• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Usaha Produktif “Bertumpu” pada Sumber Daya Lokal

Desa Argosari dan Argorejo, Bantul - D.I Yogyakarta merupakan lokus utama dari aktivitas dan proses pemberdayaan masyarakat yang menjadi dasar “rekomendasi” atas penerapan proses adopsi inovasi peternakan terintegrasi. Proses adopsi inovasi peternakan terintegrasi yang terjadi di Desa Argosari dan Argorejo, merupakan satu contoh cerita sukses (succes story) tentang bagaimana suatu proses interaksi yang “guyub” dan “intim” antara masyarakat lokal dengan para fasilitator pemberdayaan. Proses “insert” teknologi serta penerapannya yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat Desa Argosari dan Argorejo, merupakan faktor kunci keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat tersebut.

Adopsi inovasi peternakan terintegrasi yang dilakukan kelompok masyarakat usaha produktif di Desa Argorejo dan Argosari, terselenggara melalui suatu rangkaian proses pengenalan inovasi yang disampaikan fasilitator dan narasumber.

Proses pengenalan inovasi tersebut, selanjutnya direspon oleh masyarakat secara positif dengan cara mencontoh langsung (direct exampling) apa yang dianjurkan fasilitator pemberdayaan. Tidak berhenti sampai disitu, proses penerapan langsung atas contoh yang telah diaplikasikan oleh masyarakat tersebut, mendorong suatu inisiatif tindak lanjut dalam bentuk proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi inovasi yang diimplementasikan dalam demonstration plot (demplot) berskala kecil sebagai model budidaya dan pengolahan produk yang dikembangkan.

Proses terbentuknya pola adopsi inovasi dari tahap pengenalan teknologi hingga keputusan untuk melakukan duplikasi, baik secara individu maupun berkelompok oleh masyarakt Desa Argorejo dan Argosari ialah melalui tahapan seperti tergambar pada skema dibawah ini:

Gambar 5.1. Proses Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi

Kegiatan kelompok masyarakat dalam pengembangan usaha produktif, didasarkan pada hasil pemetaan yang dilakukan kelompok masyarakat bersama fasilitator pemberdayaan. Hasilnya menggambarkan data dan informasi tentang peluang pengembangan ekonomi berbasis sumber daya unggulan lokal, yang sangat prospek pengembangannya sebagai usaha masyarakat, serta target capaian program yang dituangkan dalam rencana aksi berdasarkan musyawarah mufakat untuk kurun waktu tertentu.

kelompok masyarakat Desa Argorejo terbagi dalam 2 aktifitas, yaitu: 1) kegiatan produksi, berupa pembuatan: pupuk organik, pakan ikan dan baglog media jamur; 2) kegiatan budi daya, berupa pengembangan: tanaman padi, jamur, lele dan komoditas ekonomi dilahan pekarangan. Secara skematik dapat dilihat pada Gambar 5.2. Sedangkan kegiatan usaha produktif yang diselenggarakan kelompok masyarakat di Desa Argosari, terinci dalam aktifitas: 1) kegiatan produksi pembuatan pakan unggas; 2) kegiatan budidaya pengembangan: tanaman padi, ayam kampung, pembibitan (breeding) dan penggemukan kambing. Secara skematik kegiatan usaha produktif kelompok masyarakat Desa Argosari dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar. 5.2. Kegiatan Usaha Kelompok Masyarakat Desa Argorejo (data olahan) Gambar pola dan ragam aktivitas produktif pada kedua desa menunjukkan adanya berbagai jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Pola dan ragam aktivitas ekonomi tersebut adalah gambaran dari proses pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan “Total Solution” dalam optimalisasi pengeloaan potensi sumber daya lokal, yang dikerjakan secara

komprehensif-integratif dan terpadu, dengan tujuan mewujudkan masyarakat perdesaan yang mandiri dan sejahtera.

Gambar. 5.3. Kegiatan Usaha Kelompok Masyarakat Desa Argosari (data olahan)

Pengelolaan peternakan dan pertanian merupakan kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat perdesaan sebagai sumber pendapatan, namun masih bersifat tradisional dan sebagai kegiatan sampingan khususnya dalam pemeliharaan ternak. Dalam proses pengembangan peternakan terintegrasi pada proses adopsi inovasi, anggota kelompok sebagai pelaku utama kegiatan pengembangan usaha produktif dengan peranannya masing-masing menjadi adopter dalam menerapkan inovasi yang diperkenalkan narasumber, pendamping dan PPL Pertanian. Anggota kelompok juga berperan sebagai inovator atas dasar pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimilikinya untuk berkreatifitas dan mengembangkannya dalam kegiatan produksi, pengolahan produk, pengepakan dan distrubusi pemasaran serta sekaligus konsumen atas produk yang dihasilkan kelompok

pengembangan usaha lainnya.

