash-Shidiqi, Pedoman Zakat, (

Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2005) h. 6-7.

hasilnya. Tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Kata Kuncinya: Shalat, Zakat, kebesaran dan kemahakuasaan Allah. b. Makna Mufradat (kosakata)

تﺎﺷوﺮﻌﻣ kata ini merupakan isim maf’ul dari ‘asyara yang berarti membangun dan mendirikan, seperti yang terdapat dalam ungkapan ‘arasya

ahadun baitan (seseorang membangun rumah). Karena sighat kata

ma’rusyat itu isim maf’ul, maka kata tersebut dapat diartikan kepada yang

dibangun atau yang didirkan. Berdasarkan arti tersebut maka ma’rusyat dalam ayat ini diartikan kepada berjunjung.

ﮫﻘﺣ kata haqq dalam ayat ini berati zakat, jadi ﮫﻘﺣ اﻮﺗاءو berati berikanlah

zakat.11

c. Arti Mujmal (syarah ayat)

Dalam ayat tersebut menjelaskan tentang kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah SWT yang telah menciptakanberbagai macam tumbuh-tumbuhan dan pemohonan yang menghasilkan buah-buahan dan biji-bijian. Tumbuh-tumbuhan yang beragam bentuk dan jenisnya ada yang berjunjung dan ada juga yang tidak berjunjung. Demikian pula buah-buahan yang banyak ragam dan rasanya. Kesemuanya itu adalah sebagai tanda kemahakuasaan Allah dan harus di syukuri oleh umat.

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada manusia untuk menikmati tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Akan tetapi, Melalui penggalan ayat tersebut mengandung perintah untuk mengeluarkan zakatnya bila sudah sampai waktunya,12 Namun Sayyid Quth menjelaskan bahwa perintah memberikan hak tanaman pada saat memetik hasilnya dalam ayat tersebut tidak harus diartikan sebagai zakat tetapi dapat juga diartikan sebagai sedaqah jika diberikan tanpa batas.13

11

Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik ayat-ayat hukum, (Jakarta: Amzah 2015) h. 86

12Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-‘Adhim, Juz I, ( Beirut: Dar Fikr, Tt) h. 168-169. 13Sayyid Quth, Tafsir fi Zhilalil Qur’an , ( Kairo: Darusy Syuruq, 1982 ) h.

hak milik sempurna sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an amwalihim (harta milik mereka), produktif dan berkembang, mencapai nisab, kelebihan dari kebutuhan pokok, dan telah berlalu waktu satu tahun hijriyah.14 dan Allah melarang manusia untuk berlebih-lebihan dalam memakan dan memberikannya. Perintah yang terkandung dalam ayat tersebut merupakan perintah wajib untuk menunaikan zakat pertanian dengan ukuran 10% atau 5%.15

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jenis tumbuh-tumbuhan dan jenis buah-buahan. Ibnu Umar dan segolongan Ulama Salaf menentukan wajib mengeluarkan zakat pertanian terhadap empat jenis makanan yaitu dua jenis dari biji-bijian yaitu gandum (hintah) dan sejenis gandum lain (syair) dan dua jenis buah-buahan yaitu kurma dan anggur.

Menurut Malik dan Syafi’i yang wajib dikeluarkan zakat adalah seluruh

makanan yang dapat disimpan.16 Imam Ahmad menanbahkan dengan syarat

kering, tetap dan ditimbang. Imam Ahmad tidak mempersyarat tanamannya

itu adanya unsur “ditanam dengan sengaja”, akan tetapi berdasarkan sabda

Rasulullah SAW tanaman yang diairi dengan air hujan zakatnya 10%. Demikian juga dengan Abu Hanifah, mengatakan semua hasil tanaman wajib mengeluarkan zakatnya 10% atau 5%.17

14Syamsul Anwar, Studi Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: RM Books, 2007) h. 58-60.

15

Ibnu Katsir, Imaduddin Al-Fida Ismail, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim, Jilid II , (Bandung: Syirkah Nur Asiah, t,th) h.181-182.

