• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan Juli sampai dengan September 2007 di Sub DAS Cisadane Hulu, yang secara administratif terletak di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor Propinsi Jawa Barat dengan lokasi pengamatan intensif di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin dan Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat (Gambar 3).

Data dan Alat Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang meliputi (1) data biofisik lokasi pengamatan intensif yaitu tekstur tanah, struktur tanah, panjang dan kemiringan lereng, kandungan NPK tanah, penggunaan lahan, metode konservasi tanah yang sudah digunakan yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan dan (2) data sosial ekonomi budaya yaitu kependudukan, sarana produksi, pendapatan keluarga, kepemilikan lahan, respon terhadap penggunaan lahan berkelanjutan, pengetahuan tentang teknik konservasi tanah dan air, alasan pemanfaatan lahan yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Data sekunder meliputi (1) data biofisik Sub DAS Cisadane Hulu yaitu peta tanah tinjau mendalam DAS Cisadane Hulu skala 1 : 100.000 (Puslittanah dan Agroklimat 1992), peta rupa bumi skala 1 : 25.000 lembar 1209-143 (Bakosurtanal 1998), 1209-141, 1209-142 (Bakosurtanal 1999), 1209-123,1209-124,1209-132 (Bakosurtanal 2000), peta faktor erodibilitas tanah dan klas lereng DAS Cisadane Hulu skala 1 : 50.000 (Bakosurtanal, Puslittanah, Fak Geografi

dan PPLH UGM 1987), data curah hujan bulanan (BMG Dramaga Bogor 2007, peta RTRW Kabupaten Bogor, Peta RTRW Kota Bogor, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2007, Kota Bogor dalam Angka 2007, Monografi Kecamatan dan Kecamatan dalam angka, Laporan tahunan dan rencana kerja stake holder (Dinas Pertanaian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, BP DAS Ciliwung Cisadane, Dinas Agroindistri, UPTD penyuluhan, TN. Gunung Gede Pangrango).

Alat

Alat yang digunakan adalah peta kerja, abney level untuk mengukur kemiringan lereng, meter roll untuk mengukur panjang lereng, GPS untuk menentukan posisi dan arah lokasi pengamatan, plastik contoh untuk menentukan kandungan N dan P, kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah, alat dokumentasi dan seperangkat komputer PC.

Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui pengamatan, pengukuran, wawancara dan kuisioner di lokasi pengamatan intensif dengan menggunakan sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Lokasi pengamatan intensif ditentukan secara purposif yaitu di areal Model Penanganan Konservasi Tanah dan Air Sub DAS Cisadane Hulu DAS Cisadane, yang secara administratif terletak di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringan dan Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor b. Satuan lahan homogen, diperoleh dengan cara menumpangsusunkan (overley)

1) peta jenis tanah (Lampiran 1), 2) peta penggunaan lahan (Lampiran 2) dan 3) peta kelas lereng (Lampiran 3).

26

c. Tanah, contoh tanah diambil dengan teknik pengambilan sampel secara

stratified random sampling dengan kriteria : 1) lokasi mewakili tipe penggunaan lahan yang ada (kebun campuran, tegalan, hutan, sawah), 2) lokasi mewakili kelas kelerengan 0 – 8%, 8 – 15%, 15 – 25%, 25 – 35% dan > 45%.

d. Responden, penentuan responden dalam penelitian ini adalah petani pemilik lahan atau penggarap atau penyewa sebanyak 20%. Selain itu juga dipilih responden yang memiliki keterkaitan dengan penggunaan lahan di Sub DAS Cisadane Hulu secara purposif seperti kepala desa, ketua RW, petugas penyuluh kehutanan dan pertanian, tokoh masyarakat, pejabat dinas kehutanan, pertanian, serta pemilik lahan (PT. PAP, PT. Panggung, CV Kertajaga, Balai TN Gunung Gede Pangrango).

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai instansi terkait seperti BP DAS Citarum-Ciliwung, Dinas Pertanian dan Kehutanan kabupaten Bogor, dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, BMG, BPS, BPSDA, Kantor Kecamatan, Kantor kelurahan dan lain-lain seperti kebijakan pemerintah dan pemilik lahan, tugas pokok dan fungsi, program kerja, infra struktur ekonomi, peta-peta dan lain-lain.