Selain itu pengalaman program yang telah dilakukan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT) dalam pengentasan kemiskinan, tercatat data komoditas yang dipilih sebagian besar adalah ternak. Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) bahwa semua lokasi kegiatan ingin diterapkannya sistem usaha pertanian yang melibatkan ternak, sebagai basis utama dalam sistem usaha pertaniannya (Kusnadi et al. 2005).

Peran fasilitator dalam pendampingan program menjadi faktor kunci dalam melakukan transfer teknologi hasil inovasi untuk perbaikan pola pengembangan sumber daya lokal yang dikelola masyarakat, dan berfungsi sebagai integrator dalam mensinergikan kegiatan antar kelompok untuk saling menguatkan, sehingga menjadi pendorong terciptanya nilai tambah dan daya saing produk. Hal ini berdampak terhadap terselenggaranya pengelolaan usaha yang efektif, dan dihasilkan produk berkualitas yang menguntungkan bagi pengelolanya.

5.2 Integrasi Vertikal dan Horizontal

Pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya unggulan lokal yang kelola kelompok masyarakat, dimulai dengan aktifitas: 1) pemetaan potensi sumber daya; 2) penyusunan rencana aksi; 3) penguatan kelembagaan kelompok; 3) peningkatan kapasitas dan pendampingan masyarakat; 4) fasilitasi bantuan modal sosial berupa sarana prasarana bersifat pendorong pengembangan usaha. Proses pemberdayaan tersebut telah menjadi pengungkit motivasi masyarakat untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi, dalam optimalisasi pengelolaan usaha produktif berbasis potensi sumber daya lokal secara terintegrasi

melalui kelembagaan kelompok usaha produktif.

Proses adopsi inovasi peternakan teringrasi, baik secara vertikal maupun horizontal memiliki karakteristiknya masing- masing. Integrasi vertikal adalah penggabungan beberapa kegiatan yang memiliki kelanjutan suatu proses produksi, dan integrasi horizontal adalah penggabungan beberapa kegiatan memiliki proses produksi sama dan produk yang dihasilkan juga serupa. Pengintegrasian kegiatan yang memiliki keterkaitan proses produksi, dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi sehingga hasil produk menjadi lebih kompetitif. Strategi integrasi vertikal maupun horizontal banyak dilakukan oleh perusahaan, untuk memenangkan persaingan pasar dalam pengembangan produk unggulan yang dihasilkan.

Adopsi inovasi peternakan terintegrasi telah membawa perubahan sikap dan perilaku anggota pada masing- masing kelompok, dalam mengelola usaha produktif yang dikembangkannya. Adopsi inovasi oleh kelompok masyarakat terjadi setelah mereka menyadari tentang kebutuhan suatu perubahan cara yang lebih efektif dan efisien dalam mengelola usaha, dan berminat mengenal lebih detail tentang inovasi dari fasilitator dan PPL Pertanian melalui pelatihan. Selanjutnya pengetahuan dan keterampilan tersebut coba dipraktekkan dalam skala kecil atau demplot, yang didampingi fasilitator dan narasumber pemberdayaan.

Kegiatan usaha produktif pada gambar skematis dibawah ini menunjukkan aktifitas kelompok masyarakat yang difasilitasi program pemberdayaan pada kedua desa, yang memiliki keterkaitan saling mendukung bagi terbentuknya kegiatan sinergis pengelolaan sumber daya lokal dan usaha

produktif lainnya secara terintegrasi vertikal maupun horizontal.

Gambar. 5.4. Skema Integrasi Vertikal dan Horizontal Kegiatan Usaha Masyarakat Desa Argorejo dan Desa Argosari

Keberhasilan dan keberlanjutan pengelolaan kegiatan usaha produktif berbasis sumber daya lokal yang dikelola kelompok masyarakat sangat ditentukan oleh pilihan komoditas utama untuk mendorong pengembangan kegiatan terintegrasi. Peternakan merupakan komoditas unggulan yang prospektif untuk menjadi pemicu awal bagi pengembangan potensi sumber daya lokal lainnya, sehingga menjadi kegiatan yang produktif, bernilai tambah dan berdaya saing tinggi dipasaran.