16 Malik dan Syafi’i berpendapat bahwa zakat wajib atas segala makanan yang

dimakan dan disimpan, biji-bijian dan buah-buahan kering seperti gandum, bijinya jagung, padi, dan sejenisnya. Yang dimaksud dengan makanan adalah sesuatu yang dijadikan makanan pokok oleh manusia pada saat normal bukan dalam masa luar biasa. Oleh karena

itu, menurut mazhab Maliki dan Syafi’i pala, padam, kemiri, kenari, dan sejenisnya tidak

wajib zakat , sekalipun dapat disimpan. Demikian pula terhadap buah jambu, delima, buah pir, buah kayu dan prem dan sejenisnya tidak wajib zakat, karena tidak kering dan disimpan. Lihat. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai status dan

Filsafat Zakat berdasarkan Qura’an dan Hadits. Terj. Salman Harun dkk.... h. 332-332.

17 Sebagai landasan yang pakai oleh Abu Hanifah adalah Prinsip umum firman Allah dalam surat Al-Baqarah, yang artinya dan tanaman-tanaman yang kami keluarkan untuk kalian tanpa memperbedakan apa dan dimana dikeluarkan, dan firman Allah yang artinya bayarlah haknya waktu memanennya,Yang artinya, yang diairi dari air hujan zakatnya sepersepuluh, sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh, tanpa

a. (QS: At-Taubah (9): ayat 60.                          

Artinya: Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf) untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.

Kata Kunci: Shadaqah, Faqir, masakin, dan Sabilillah b. Makna Mufradat (kosa Kata)

 merupakan pembatasan yang hakiki dalam ayat tersebut,. kata  mencakup zakat wajib sebagaimana firman Allah dalam

At-Taubah ayat 103                   

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoakan untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi meeka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

membedakan tanaman yang berbuah tetap dengan yang bukan, yang dimakan atau tidak dimakan, dan antara yang merupakan makanan pokok atau bukan. Lihat. Yusuf Qardhawi,

Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai status dan Filsafat Zakat berdasarkan Qura’an dan Hadits. ,... h. 336-337.

mereka ada yang berpendapat dengan memasukkannya dalam lafaz ayat tersebut. sebagian mereka ada yang berpendapat tidak termasuk, maka orang yang berpendapat dengan memasukkannya, mereka melihat bahwa

lafaz tersebut ‘am (umuma) sehingga mencakup semua bentuk sedekah ,

baik yang wajib maupun yang sunat.

Adapun yang berpendapat bahwa yang dimaksud sedekah disini adalah shadaqah wajib maka ia mengatakan adanya hal-hal yang mendukung pemahaman ini antara lain: pertama, Sesungguhnya huruf Al-dalam lafaz al-Shadaqaat berfungsi untuk penekanan yang di ulang. Penekanan tersebut adalah shadaqah wajib yang ditunjukkan Allah dalam firmannya surat at-Taubah ayat 58.

    

Artinya:Dan diantara mereka ada yang mencelamu tentang (distribusi)

zakat.

Kedua, perkara yang dikuatkan karena adanya sedekah yang

disebutkan dalam ayat tersebut adalah zakat wajib. Ketiga, bahwa Allah telah menjadikan untuk para panitia zakat bagian didalamnya dan Allah

tidak menekan dalam syara’ bagian amil untuk pembagian shadaqah sunat. Keempat , ada terdapat Lam litamlik (kepunyaan) dalam ayat tersebut yang

menetapkan untuk delapan golongan yang memiliki hak ada shadaqah.18

 Al-Fuqara’ merupakan jamak dari Faqir. Kata ini terbentuk dari

faqura yang darinya terbentuk pula kata iftaraqa yang berarti membutuhkan. Jadi al-Faqir artinya orang yang membutuhkan. Maka orang yang tidak mempunyai harta atau orang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya disebut dengan faqir. Menurut Quraish Shihab, kata faqir itu terbentuk dari kata faqr yang berarti tulang punggung. Faqir adalah orang yang patah

18Syaikh Ahmad Muhammad al-Hushairi, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam: Telaah tentang

ayat-ayat hukum yang berkaitan dengan Ibadah, Muamalat, Pidana dan Perdata. Terj.

sehingga mematahkan tulang punggungnya.

 kata al-miskin berasal dari kata sakana, yang berti diam atau tidak

bergerak. Makna ini mengabarkan faktor yang mennyebabkan kemiskinan, yaitu tidak mau berusaha atau bekerja. Berdasarkan makna ini, maka orang miskin adalah orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena kurang usaha dan bekerja.