Secara rinci data yang diperlukan dan cara pengumpulannya dalam penelitian ini adalah :

a. Lingkungan sosial ekonomi meliputi (1) kebijakan pemerintah dan pemilik lahan seperti tugas pokok dan fungsi, program kerja, perencanaan penggunaan lahan, program penyuluhan dan lain-lain; (2) kelembagaan yang terkait dengan kegiatan produksi pertanian seperti lembaga penyuluhan, lembaga

keuangan desa, kelompok tani dan koperasi unit desa; (3) budaya masyarakat seperti norma dan orientasi kegiatan produksi, pola kerja dan tata waktu; dan (4) infrastruktur ekonomi dan pertanian seperti sarana transportasi, pasar, bank, pabrik, home industri dan jaringan irigasi diperoleh dari wawancara, kuisioner dan data sekunder.

b. Karakteristik petani meliputi penguasaan lahan garapan, pemilikan modal usahatani, ukuran rumah tangga, sumber pendapatan rumah tangga, ketrampilan/kemampuan dibidang lain dan pola konsumsi rumah tangga diperoleh dengan wawancara dan kuisioner.

c. Teknologi pertanian yang sudah dilaksanakan meliputi jenis tanaman dan pola tanam, metoda, alat dan teknik konservasi tanah yang digunakan dalam kegiatan pertanian diperoleh dengan pengamatan di lapangan dan wawancara. d. Lingkungan fisik dapat berupa tekstur dan struktur tanah, kondisi topografi

lahan garapan, kondisi iklim (seperti curah hujan, suhu) dan tata air setempat yang diperoleh dengan pengamatan di lapangan dan data sekunder

e. Faktor penyebab masyarakat memanfaatkan lahan perusahaan diperoleh melalui kuesioner dengan menghitung prosentase faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memanfaatkan lahan perusahaan meliputi lahan sendiri tidak cukup atau tidak punya lahan (x1), diijinkan oleh perusahaan (x2), pendapatan keluarga tidak cukup (x3), lahan tidak dikelola/lahan terlantar (x4), ikut-ikutan yang lain (x5), banyak waktu luang (x6), lain-lain (x7)

f. Tipe penggunaan lahan diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan dengan mencatat pola penanaman dan vegetasi dominan.

28

g. Faktor penyebab masyarakat menerapkan agroteknologi saat ini diperoleh melalui kuesioner dengan menghitung prosentase faktor penyebab masyarakat menerapkan teknologi penggunaan lahan saat ini meliputi menyesuaikan dengan modal (x1), ketersediaan tenaga kerja (x2), pengetahuan tentang teknik konservasi tanah dan air (x3), kebiasaan bertani (x4), bukan lahan sendiri (x5), lain-lain (x6).

h. Analisa usaha tani

Analisa usaha tani saat ini dilakukan untuk menilai pendapatan petani dari lahan yang dikelola saat ini dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) (Soekartawi 2002) diperoleh dengan cara kuesioner dan wawancara.

- Penerimaan usaha tani (TR), merupakan perkalian antara produksi tanaman ke-i (Yi) dan harga produksi tanaman ke-I (Pyi) dan dapat ditulis sebagai :

TR = Yi Pyi =

( Y1 Py1 + Y2 Py2 + … + Yn Pyn )

=

n

i 1

dimana : TR = total penerimaan usaha tani, Yi = produksi tanaman ke-i, Pyi = harga produksi tanaman ke-i.

- Total biaya usaha tani, merupakan nilai semua keluaran yang dipakai dalam usaha tani selama proses produksi baik yang langsung maupun tidak langsung. dan dapat ditulis sebagai :

TC = FC + VC

VC = Xi Pxi =

( X1 Px1 + X2 Px2 + … + Xn Pxn )

=

n

dimana : TC = total biaya usaha tani, FC = biaya tetap, VC = biaya tidak tetap, Xi = input usaha tani ke-i, Pxi = harga input usaha tani ke-i.

- Pendapatan bersih usaha tani (π), merupakan selisih antara penerimaan (TR) dan biaya (TC) yang dapat ditulis sebagai :

π = TR - TC i. Erosi

Jumlah tanah yang tererosi diprediksi menggunakan model the universal soil loss equation (USLE) (Wischmeier and Smith 1978) dengan rumus :

A = R x K x LS x C x P

Dengan pengertian bahwa : A = Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun, R = faktor erosivitas hujan, K = faktor erodibilitas tanah, LS = faktor panjang dan kemiringan lereng, C = faktor tanaman (penggunaan tanah), P = faktor teknik konservasi tanah .