Pentingnya peternakan menjadi komoditas utama dikarenakan ternak merupakan potensi sumber daya lokal yang tersedia dan terbiasa dikelola masyarakat perdesaan. Hasilnya adalah produk sumber pangan berupa protein dan sebagai pengembangan sumber ekonomi baru, disamping berbagai komoditas hasil usaha produktif mayarakat yang ada sebelumnya. Kelebihan lainnya, yaitu:

1) Pengelolaan ternak tidak tergantung musim, kapan saja dapat dilakukan;

2) Pelihara ternak dapat dilakukan siapa pun, dan dalam skala kecil maupun besar sesuai kemampuan;

3) Limbah peternakan dapat menjadi sumber energi terbarukan melalui pengolahan biogas;

4) Bahan baku pupuk organik sebagai kompos untuk mengoptimalkan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.

5.3 Pola Adopsi Inovasi Usaha Terintegrasi

Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang didasarkan pada hasil pemetaan, rencana aksi realistis sesuai kondisi lokal dan perhatian khusus melalui pendampingan fasilitator dalam adopsi inovasi yang aplikatif, merupakan prinsip pendekatan solusi total dalam pengelolaan usaha produktif berbasis potensi sumber daya lokal. Cerita sukses yang menjadi rujukan utama yakni kegiatan Kelompok Mekar Harapan, fasilitasi pembangunan gedung dan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk organik (kompos) diberikan pada akhir proses pemetaan (sosial mapping) dan terbangun dasar kelembagaan yang baik disertai berkomitmen dan kemampuan anggota kelompok untuk mengolah pupuk yang berkualitas. Proses tersebut ditujukan untuk membangun karakter dan motivasi kelompok sasaran, apabila tanggung jawab sudah teruji dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan bantuan supra dan infrastruktur yang mendukung pengembangan usaha produktif kelompok sasaran.

dan Desa Argorejo adalah proses penyebaran teknologi yang didasarkan pada contoh keberhasilan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk yang berdampak pada pendapatan lebih besar atas kegiatan usaha berbasis sumber daya lokal. Adopsi inovasi peternakan terintegrasi merupakan pengembangan ide atau gagasan, teknik dan pola yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan optimal dalam pengelolaan peternakan. Pengembangan peternakan terintegrasi sebagai sistem pengelolaan sumber daya yang beragam secara sinergis atau memiliki keterkaitan saling yang menguntungkan antara pengembangan ternak dan budidaya tanaman produktif berorientasi usaha ramah lingkungan (zero waste).

Fakta ini sangat relevan dengan hasil penelitian Syamsidar (2012), yang menganalisis dampak ekonomi sosial atas intervensi program sistem integrasi pertanian dan peternakan dengan rekomendasi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Kabupaten Sinjai sebesar 52%. Dasar analisisnya, petani mampu mengelola aneka sumber ekonomi dan penciptaan nilai tambah dengan optimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya yang tersedia.

Pengembangan peternakan terintegrasi merupakan model pengelolaan potensi unggulan lokal dengan mengintegrasikan kegiatan usaha produktif yang berorientasi usaha skala ekonomi dan ramah lingkungan (zero waste) sesuai potensi wilayah pengembangan yang diselenggarakan masyarakat setempat. Penerapan konsep ini sangat berpengaruh signifikan pada peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu “benefit” yang diperoleh dari diterapkannya model pengelolaan kegiatan terintegrasi adalah adanya pemanfaatan potensi, sehingga sumber daya yang tersedia dengan lebih optimal dan efisien,

sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan kegiatannya lebih terencana dan berkelanjutan.

Manfaat ini akan berdampak lebih jauh terhadap besarnya kontribusi pengembangan pusat pertumbuhan, peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan, serta mendukung ketahanan pangan dan ekonomi nasional. Kegiatan pengembangan peternakan terintegrasi dalam hal ini merupakan keterpaduan kegiatan usaha produktif antar kelompok yang memiki keterkaitan langsung atas produk yang dihasilkan masing-masing aktifitas.