   Sabil artinya jalan dan Sabil Allah artinya Jalan Allah. Kata ini

merupakan kinayah karena Allah tidak mungkin mempunyai jalan. Dengan demikian makna Sabil Allah adalah wujud al-Khair (jalan-jalan kebajikan), seperti membangun mesjid, sekolah dan lain sebagainya. Dalam ayat inisabil Allah bermakna kepada pelaku, atau pejuang kebajikan, seperti tentara yang berjuan untuk menegakkan Agama Allah, para guru, pelajar

dan para da’i.20

c. Arti Mujmal ( syarah ayat)

Dalam ayat diatas menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima zakat. Yaitu ada delapan senaf orang yang berhak menerima zakat. Yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, budak, gharim (orang yang berutang), sabilillah, dan ibnu sabil. Ayat tersebut diatas juga menggambarkan bahwa diantara delapan asnaf, ada enam asnaf yang menggunakan lam al-milk ( yang menunjukkan kepada kepemilikan) dan dua asnaf lainnya menggunakan fi zharfiyah (menunjukkan kepada tempat). Lam al-milk (kepemilikan) digunakan untuk fakir, miskin, amil, muallaf, gharim dan ibnu sabil. Sedangkan fizharfiyah digunakan untuk budak sabilillah. Hal ini bermakna bahwa enam senaf adalah individu-individu

19M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996) h. 449. 20Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik ayat-ayat hukum, (Jakarta: Amzah 2015) h. 88-89.

dengan fi zharfiyah bermakna sifat atau kemaslahatan umat.

Para ulama ahli bahasa dan ahli fiqh berbeda pendapat mengenai manka fakir dan miskin. Salah satu pendapat menjelaskan bahwa fakir adalah orang yang tidak memiliki harta sama sekali.22 Atau orang yang tidak memiliki usaha layak an harta yang mencukupi kebutuhannya seperti kebutuhan sepuluh, sedangkan yang dimiliki hanya empat. Sedangkan miskin adalah orang telah memiliki usaha dan harta yang patut. Tetapi tidak mencukupi kebutuhannya seperti kebutuhannya ada sepuluh tetapi yang dimiliki hanya delapan.23Pendapat ini mengacu pada firman Allah

      

Artinya: Adapun Bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang

bekerja dilaut.

Dalam ayat diatas Allah menyebutkan mereka sebagai orang-orang miskin padahal mereka memiliki kapal atau perahu yang digunakan untu bekerja. Sedangkan fakir sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah

  

 

Artinya: Atau kepada orang miskin yag berdebu.

Dalam ayat ini disebutkan orang miskin yang berdebu artinya, orang miskin yang tangannya lengket dengan debu, karena terlalu miskin. Adapun pendapat yang moderat diantara pendapat-pendapat ini adalah bahwa antara fakir dan miskin itu sama, karena mereka memiliki sifat yang sama yaitu membutuhkan dan berhak atas harta zakat.24

21 Hijazi Muhammad Mahmud, At-Tafsir Al-Wadhih, Jilid II,(Beirut: Dar al-Jail, 1990) h. 897.

22Abdul Aziz Muhammad Azam dkk, Fiqh Ibadah; thaharat, shalat, zakat, puasa,

dan haji, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 405.

23Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik ayat-ayat hukum, ... h. 90. Lihat juga, Abdul Aziz Muhammad Azam dkk, Fiqh Ibadah; thaharat, shalat, zakat,

puasa, dan haji, ... h. 405.