Parameter yang digunakan dalam penggunaan rumus USLE : - Penentuan nilai faktor erosivitas hujan (R)

Nilai erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain RM = 2.21 (Rain)m 1.36

dimana RM = erosivitas hujan bulanan, (Rain)m = curah hujan bulanan (cm), Nilai R setahun diperoleh dengan menjumlahkan RM selama setahun

- Penentuan faktor erodibilitas tanah (K)

Nilai K dihitung berdasarkan nilai K yang disesuaikan (Hammer 1981) K = { 2.71 x 10-4 x (12 – OM) x M114 + 4.20 x (s-2) + 3.23 x (p-3)}/100 dimana K = faktor erodibilitas tanah, OM = persentase bahan organik, S = kelas struktur tanah (berdasarkan USDA Soil survey manual 1951), P =

30

kelas permeabilitas tanah (berdasarkan USDA Soil survey manual 1951), M = (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % liat)

- Penentuan faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)

Panjang dan kemiringan lereng diukur di lapangan. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung menggunakan rumus (Arsyad 2006) :

LS = x(0,0138s+0,00965s+0.00138s2

dimana : x = panjang lereng dalam meter, s = kemiringan lereng dalam persen.

- Penentuan faktor tanaman (C)

Nilai C merupakan perbandingan yang berhubungan dengan tanah hilang tahunan pada areal yang bervegetasi dengan areal yang sama jika areal tersebut kosong dan ditanami secara teratur (Dephut 1998). Nilai C ditentukan berdasar pengamatan dilapangan dan wawancara dengan responden meliputi jenis tanaman dan pola tanam kemudian dibandingkan dengan indeks pengelolaan tanaman yang sudah ada.

- Penentuan faktor konservasi tanah (P)

Tindakan konservasi tanah tidak hanya tindakan konservasi tanah secara mekanik atau fisik saja, tetapi termasuk juga berbagai macam usaha yang bertujuan untuk mengurangi erosi tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001). Nilai P ditentukan berdasar pengamatan dilapangan dan wawancara dengan responden meliputi teknik konservasi tanah yang dilakukan, tingkat penerapan teknik konservasi tanah, upaya pencegahan erosi kemudian dibandingkan dengan indeks konservasi tanah yang sudah ada.

j. Erosi yang masih dapat ditoleransikan (ETol) dihitung menggunakan persamaan Wood and Dent (1983) dalam (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001)

ETol = kecepatan pembentukan tanah n tanah Kelestaria min D -DE + ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

dimana : ETol = erosi yang dapat ditoleransikan, DE= kedalaman ekuivalen (kedalaman efektif x faktor kedalaman), D min = kedalaman tanah minimum yg diperbolehkan. Kecepatan pembentukan tanah adalah rata-rata laju pembentukan tanah di Indonesia yaitu 1 mm/tahun (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001) dan kelestarian tanah adalah 250 tahun.

k. Tanah

Data tanah diperoleh dari pengamatan lapangan dan analisis sampel di laboratorium. Pengamatan lapangan meliputi pengamatan profil tanah dan pengambilan sampel tanah pada satuan lahan terpilih. Sifat-sifat fisik tanah seperti sifat kimia (N-total, P-tersedia) dan tekstur tanah diperoleh dari analisis sampel tanah komposit.

l. Kehilangan unsur hara (N dan P) dihitung berdasar pengukuran sampel tanah dan jumlah tanah yang tererosi.

m. Peningkatan produktivitas didekati dengan menggunakan referensi yang sudah ada yaitu penurunan produksi akibat adanya erosi.

n. Biaya pencegahan dampak negatif didekati dengan biaya pembuatan bangunan konservasi tanah dan air (pembuatan teras)

32

o. Pendapatan petani

Pendapatan petani adalah semua pendapatan yang dihasilkan dalam satu keluarga petani baik dari usaha tani (on farm) maupun di luar usaha tani (off farm) dalam 1 tahun.

p. Standar hidup layak

Standar kehidupan layak untuk pertanian berkelanjutan adalah pendapatan bersih harus lebih besar dari pemenuhan kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah 1) 50% KFM untuk kebutuhan pangan, pakaian, perumahan dan kesehatan, 2) 50% KFM untuk kebutuhan pendidikan, 3) 50% KFM untuk kebutuhan rekreasi, kegiatan sosial dan tabungan (Sinukaban, 2007)

Standar kehidupan layak = KFM x 2.5, dimana KFM adalah setara 320 kg beras/tahun/kapita.

q. Peluang penerapan rekomendasi agroteknologi oleh petani diperoleh melalui kuesioner dengan menganalisa jawaban dan alasannya.

Analisa Data Penetapan Alternatif Agroteknologi

Penentuan erosi yang masih dapat ditoleransikan (ETol) digunakan sebagai patokan kegiatan penggunaan lahan berkelanjutan, sehingga kegiatan yang direncanakan harus memiliki nilai erosi dibawah atau sama dengan nilai erosi yang masih dapat ditoleransikan.