Kegiatan kelompok usaha produktif program pemberdayaan yang melakukan proses integrasi vertikal, tergambar pada kegiatan: 1) pemanfaatan limbah dari peternakan masyarakat, dikelola kelompok Mekar Harapan sebagai bahan baku kompos dalam pembuatan pupuk organik; 2) produk pupuk organik dimanfaatkan untuk budi daya padi dan tanaman produktif di lahan kelompok masyarakat; 3) hasil samping pertanian (limbah tanaman) dimanfaatkan untuk pakan ternak; 4) kegiatan usaha produksi pakan dipasok kepada kelompok usaha ternak sapi dan kambing, serta untuk perikanan seperti lele; 5) produk pupuk organik juga diproduksi untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar dalam proses produksi pembuatan baglog; dan 6) kegiatan usaha baglog media penanaman jamur terjadi integrasi vertikal terhadap kegiatan budi daya jamur.

Proses intergasi tersebut mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas produk secara optimal, serta terjamin ketersediaanya dengan biaya produksi yang efisien, karena pupuk diproduksi sesuai kebutuhan dan biaya operasional dapat ditekan oleh karena bahan baku produksi dapat diperoleh dari

masyarakat lokal. Dari aspek yang lebih makro, proses integrasi ini berdampaknya pada adanya perubahan prilaku masyarakat produktif, tercipta nilai tambah, dan lingkungan hidup yang bersih.

5.4 Insert Teknologi, Kelembagaan dan Perubahan Perilaku

Inovasi teknologi yang diadopsi dan diterapkan secara kelembagaan, di antaranya adalah kegiatan Kelompok Mekar Harapan Dusun Metes Desa Argorejo untuk memproduksi pupuk organik berkualitas, yaitu: 1) teknologi EM4 dengan mikrobia sebagai decomposer pembuatan organik fertilizer dari kotoran ternak, atau fermentasi limbah menggunakan mikro-organisme lokal (MOL) atau starter dari buah; 2) crushing dalam proses penghalusan hasil kompos; 3) packaging produk pupuk organik dengan karung yang dijahit pakai mesin; 4) labeling kemasan produk pupuk organik dengan sablon. Kelompok Wanita Tani (KWT) melakukan adopsi inovasi dalam pemanfaatan limbah baglog bekas media budi daya jamur dan limbah peternakan (fases) serta sludge biogas dari pengelolaan & pemanfaatan instalasi biogas, digunakan sebagai bahan organik fertilizer guna memenuhi kebutuhan pupuk organik dalam pengembangan tanaman produktif dan ekonomi di lahan pekarangan.

Adopsi inovasi dalam upaya perbaikan metode dan perubahan prilaku kelompok usaha produktif telah berkembang dengan baik di Desa Argorejo dan Argosari. Hal ini ditandai dengan pengelolaan kegiatan yang selama ini diselenggarakan masyarakat bersifat parsial menjadi sinergi dan terintegrasi secara vertikal maupun horizontal, serta dari kegiatan individual sudah dilakukan secara kelembagaan atau kelompok. Hal ini

akan berdampak terhadap terciptanya pengelolaan potensi sumber daya peternakan dan unggulan lainnya secara efisien, menguntungkan dan berdaya saing. Lebih jauh berkontribusi cukup besar terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan perkembangan daerah. Perkembangan jenis dan karakteristik usaha yang dikelola oleh masyarakat, juga secara paralel ikut mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Adopsi inovasi peternakan terintegrasi telah membawa perubahan sikap dan perilaku anggota pada masing- masing kelompok, dalam mengelola usaha produktif yang dikembangkannya. Adopsi inovasi oleh kelompok masyarakat terjadi setelah mereka menyadari tentang kebutuhan suatu perubahan cara yang lebih efektif dan efisien dalam mengelola usaha, dan berminat mengenal lebih detail tentang inovasi dari pendamping dan PPL Pertanian melalui pelatihan. Selanjutny pengetahuan dan keterampilan tersebut coba dipraktekkan dalam skala kecil atau demplot yang didampingi narasumber/fasilitator pemberdayaan.

5.5 Karakter Individu dan Kelompok Dalam Adopsi Inovasi

Pola adopsi inovasi berkembang, baik secara individual maupun secara berkelompok. Adopsi inovasi yang dikembangkan secara perseorangan, diantaranya pengembangan budi daya jamur sebagai usaha pribadi oleh anggota KWT yang mengelola usaha secara mandiri, dengan skala usaha 800 hingga 1.000 baglog setiap kali produksi. Inovasi pengelolaan budi daya jamur diadopsi karena mudah dilakukan dan memberikan keuntungan yang significant secara ekonomi, sehingga pendapatan masyarakat meningkat, membuka peluang kerja bagi anggota keluarga dan

masyarakat di wilayah pengembangan. Semakin mudah sebuah inovasi baru dan produk yang hasilkan berdaya saing di pasaran, adopsi inovasi akan lebih cepat dipraktekkan oleh adopter. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (1988), agar proses adopsi inovasi dapat berjalan cepat maka dibutuhkan upaya penyajian inovasi yang lebih sederhana.