24Abdul Aziz Muhammad Azam dkk, Fiqh Ibadah; thaharat, shalat, zakat, puasa,

meliputi menerima harta itu dari muzakki, munulis, mengumpulkan, dan membagikan kepada orang yang berhak menerimanya. Muallaf adalah orang yang masuk islam tetapi keislamannya masih lemah, ia diberi zakat agar imannya semakin kuat. Adapun riqab adalah budak atau hamba sahaya yang digantungkan kemerdekaannya oleh majikannya atas sejumlah harta yang harus ia serahkan kepada majikan tersebut sebagai penebus dirinya. Budak yang disebutkan dalam istilah fiqh adalah budak mukatab, sedangkan budak lainnya tidak berhak mendapatkan pembagian zakat. Gharim adalah orang yang berhutang, baik hutang pribadi seperti hutang keperluan makan, pakaian, pengobatan, pembangunan rumah, maupun hutang untuk kemaslahatan umat atas nama pribadinya. Akan tetapi, hutang itu disyaratkan bukan hutang maksiat, seperti hutan khamr dan judi.25 Sedang fisalillah adalah para pejuang yang suka rela berjihat dan berjuang manghalau musuh. Mereka diberi bagian zakat meskipun mereka kaya, guna membantu perjuangan mereka. Dalam pandangan Rasyid Ridha sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Aziz Muhammad adalah alokasi yang paling tepat untuk mendistribusikan bagian fi sabilillah pada masa sekarang adalah untuk usaha mengembalikan hukum Islam dan menjaganya dari sentimen orang-orang kafir, dan ini lebih penting dari jihad. Alokasi lain adalah untuk kegiatan dakwah Islamiyah dan mempertahankannya dengan pena maupun lisan jika kekuatan pedang sudah tidak memungkinkan lagi untuk digunakan.26

Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran umat muslim dalam melaksanakan perintah agama semakin meningkat. Kesadaran itu tidak hanya tertuju pada perintah-perintah vertikal (hablum min Allah) tetapi juga ibadah yang berorientasi pelaksanaannya melibatkan sosial kemasyarakatan seperti membayar zakat. Kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat pada dekade ini semakin tinggi, hal ini dibuktikan dengan menjamurnya lembaga-lembaga yang menerima titipan zakat untuk dikelola. Dalam hal ini, ditetapkanlah undang-undang pengelolaan zakat

25Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik ayat-ayat hukum, ... h. 90 26Abdul Aziz Muhammad Azam dkk, Fiqh Ibadah; thaharat, shalat, zakat, puasa,

pengelolaan zakat di Indonesia dapat dilakukan dengan mendirikan Badan Amil Zakat (BAZ) mulai dari tingkat daerah sampai tingkat Nasional.

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, studi dan kajian tentang hukum Islampun mengalami perkembangan yang meningkat, diantaranya dalam masalah perintah menunaikan zakat yaitu pada objek harta yang harus dikeluarkan zakatnya. Dalam al-Qur’an penjelasan mengenai zakat harta, tidak dijelaskan secara detail, akan tetapi sunnah yang berfungsi sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang menjabarkan secara konkrit tentang hal tersebut, disamping adanya keterkaitan atau munasabah27antar ayat-ayat al-Qur’an.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa perintah

menunaikan zakat difardhukan secara bertahap. Pada perkembangan zaman modern ini pun harta yang dikenakan zakat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pada masa Rasulullah SAW harta yang dikenakan zakat hanya tertuju pada hasil pertanian, perniagaan, emas, perak dan peternakan. Namun zaman yang semakin berkembang, tehnologi yang semakin canggih, manusia yang semakin cerdas, sehingga banyak melahirkan profesi dalam kehidupan umat yang belum pernah ada pada masa Rasulullah SAW. Oleh karena demikian, melalui profesi-profesi yang dimiliki umat, tentunya akan memproleh penghasilan yang melimpah.

27 Secara bahasa , kata Munasabat adalah bentuk masdar dari kata kerja nasaba, yang memiliki arti musyakalah, dan muqarabah. Lihat. Jalaluddin al-Suyuthi, Al-Itqan fi

‘Ulum al-Qur’an, Juz II ( Beirut: Dar al-Fikr, 1370 H/1951 M), h. 108. Dalam bahasa

Inggris, musyakalah dan muqarabah diartikan dengan: suitability, suitableness, ade-quacy; correlation, correspondence; kinship, relationship,affinity. Lihat. J. Milton Cowan, Hans

Wehr A Dictionary of Modern Writte Arabic, Cet III, ( Beirut: Libraire Du Liban, 1980) h.

