• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1. Peta jenis tanah Sub DAS Cisadane Hulu ... 99 2. Peta penggunaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu ... 100 3. Peta kelas lereng Sub DAS Cisadane Hulu ... 101 4. Rata-rata curah hujan bulanan pada 5 Stasiun pengukur curah hujan

Sub DAS Cisadane Hulu ... 102 5. Peta arahan fungsi dan pemanfaatan ruang Sub DAS Cisadane Hulu ... 103 6. Peta kelas lereng lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 104 7. Peta jenis tanah lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 105 8. Peta penggunaan lahan lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane

Hulu ... 106 9. Peta satuan lahan homogen di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 107 10.Peta pola tanam aktual di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 108 11.Nilai erosivitas hujan (R) Sub DAS Cisadane Hulu ... 109 12.Kriteria dan nilai erodibilitas tanah (K) Sub DAS Cisadane Hulu ... 110 13.Faktor panjang dan kemiringan lereng Sub DAS Cisadane Hulu ... 111 14.Pola tanam aktual dan nilai CP di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 112 15.Nilai faktor C berbagai tanaman dan pola tanam ... 116 16.Nilai faktor tindakan konservasi dan pengelolaan lahan (CP) ... 117 17.Hasil prediksi erosi di lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane

Hulu ... 118 18.Peta indeks bahaya erosi di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 119 19.Perhitungan nilai manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi

untuk petani di lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu

20.Perhitungan nilai manfaat ekonomi lingkungan pencegahan erosi untuk petani di lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu

(tahap pemeliharaan teras) ... 121 21.Nilai biaya pencegahan erosi di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 122 22.Nilai manfaat pencegahan penurunan produktivitas lahan di lokasi

pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 123 23.Nilai manfaat pencegahan kehilangan unsur hara di lokasi pengamatan

intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 125 24.Evaluasi kelayakan ekonomi upaya pencegahan erosi dengan

pembuatan teras di lokasi pengamatan intensif Sub DAS Cisadane

Hulu ... 127 25.Perhitungan nilai erosi yang masih dapat ditoleransikan (Etol) di lokasi

pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 128 26.Contoh perhitungan usaha tani di lokasi pengamatan intensif Sub DAS

Cisadane Hulu ... 129 27.Rata-rata pendapatan petani dari usaha sawah di lokasi pengamatan

intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 134 28.Rata-rata pendapatan petani dari usaha ternak domba di lokasi

pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 135 29.Rata-rata pendapatan petani dari usaha lain-lain di lokasi pengamatan

intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 136 30.Pola tanam alternatif berdasar tingkat produktivitas lahan di lokasi

pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 137 31.Evaluasi kelayakan ekonomi agroteknologi agroforestry di lokasi

pengamatan intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 138 32.Peta pola tanam dan agroteknologi alternatif di lokasi pengamatan

intensif Sub DAS Cisadane Hulu ... 139 33.Peta pola tanam dan agroteknologi alternatif di Sub DAS Cisadane

Latar Belakang

Sumberdaya lahan merupakan salah satu modal dasar pembangunan pertanian. Sejalan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, kebutuhan lahan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, industri, pertokoan, pendidikan, pariwisata, transportasi, pertanian dan lain-lain juga meningkat. Sementara itu jumlah lahan yang tersedia relatif tetap sehingga terjadi ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan kebutuhan lahan yang mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian, penyerobotan tanah negara, perambahan hutan, pengusahaan lahan kering perbukitan dan lahan berlereng yang seringkali tidak sesuai dengan kemampuan daya dukung lahan tersebut.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara lain kesadaran masyarakat yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam dan masih belum adanya keterpaduan antar sektor dan antar instansi sehingga mengakibatkan terjadinya erosi, banjir dan kekeringan.

Kompleksitas permasalahan pengelolaan DAS memunculkan adanya paradigma baru dalam pengelolaan DAS berupa pemberdayaan masyarakat dalam usaha pengelolaan DAS ditingkat operasional dan pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan bottom up. Ada beberapa hal penting dalam paradigma baru ini yaitu (1) pengelolaan dilaksanakan secara terpadu lintas sektoral, (2) peningkatan peran serta masyarakat (partisipatif), (3) peningkatan penyuluhan baik kualitas dan kuantitas, (4) penguatan institusi dan (5) pemberian insentif

2

kepada petani di kawasan DAS (khususnya bagian hulu) (Priyono dan Cahyono 2003).