Adopsi inovasi pembuatan produk pupuk organik oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Mekar Harapan- Dusun Metes Desa Argorejo bertujuan utama memanfaatkan limbah peternakan menjadi produk ramah lingkungan yang bernilai ekonomi. Selama ini limbah ternak tidak dikelola dengan baik, bahkan dibiarkan teronggok di sekitar kandang yang berpengaruh terhadap kenyamanan lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat. Kegiatan usaha pembuatan pupuk organik telah mendorong terbangunnya sinergi dan integrasi kegiatan pengembangan ternak oleh masyarakat secara individu, dan pengembangan pertanian organik oleh kelompok dalam penerapan konsep pemupukan berimbang untuk menjaga kesuburan lahan. Hal ini berdampak terhadap terciptanya nilai tambah dari pemanfaatan limbah ternak, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, memperbaiki kesehatan lingkungan dan membuka kesempatan kerja.

Prinsip dasarnya jelas bahwa dukungan pengembangan usaha kepada Kelompok Mekar Harapan dalam usaha pembuatan pupuk organik dari limbah peternakan, bukan dimulai dengan pemberian ternak sapi tetapi mendorong semangat masyarakat untuk mengoptimalkan pemeliharaan ternak dalam skala ekonomi tertentu. Pemicunya adalah manfaat atas pengelolaan limbah ternak yang dirasakan masyarakat sebagai nilai tambah ekonomi, dan menjadi sumber pendapatan tambahan yang

ditunjukkan dengan keuntungan secara nyata. Selain ternak berkembang dengan baik, pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan kotoran sapi untuk perluasan lahan potensial dalam pengembangan tanaman produktif dan bernilai ekonomi, sehingga diperoleh peningkatan pendapatan, peningkatan kesehatan lingkungan dan berkembangnya kegiatan sosial yang terbangun melalui musyawarah dalam kelembagaan kelompok.

Kegiatan Kelompok Mekar Harapan dalam optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya lokal, menunjukkan tidak dimulai dari titik 0 (nol). Yakni keberadaan ternak sapi masyarakat dengan potensi kotoran ternak dapat dikelola sebagai produk bernilai ekonomi dan ramah lingkungan berupa pupuk organik, dan hasil samping pertanian seperti jerami dan batang jagung dapat diolah sebagai pakan ternak, sehingga dapat dikelola secara terintegrasi dalam kegiatan peternakan dan pertanian secara terpadu, dan berdampak terhadap kemampuan dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah serta aneka usaha produktif masyarakat dalam menghasilkan berbagai produk pangan dan meningkatkan pendapatan.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi berbasis sumber daya lokal, dimulai dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan berupa pelatihan, sekolah lapang dan pendampingan, sehingga proses pengembangan usaha produktif terkelola lebih efektif dan efisien, bernilai tambah dan produk yang dihasilkan berkualitas serta dapat bersaing di pasaran. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi inovasi menjadi kebutuhan dalam optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya unggulan lokal menjadi ekonomi rill, agar usaha yang dikembangkan menguntungkan dan berkelanjutan. Kegiatan budi daya padi yang diselenggarakan melalui kelompok tani sangat

mempermudah komunikasi dan efektif dalam proses adopsi inovasi, guna memperbaiki pola-pola kegiatan yang selama ini dianggap tidak optimal meningkatkan produktivitas dan penciptaan nilai tambah dari kegiatan yang diselenggarakan.

Dukungan dalam pemberdayaan masyarakat untuk terbangunnya budaya produktif dan inovatif dalam mendorong kegiatan usaha yang berdaya saing, dilakukan melalui pelatihan peningkatan kompetensi dan pendampingan dalam pembelajaran adopsi inovasi, sedangkan penyediaan sarana prasarana untuk pendorong motivasi mengembangkan kreatifitas dalam optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya lokal yang tersedia menjadi produk bernilai ekonomi dan penciptaan nilai tambah atas produk yang dikelola.

