• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Kitab Tafsir Al-Ahkam Karya Syekh Abdul Halim Hasan dalam Khazanah Kitab Tafsir di Indonesia

METODE TAFSIR SYEKH ABDUL HALIM HASAN DALAM KITAB TAFSIR AL AHKAM

D. Kedudukan Kitab Tafsir Al-Ahkam Karya Syekh Abdul Halim Hasan dalam Khazanah Kitab Tafsir di Indonesia

Menurut Fazlur Rahman terdapat beberapa kelompok pendapat mengenai Alquran, pertama, kelompok yang berpendapat bahwa Alquran ibarat kitab undang-undang yang telah lengkap pasal demi pasal dan melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia, baik politik, ekonomi, moral, budaya maupun pengetahuan. Kedua, Alquran adalah landasan religius seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian Alquran merupakan insprasi kehidupan yang mengarah pada kebenaran dan kebaikan, memberikan ide moral pada seluruh aspek kehidupan manusia. Fazlur Rahman sendiri ada pada pendapat kedua ini. Posisi pertama terepresentasikan melalui tokoh seperti Thomas Ballatine Irving dan Muhammad Ashraf.30

Dengan segala misteri dan kelebihannya, Al-Qur’an menyimpan potensi yang begitu hebat. Sejarah mencatat pengaruh besar Alquran ketika ia melahirkan sebuah peradaban yang oleh Nasr Hamid Abu Zaid diklaim sebagai peradaban teks (hadarah al-nash).31 Peradaban teks inilah yang pada akhirnya melahirkan kitab-kitab tafsir serta mufassir yang sampai saat ini kitabnya masih dibaca oleh umat Islam.

Tafsir sebagai usaha manusia untuk dapat memahami pesan-pesan Allah dalam Alquran, telah mengalami perkembangan. Sebagai hasil karya manusia timbul aneka ragam corak penafsiran. Keanekaragaman itu ditimbulkan dari berbagai hal, diantaranya perbedaan kecenderungan, motivasi penafsir, perbedaan misi yang diemban, perbedaan ragam keilmuan yang dikuasai penafsir, perbedaan zaman dan lingkungan yang berada disekitar penafsir, perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi,

29

Ridhoul Wahidi, Rafiudin Afari, “Corak Fiqih Dalam Tafsir Al-Ahkam Karya Ulama Nusantara (Tela’ah Sirah Atas Karya Abdul Halim Hasan Binjai)”, Proceeding of the 3rdInternational Conference on Arabic Studies and Islamic Civilization ICASIC, 2016,

14-16 March, Kuala Lumpur, Malaysia, h. 197. 30

Thomas Ballatine Irving, et.al., Ajaran-ajaran Dasar Al-Qu’an, penterjemah Affandi Joenowo, (Bandung: Risalah, 1984), h. 125.

31Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum Nas: Dirasah fi “ulum Qur’an, (Beirut: al-Marqaz al-Saqafi al-‘Araby, 1994), h. 9.

situasi politik saat itu dan sebagainya. Keadaan seperti itu menimbulkan berbagai corak penafsiran yang kemudian berkembang menjadi aliran tafsir

yang bermacam-macam.32

Menurut Cik Hasan Bisri bahwa kegunaan tafsir Alquran ada dua, yaitu teoritis dan praktis. Kegunaan secara teoritis adalah untuk mengembangkan metodologi tafsirAlquran dalam rangka memberikan wawasan ke depan yang berkaitan dengan teori dan metodologi. Kegunaan secara praktis adalah berhubungan secara langsung dengan penafsiran Alquran kepada person dan masyarakat.33

Tradisi penulisan tafsir di Indonesia berkembang pesat sejak awal abad ke-20. Sejumlah judul dan volume tafsir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sayangnya, karya tafsir yang secara khusus membahas masalah ayat-ayat hukum (tafsir ahkam) tidak banyak ditemukan di Indonesia. Dua karya terpenting tentang kajian tafsir di Indonesia, yakni

Kajian Al-Qur’an di Indonesia karya Federspiel (1996) dan Khazanah Tafsir di Indonesia karya Gusmian (2013) tampaknya tidak menyinggung

tentang adanya tafsir ahkam di Indonesia. Demikian pula dalam tulisan

Gusmian (2010) lainnya yang berjudul “Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur’an di Indonesia: Dari Tradisi, Hierarki, Hingga Kepentingan Pembaca”, yang juga tidak menyebutkan adanya tafsir ahkam.34

El-Saha menanggapi fenomena kelangkaan tafsir ahkam tersebut melalui tulisannya yang berjudul “Mengatasi Kelangkaan Tafsir Ahkam di

Tengah Komunitas Penggiat Fikih Nusantara”. El-Saha menunjukkan

bahwa kajian tafsir ahkam di Indonesia masih tergolong langka. Meskipun kitabnya ada dan dipelajari, tetapi bukan merupakan tafsir ahkam karya

mufassir Indonesia, umumnya merupakan karya ulama Timur Tengah

seperti kitab Rawa’i Bayan karya ‘Ali ash-Shabuni dan TafsirAyat

al-32M. Syakur Chudlori, “Tafsir Ahkam Dan Kontekstualisasi Hukum Islam”,

Maslahah Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial, Volume 1, Nomor 2, 2013, Bogor: STAI

Al-Hidayah, h. 117.

33Cik Hasan Bisri, et.al., Mengerti Qur’an: Pencarian Hingga Masa Senja, 70

Tahun Prof. Dr. H.A. Chozin Nasuha, (Bandung: Pusat Penjamin Mutu dan Pasca Sarjana

IAIN Sunan Gunung Djati, t.t.), h. 41.