Pola pemanfaatan lahan di kawasan hulu DAS merupakan salah satu bagian yang paling krusial dalam pengelolaan DAS. Jika upaya peningkatan kesejahteraan dan usaha ekonomi masyarakat di kawasan hulu DAS ini bisa disinergikan dengan perbaikan pengeloaan DAS, maka upaya menemukan pola pemanfaatan lahan yang sesuai bisa dinilai telah mendekati kenyataan. Untuk menemukan pola pemanfaatan lahan yang sesuai bukan saja dibutuhkan pengetahuan teknis, ekonomi dan agro-ekologi, melainkan juga pemahaman situasional antar masyarakat kawasan DAS. Pemahaman situasional ini mencakup aspek hubungan saling menghargai (mutual respect) secara sosial, politik, budaya dan keamanan bersama (LP3ES 2006).

Banjir besar yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada Bulan Februari 2007 telah membuka kesadaran kembali terhadap pentingnya pengelolaan DAS secara terpadu. Penanganan banjir saat ini dititikberatkan pada pengendalian banjir di bagian hilir dengan pembuatan berbagai bangunan sipil seperti bendungan, dam penahan, sodetan sungai, pendalaman sungai dan kanalisasi. Sementara sumber penyebab banjir yang diantaranya adalah kerusakan daerah resapan dibagian hulu yang berupa lahan kritis yang menyebabkan terganggunya fungsi hidrologis daerah hulu kurang mendapat perhatian. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi lahan kritis adalah dengan merehabilitasi lahan kritis tersebut yang dituangkan dalam suatu rencana rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dengan jalan meningkatkan pengetahuan pada tingkat lapangan

dan adopsi bentuk penggunaan lahan yang sesuai dengan praktek pengelolaan lahan yang cocok (Nugroho, 2002)

Sub DAS Cisadane Hulu dengan luas wilayah 23.739,4 ha merupakan bagian dari DAS Cisadane seluas 156.043,0 ha yang berhulu di Kabupaten Bogor dan bermuara di teluk Jakarta, sehingga ikut menyumbang terjadinya banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Secara administratif Sub DAS Cisadane Hulu terletak di Kecamatan Cijeruk, Caringin, Ciawi, Tamansari, Ciomas dan Cisarua Kabupaten Bogor dan Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur dan Bogor Tengah dan Bogor Barat Kota Bogor Propinsi Jawa Barat.

Topografi di Sub DAS Cisadane Hulu bervariasi dari datar sampai dengan sangat curam. Dari hasil analisis kelerengan sebagian besar Sub DAS Cisadane Hulu berada pada kelas lereng I (datar) seluas 10.530,8 ha (44,36%) dan kelas lereng V (sangat curam) seluas 4.974,4 ha (20,95%). Laju pertumbuhan penduduk di Sub DAS Cisadane Hulu sebesar 1,2 % / tahun dengan tingkat pendapatan berkisar antara Rp. 1.850.000,00 s/d Rp. 1.900.000,00 /kapita/tahun (BP DAS Citarum Ciliwung, 2003). Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi disertai dengan pendapatan yang rendah mengakibatkan tekanan terhadap lahan semakin tinggi yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannnya. Hal ini mengakibatkan kerusakan lahan dan pada akhirnya akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat semakin menurun.

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah : (1) penggunaan lahan di lokasi umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang benar sehinga menimbulkan kerusakan lahan, dan

4

(2) tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya suatu perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu.

Kerangka Pemikiran

Sebagai bagian hulu dari DAS Cisadane, Sub DAS Cisadane Hulu berperan sebagai daerah resapan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan fungsi hidrologi, sementara penggunaan lahan dan pengelolaan sumberdaya alam untuk kegiatan pertanian masih mendominasi kehidupan masyarakat di kawasan tersebut. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan, tekanan terhadap lahan juga meningkat yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan sehingga mengganggu fungsi hidrologi daerah hulu dan pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pemahaman tentang pola penggunaan lahan dan sumberdaya alam pertanian sehingga dapat dirumuskan perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan. Untuk dapat memahami penggunaan lahan yang dilakukan di Sub DAS Cisadane Hulu, karena keterbatasan waktu dan biaya diperlukan adanya lokasi pengamatan intensif yang dapat menggambarkan pola pemanfaatan lahan di Sub DAS Cisadane Hulu secara keseluruhan.