960. Secara umum munasabat dapat didefinisikan ada lah adanya hubungan atau saling keterkaitan antara dua hal pada salah satu aspek dari berbagai aspek-aspeknya. Hal ini

sama seperti persoalan ‘illat dalam masalah qias yang terdapat dalam pembahasan ushul

fiqh. Lihat. Al-Zarkasyi, al- Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1972) h. 61. Dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan munasabat adalah keterkaitan antara satu ayat dengan ayat lain atau satu surat dengan surat lain karena adanya hubungan antar satu ayat dengan ayat lain, yang umum dan yang khusus, yang konkrit dan yang absrtak, atau adanya hubungan keseimbangan, adanya hubungan yang berlawanan atau adanya segi-segi keserasian informasi al-Qur’an dalam bentuk kalimat berita tentang alam semesta. Lihat. Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid IV, Cet. I, ( Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 1229.

kesejahteran. Sebagai rasa syukur dalam memproleh harta yang banyak, dalam ajaran Islam adalah dengan mensejahterakan sesama umat yaitu dengan membayar zakat. Membayar zakat melalui harta perolehan dari hasil usaha berdasarkan profesi dikenal dengan zakat profesi. Dalam khazanah keilmuan Islam, zakat profesi pada awalnya tidak mendapat respon dengan baik, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya setelah salah seorang Cendikiawan muslim dari Mesir yaitu Yusuf Qardhawi mengemukakan hal tersebut, barulah zakat profesi menjadi topik pembahasan dikalangan para ulama.

Zakat profesi adalah suatu istilah yang muncul dewasa ini. Adapun

istilah ulama’ salaf bagi zakat profesi biasanya disebut dengan mal al-mustafad, (kekayaan yang diproleh seorang muslim melalui bentuk usaha

baru yang sesuai dengan syariat agama). Dalam pemahaman Wahbah az-Zuhaili, zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan bukan hanya dari golongan pegawai pemerintah saja. Bahkan, seseorang yang berprofesi dan tidak berkaitan dengan pemerintahan pun wajib mengeluarkan zakat, seperti nelayan, pengusaha dan lain sebagainya.28

Para ulama memahami keberadaan dan kewajiban zakat profesi tersebut dengan merujuk ayat al-Quran yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 267.                                

Melalui potongan lafaz ayat اﻮﻘﻔﻧا dan ﻢﺘﺒﺴﻛ ﺎﻣ , menurut pemahaman Wahbah az-Zuhayli, ayat tersebut mengandung perintah kewajiban menunaikan zakat dalam bentuk profesi. Kedua lafaz tersebut apabila

dikaitkan akan melahirkan makna “Infakkanlah apa-apa yang kamu 28 Wahbah az-Zuhayli, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu: Syamil li Adillati

as-Syari’yyat wa al-Ara’al-Madzhabiyyat wa Ahammu an-Nazhariyyat al-Fiqhyyah, (

tokoh terkenal dalam fiqh, menyebutkan bahwa sekalipun secara teks tidak menunjukkan kemungkinan zakat profesi didalamnya, namun ada illat hukum yang mampu mengarahkan ke zakat profesi.

Dalam kitab al-Jawahir al-Hisan juga ditegaskan bahwa kata infak

dalam ayat tersebut bermakna mencakup zakat wajib dan sedekah tatawwu’

(sukarela). Orang yang berzakat mengambil sisi wajibnya zakat dan orang yang berinfak sukarela mengambil sisi sunatnya memberikan infak. Menurut Ath-Thabari, kata infak dalam ayat tersebut juga bermakna zakat. Lebih lanjut, Ath-Thabari menjelaskan pernyataan Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa ayat, wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik diturunkan mengenai zakat.29 Sementara, kata kasb dalam ayat tersebut menurut