Alternatif pola tanam dan agroteknologi dilakukan dengan simulasi model prediksi erosi USLE, dimana nilai parameter R, K, dan LS adalah konstan sehingga agroteknologi ditentukan dengan simulasi nilai faktor C dan P. Simulasi dilakukan dengan menggunakan data jenis tanaman, pola penanaman dan teknik

konservasi tanah yaitu dengan melakukan perubahan komponen tanaman (C) dan tindakan konservasi (P) sehingga diperoleh nilai erosi yang lebih kecil atau sama dengan nilai erosi yang masih dapat dibiarkan. Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman yang secara ekologis hidup ditempat tersebut dan dikehendaki oleh masyarakat. Alternatif agroteknologi disimulasikan berdasarkan kriteria nilai CP maksimum, dimana CP maksimum adalah perbandingan antara nilai ETol dengan faktor RKLS. Dengan demikian agroteknologi alternatif yang ditetapkan memiliki nilai CP ≤ CP maksimum.

Rekomendasi Agroteknologi

Rekomendasi agroteknologi adalah penggunaan lahan dengan nilai E < ETol dan menghasilkan pendapatan > standar hidup layak dan jika hal tersebut tidak dapat dicapai maka digunakan E < ETol dan peningkatan pendapatan disertai adanya alternatif pendapatan diluar sektor pertanian.

Nilai Manfaat Ekonomi Lingkungan Pencegahan Erosi untuk Petani

Penilaian manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi untuk petani ditujukan untuk memberi gambaran tentang pengorbanan yang telah dilakukan petani dalam upaya pencegahan erosi sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam penyusunan program kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan erosi.

Nilai manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi, dianalisis dengan analisis biaya dan manfaat yaitu seberapa besar manfaat yang diperoleh dengan membiayai pencegahan dampak (pendekatan pengeluaran preventif) dan biaya ganti dari jasa lingkungan. Nilai manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi difokuskan pada nilai yang berhubungan langsung dengan petani setempat. Hal

34

ini ditujukan untuk mengetahui manfaat ekonomi lingkungan yang diperoleh oleh petani dalam pelaksanaan pencegahan erosi. Nilai manfaat ekonomi lingkungan dianalisis berdasarkan nilai prediksi erosi dengan menggunakan metode USLE dan simulasi daur terpanjang tanaman yang dibudidayakan. Dalam penelitian ini yang di kategorikan sebagai biaya berupa biaya pembuatan bangunan konservasi tanah, sementara manfaat berupa peningkatan produktivitas dan penurunan penggunaan pupuk.

MELPE = MPE – BPE

dimana : MELPE (Manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi), MPE (manfaat pencegahan erosi), BPE (biaya pencegahan erosi)

MPE = Peningkatan produktivitas + penurunan penggunaan pupuk, dimana : Peningkatan produktivitas = didekati dengan nilai penurunan produktivitas komoditi x harga komoditi, yang dapat dituliskan sebagai :

NMPPr = Σ (IPPi x HKi)

dimana : NMPPr = nilai manfaat peningkatan produksi (Rp), IPPi = indeks penurunan produktivitas komoditi-i (diperoleh dari pengaruh erosi terhadap penurunan produktivitas (data sekunder hasil penelitian)) (ton/ha), Hki = harga komoditi-i (Rp/ton)

Penurunan penggunaan pupuk = didekati dengan ( jumlah unsur N,P dan K tererosi (selisih simulasi dengan kondisi saat ini) x ekvivalen pupuk x harga yang dapat dituliskan sebagai :

NMPPk = Σ (JUHRij x HPi x LAj) JUHRij = Σ (ERij x PUHRij)

dimana, NMPPk = nilai manfaat penurunan penggunaan pupuk (Rp), JUHRij = jumlah unsur hara ke - i yang hilang dari tanah yang tererosi, sebesar j (kg/ha), HPi = harga pupuk perjenis i (Rp/kg), LAj = luas areal ke-j (ha), Erij = jumlah tanah tererosi per hektar di land unit j (ton/ha), PUHRij = proporsi unsur hara ke-i dari 1 ton tanah yang tererosi (kg), i = jenis unsur hara/pupuk (Urea dan TSP),j = satuan lahan homogen (Persamaan diadopsi dari Sihite, 2001).

BPE = didekati dengan biaya pembuatan bangunan konservasi tanah air (teras)

Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan

Perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan disusun berdasarkan hasil kajian rekomendasi agroteknologi, faktor yang menyebabkan masyarakat memanfaatkan lahan, faktor yang menyebabkan masyarakat menerapkan agroteknologi saat ini, peluang masyarakat menerapkan hasil rekomendasi, analisa ekonomi lingkungan pencegahan erosi untuk petani dan program-program stakeholder.

Dokumen terkait