Lokasi pengamatan intensif dilaksanakan di Areal Model Penanganan Konservasi Tanah dan Air Sub DAS Cisadane Hulu DAS Cisadane yang secara administratif terletak di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin dan Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Desa Pasir Buncir dan Wates Jaya yang merupakan salah satu wilayah resapan DAS Cisadane yang telah mengalami banyak perubahan penggunaan lahan seperti dari perkebunan dan semak belukar menjadi pertanian semusim. Lokasi pengamatan intensif seluas 1.800,8 ha

sebagian besar dimiliki oleh perusahaan swasta yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian meskipun tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan dan hutan yang dikelola oleh Balai TN. Gunung Gede Pangrango serta sebagian kecil tanah milik masyarakat berupa pemukiman dan sawah. Topografi lokasi didominasi oleh kelas lereng agak curam sampai sangat curam yang digunakan untuk kebun dan hutan (1.672,6 ha) dan sebagian kecil pada kelas lereng datar dan bergelombang yang digunakan untuk sawah dan pemukiman (97,4 ha) (BP DAS Citarum Ciliwung, 2007). Masyarakat Desa Pasir Buncir dan Wates Jaya sebagian besar (67,71%) menggantungkan hidupnya dari pertanian dan dari petani tersebut 51% sebagai buruh tani dan 31% penggarap (Distanhut 2006) dengan rata – rata pendapatan Rp.11.849.550,00/tahun.

Pemilihan lokasi pengamatan intensif ini didasarkan beberapa pertimbangan, antara lain (i) merupakan wilayah model yang akan dijadikan contoh untuk kegiatan penanganan konservasi tanah dan air lokasi lain yang merupakan unsur penting dalam pengelolaan DAS, (ii) merupakan bagian hulu DAS Cisadane yang sebagian wilayahnya telah beralih fungsi yang dapat mengancam fungsi hidrologis dari DAS Cisadane, (iii) adanya praktek pertanian yang belum menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang benar, dan (iv) tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat yang masih rendah.

Penggunaan lahan dan sumberdaya alam yang dilakukan masyarakat pada dasarnya merupakan resultan dari berbagai faktor sosial, ekonomi dan kondisi sumberdaya lahan yang dihadapi. Secara umum terdapat 4 kelompok faktor yang memiliki pengaruh terhadap pola penggunaan lahan dan sumberdaya alam yaitu : (1) faktor lingkungan sosial ekonomi, (2) karakteristik rumah tangga petani, (3)

6

teknologi dan (4) faktor lingkungan biofisik yang dihadapkan pada petani. Kerangka pemikiran perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Gambar 1.

Permasalahan penggunaan lahan dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah di Sub DAS Cisadane Hulu dapat diselesaikan dengan cara penyusunan rencana penggunaan lahan berkelanjutan. Tahapan pelaksanaan penelitian dalam penyusunan rencana penggunaan lahan berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada gambar 2.

Lingkungan Sosial Ekonomi

Karakteristik petani Teknologi Lingkungan biofisik

Rekomendasi agroteknologi Valuasi Ekonomi

(Manfaat lingkungan pencegahan erosi untuk

petani) Agroteknologi saat ini Alternatif agroteknologi 1. Faktor penyebab masyarakat memanfaatkan lahan 2.Faktor penyebab masyarakat melakukan tipe agroteknologi saat ini

Peluang penerapan rekomendasi agroteknologi

oleh petani

Perencanaan penggunaan

lahan berkelanjutan Kebijakan dan program stakeholder

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu

8

Gambar 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu

Satuan lahan homogen

A < ETol Alternatif agroteknologi Rekomendasi agroteknologi Ya Pendapatan > Standar hidup layak

Alternatif pendapatan

diluar pertanian Overley peta :

penggunaan lahan, jenis tanah, kelas lereng Lokasi pengamatan intensif

Tidak

Valuasi Ekonomi

Nilai manfaat lingkungan pencegahan erosi utk petani

Pendapatan Biaya Biaya bangunan KTA Pendapatan akibat kenaikan produktifitas lahan Biaya penurunan penggunaan pupuk Ya Tidak Kenaikan Produktifitas lahan Pencegahan dampak negatif Peluang penerapan rekomendasi agroteknologi oleh petani Perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan

Kebijakan dan program stakeholder Penurunan

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji agroteknologi yang dapat diterapkan dalam rangka penggunaan lahan berkelanjutan.

2. Menyusun perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan di Sub DAS Cisadane Hulu.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemilik/pengguna lahan untuk mengelola lahannya dan pemerintah Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan instansi terkait lainnya dalam pengelolaan penggunaan lahan di Sub DAS Cisadane Hulu, khususnya untuk lahan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dokumen terkait