Ahkam karya Ali As-Sayis yang diadopsi untuk bahan pengajaran di

Madrasah Aliyah dan Ma’had Aly dalam naungan pesantren.35

Analisis dari El-Saha tersebut kemudian dibantah oleh Azhari Akmal Tarigan, yang telah melakukan riset terhadap kajian tafsir ahkam di Indonesia dalam spektrum yang lebih luas. Azhari Akmal Tarigan kemudian mengajukan argumen bahwa kitab tafsir ahkam karya Abdul Halim Hasan merupakan kitab tafsir ahkam pertama yang ada di Indonesia.36

Azhari Akmal Tarigan kemudian mengatakan bahwa belum

menemukan kitab tafsir ahkam lainnya yang ditulis oleh mufassir atau ulama Indonesia. Meskipun terdapat buku-buku seputar tafsir ahkam yang ditulis oleh beberapa ahli atau pakar Indonesia, namun buku-buku itu kurang lengkap untuk disebut sebagai kitab tafsir ahkam. Buku-buku yang dimaksud adalah Tafsir Ahkam 1 (Ayat-ayat Ibadah) karya Amin Summa,

Tafsir Ayat-ayat Ahkam karya H.E. Syibli Syarjaya, Ayat-Ayat Tematik Hukum Islam karya Mardani, dan Kontekstualisasi Al-Qur’an: Kajian Tematik atas Ayat-Ayat Hukum dalam Al-Qur’an karya Umar Shihab.37

Selain Tafsir Ahkam karya Abdul Halim Hasan, terdapat pula karya tafsir

ahkam yang ditulis oleh Muammal Hamidi, tetapi tampaknya tafsir ini

meruapakan terjemahan atau bahkan saduran dari karya ‘Ali ash-Shabuni.38 Islah Gusmian menuliskan dalam tulisan terbarunya secara sekilas menyebut sebuah tafsir berjudul Al-Tibyan Tafsir Ayat Ahkam min

al-Qur’an yang ditulis oleh K.H. Ahmad Nasrullah bin Abdurrahim Hasbullah

35M. Ishom El-Saha,”Mengatasi Kelangkaan Tafsir Ahkam di Tengah Komunitas Penggiat Fikih Nusantara”, Jurnal Suhuf, Volume 3, Nomor 2, 2010, h. 231.

36

Azhari Akmal Tarigan, “Reorientasi Kajian Tafsir Ahkam di Indonesia dan Peluang Pengembangannya: Sebuah Survei Singkat”, Jurnal Syari’ah, Volume 06, Nomor

2, 2014, h. 105. Menurut Muhammad Asif dan Muhammad Arifin bahwa kitab tafsir

ahkam pertama di Indonesia dan yang ditulis oleh orang Indonesia adalah Kitab Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an al-Karim yang ditulis oleh Abil Fadhal as-Senory (1917-1991)

dari Senori, Tuban, Jawa Timur. Kitab Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an al-Karim karya Abil Fadhal merupakan naskah tulisan tangan yang menggunakan bahasa Ara. Karya ini kemungkinan besar merupakan tafsir ahkam pertama karya ulama Indonesia yang ditulis dalam bahasa Arab. Lihat Muhammad Asif, Muhammad Arifin, “Tafsir Ayat Ahkam..., h. 330.

37Azhari Akmal Tarigan, “Reorientasi Kajian Tafsir..., h. 105-112.

dari pesantren Tambak Beras, Jombang.39 Tafsir tersebut merupakan tafsir

ahkam berbahasa Arab, terdiri dari tiga jilid. Meski tidak ada penanggalan

dalam tafsir tersebut, tetapi diperkirakan ditulis pada tahun 1990-an.40 Kitab Tafsir Al-Ahkam yang ditulis oleh Syekh Abdul Halim Hasan, merupakan kitab tafsir yang unik dari sisi penulisan dan penerbitannya. Dikatakan unik karena tidak diketahui secara pasti kapan Syekh Abdul Halim Hasan memulai penulisannya, karena memang tidak ada disebutkan dan dijumpai, baik dalam tulisannya atau diungkapkan secara lisan. Pada mulanya, kitab tafsir ini hanya berbentuk naskah dan tidak pernah diterbitkan semasa hidupnya.41

Kitab Tafsir Al-Ahkam kemudian diterbitkan setelah ada gagasan dari Azhari Akmal Tarigan yang bekerja sama dengan Agus Khair. Gagasan untuk menerbitkan tafsir ini pun disambut baik oleh putra Syekh Abdul Halim Hasan, yaitu Amru Daulay yang pada saat itu masih menjabat sebagai Bupati Kabupaten Mandailing Natal, sampai pada akhirnya pada tahun 2006, kitab tafsir ini dapat diterbitkan. Kitab Tafsir Al-Ahkam terbit jauh setelah wafatnya Syekh Abdul Halim Hasan.

Terlepas dari siapapun orang pertama yang menulis tafsir ahkam di Indonesia, namun yang pasti kitab Tafsir Al-Ahkam karya Syekh Abdul Halim Hasan ini memberikan warna tersendiri dalam khazanah akademis dan perjalanan sejarah tafsir ahkam di Indonesia. Artinya, bahwa Syekh Abdul Halim Hasan telah mewariskan kepada generasi hari ini sebuah penafsiran Alquran yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam memahami pesan-pesan Allah SWT yang terdapat dalam Alquran.

E. Corak, Metode serta Contoh Tafsir dalam Kitab Tafsir Al-Ahkam