5.6 Bentuk-Bentuk Kegiatan Usaha Terintegrasi Vertikal

Kegiatan kelompok usaha produktif terintegrasi secara vertikal diselenggarakan dengan memproduksi pupuk organik untuk menjamin keberlanjutan persediaan bahan baku dalam proses produksi pengembangan budi daya berbagai jenis tanaman produktif bernilai ekonomi. Selama ini ketersediaan pupuk tidak stabil, sehingga menjadi kendala dalam kontinuitas penyediaan bahan baku untuk proses budi daya tanaman. Disamping itu, dengan kapasitas produksi pupuk organik yang mampu menyediakan bahan baku sendiri akan mampu menjaga efisiensi dalam menghasilkan produk untuk pemenuhan kebutuhan setiap kelompok dalam melakukan budi daya tanaman.

Gambar 5.5 Skema Integrasi Vertikal Pembuatan Pupuk dan Budidaya Tanaman Produktif Bernilai Ekonomi

5.6.1 Pembuatan Pupuk Organik dan Budi daya Tanaman Produktif

Kegiatan usaha produksi pupuk organik didasarkan pada keinginan kuat dari kelompok masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pupuk secara mandiri dan dilatarbelakangi adanya potensi limbah ternak dari 90 ekor sapi di wilayahnya yang dimiliki oleh 83 orang peternak setempat dengan kepemilikan rata-rata 1 hingga 2 ekor sapi. Secara teknis dengan asumsi produksi kotoran sapi/feses 20-25 kg/ekor sapi/hari, maka tersedia sekitar 1.800-2.200 kg bahan baku pembuatan pupuk organik per hari atau sekitar 5,40 - 6,75 ton bahan baku pupuk/ bulan. Potensi limbah kotoran ternak tersedia juga di wilayah

sekitar dengan karakteristik serupa dalam pengembangan ternak sapi, sehingga dapat mendukung ketersediaan kebutuhan bahan baku pembuatan pupuk organik dalam skala ekonomi tertentu dan berkelanjutan.

Gambar 5.6 Tahapan pengumpulan limbah ternak kering untuk bahan baku pembuatan pupuk organik.

Pembuatan pupuk organik dimaksudkan untuk, antara lain: 1) manfaatkan limbah ternak menjadi produk ramah lingkungan dan bernilai ekonomi; 2) pemenuhan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan; 3) mendorong kegiatan integrasi pengembangan ternak dengan pertanian organik. Fakta yang terjadi selama ini, limbah ternak dijual mentah ke para petani sayur di kawasan pegunungan Dieng dan Temanggung, Jawa Tengah, bahkan ada yang dibiarkan teronggok sekitar kandang sehingga potensi sumber ekonomi tidak terkelola dan tercipta nilai tambah bahkan menggangu kenyamanan lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat.

Di sisi lain, Desa Argorejo juga mempunyai potensi lahan pertanian seluas 169 hektar sawah

yang bisa dikelola petani setempat dengan konsep pemupukan berimbang, untuk tanaman padi adalah 1-2 ton/ha/musim tanam (Balitbang Pertanian, 2015). Jika diasumsikan dengan kebutuhan, sedikitnya diperlukan pasokan 338 ton pupuk organik per musim tanam atau 1.014 ton/tahun untuk menjaga kesuburan lahan. Dalam rangka integrasi kegiatan, kelompok Anggra Tani Desa Argosari memiliki garapan lahan sekitar 37 hektar sebagai target sasaran pemanfaatan produk pupuk organik.

Kelompok Mekar Harapan (KMH) memiliki anggota yang terdiri dari 18 orang mengembangkan usaha pembuatan pupuk organik. Kegiatan pengembangan pupuk organik tersebut ialah berupa pembangunan rumah produksi kompos dan peralatan pengolahan pupuk seperti crushing untuk menghaluskan hasil pupuk, packaging dan sarana pendukung proses pembuatan pupuk organik seperti terpal penutup gundukan bahan campuran fermentasi, cangkul dan sekop untuk membolak-balik dan mencampur formula pupuk. Sebelum ada crusher, bongkahan pupuk dihancurkan menggunakan peralatan seadanya dan penutup terpal sebagai atap bangunan.

Proses pembuatan pupuk organik dimulai dengan praktek menerapkan teknologi hasil pembelajaran pelatihan guna mendapatkan formula yang tepat untuk menghasilkan pupuk organik berkualitas dimana aktifitas produksi pupuk ini disesuaikan dengan permintaan pasar (made to order). Artinya proses produksi diselenggarakan memperhatikan volume pesanan konsumen dengan kapasitas rata-rata produksi setiap bulan sebanyak 10 ton pupuk

Gambar 5.7 Aplikasi Penggunaan Pupuk Organik Pada Skala Kecil. organik, apabila ada permintaan tinggi maka proses