Al-Jassas dalam tafsirnya Ahkamul Qur’an adalah hasil usaha. Hasil usaha

tersebut ada dua macam yaitu keuntungan yang diperoleh melalui pertukaran barang dan hasil dari kegiatan memberikan jasa. Lebih lanjut, Al-Jassas menjelaskan bahwa keumuman ayat tersebut mengandung perintah kewajiban zakat pada semua jenis harta kekayaan (amwal) karena tercakup dalam kata-kata ma kasabtum (hasil usahamu) dalam ayat

dimaksud.30 Namun ada beberapa ulama yang membatasi makna dari hasil

usaha itu hanya sebatas perdagangan atau At-Tijarah saja.31

Berdasarkan ungkapan para ulama dan ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa lafaz ayat اﻮﻘﻔﻧا dan ﻢﺘﺒﺴﻛ ﺎﻣ merupakan dua lafaz yang mengarahkan kepada anjuran untuk menunaikan zakat dari hasil perolehan suatu usaha. Usaha-usaha tersebut dilakukan baik berupa hasil olahan berdasarkan otak seperti dari hasil perolehan gaji seorang dokter, pengusaha, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya atau hasil usaha dari olahan tangan manusia itu sendiri, seperti tukang jahit, tukang kayu, dan lain sebagainya. Melalui usaha-usaha tersebut seseorang akan memproleh

29Ath-Thabari, Jami’al-Bayan ‘an Ta’wil ay al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1405 H) h. 80.

30Al-Jassas, Ahkam Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr,1993), hal 623. Lihat. Kadar M Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam , Tafsir Tematik Ayat-ayat Hukum, ... h. 81.

tafsir serta berdasarkan ayat tersebut diatas wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam menyingkapi masalah zakat profesi tersebut, dikalangan para ulama terjadi perbedaan pendapat. Ada sebagian ulama mampu memahami pesan-pesan yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 267 serta munasabah dari ayat tersebut, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya diatas. Karenanya para ulama dan ahli tafsir tersebut menerima dan menyetujui adanya zakat dari hasil usaha sesuai profesi yaitu zakat profesi. Hal tersebut terealisasi dan tertuang dalam suatu ketetapan atau berupa undang-undang yang mengatur tentang zakat profesi. Seperti di Indonesia, pemungutan zakat gaji/ penghasilan diatur dalam undang-undang Nomor 38/ 1999, tentang pengelolaan zakat. Turunannya adalah Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581/1999, tentang pelaksanaan dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Hab, No. D/291/2000, tentang Pedoman tehnis pengelolaan zakat.32Khusus untuk Aceh, selain undang-undang yang berlaku secara nasional, Aceh memiliki sejumlah peraturan dalam bentuk qanun, peraturan Gubernur, bahkan setingkat undang-undang, diantaranya keputusan Gubernur NAD No. 18/2003, tentang tata kerja Badan Baitul Mal NAD. Qanun No. 7/2004, tentang pengelolaan zakat di Aceh, diganti dengan qanun No. 10/ 2007 tentang Baitul Mal, peraturan Gubernur No. 60/2008, tentang mekanisme pengelolaan zakat, Intruksi Gubernur No. 06/2008, tentang pemungutan zakat Penghasilan dari pegawai negeri sipil (PNS) , Karyawan dilingkungan Pemerintah, Intruksi Gubernur Provinsi NAD No. 12/2005, tentang pemotongan zakat Gaji dan honorarium bagi setiap PNS dan Pejabat dilingkungan Pemerintah Aceh, bahkan pasal 191-1912 undang-undang No. 11/2005, tentang pemerintahan Aceh. Fatwa Ulama (MUI) Aceh tentang wajib zakat dari sektor jasa atau gaji diputuskan

dalam rapat komisi B (fatwa/hukum). Nomor 01/1998, hari Jum’at tanggal 2

Rabiul Awal 1419 H/26 Juni 1998M. Antara lain disebutkan pembayaran atau pemungutan zakat gaji tersebut dianjurkan pada setiap kali memproleh

penghasilan sebagai ta’jil/taq.

32Armiadi, http”ACEHProv. Gv.Id’W<kewajiban-zakat-Gaji> htm di akses 17 Juni

profesi adalah merupakan suatu kewajiban. Bahkan dalam perkembangan zaman yang semakin maju jenis zakat yang harus dikeluarkan zakatnya pun semakin bertambah.

E. Kesimpulan

Zakat merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim