• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PULAU KAYU ANGIN BIRA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 di Pulau Kayu Angin Bira, salah satu pulau yang berada dalam wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengamatan dilakukan pada jam 2.07-3.04 WIB di pantai timur Pulau Kayu Angin Bira (05o36’28.74”LS; 106o34’05.42” BT; Gambar 1).

138

Gambar 1. Peta Penelitian (Google Earth, 2016)

Pengumpulan Data Ikan Karang

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan analisis deskriptif. Metode yang digunakan yaitu underwater visual census pada transek sabuk dengan panjang 100 meter dan lebar sabuk 5 meter (2,5 meter ke kiri dan kanan transek) (English et al., 1997). Pengamatan dilakukan oleh satu orang penyelam dan satu orang roll master. Prosedur yang dilakukan yaitu pemasangan transek oleh roll master pada daerah tubir karang dengan kedalaman 6-7 m sejajar garis pantai. Setelah dipasang, area transek dibiarkan dahulu selama 15 menit agar aktivitas ikan kembali seperti semula. Selanjutnya transek disusuri secara perlahan sambil dilakukan identifikasi dan penghitungan jumlah individu ikan yang terlihat pada jarak 2,5 meter ke kiri dan kanan transek. Jumlah pertemuan dengan setiap jenis ikan dicatat sebagai frekuensi. Data dicatat pada kertas anti air (waterproof). Dokumentasi dilakukan menggunakan kamera bawah air untuk membantu identifikasi Spesies ikan yang tidak teridentifikasi secara langsung untuk diidentifikasi kemudian. Pengolahan Data

Ikan karanng yang tercatat akan diidentifikasi hinga tingkat Spesies serta diidentifikasi jenis makanannya melalui studi literatur. Selanjutnya dilakukan perhitungan kelimpahan, kepadatan, dominansi, frekuensi, keragaman, dan kerataan komunitas ikan karang. Kepadatan Spesies ikan karang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Di = kepadatan ikan karang Spesies i n = jumlah individu Spesies i

L = luas area transek pengamatan (panjang X lebar sabuk transek)

139

DR = dominansi relatif ni = jumlah individu Spesies i N = jumlah individu seluruh Spesies

Frekuensi Spesies dihitung dari jumlah perjumpaan dengan setiap jenis ikan karang di area pengamatan. Frekuensi relatif dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

FR = Frekuensi relatif

fi = frekuensi ditemukannya Spesies i

F = jumlah pertemuan dengan seluruh Spesies

Keragaman Spesies ikan karang dihitung menggunakan Indeks Shannon-Wiener dengan rumus sebagai berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988):

Keterangan: H’ = Indeks Shannon-Wiener

pi = perbandingan jumlah individu Spesies I dengan jumlah individu dari seluruh Spesies

Kriteria indeks Shannon-Wiener dibagi menjadi 3, yaitu: H’≤2,0 = keragaman Spesies rendah 2,1<H’≤3 = keragaman Spesies sedang H’≥3 = keragaman Spesies tinggi

Kerataan komunitas dianalisis menggunakan Indeks Pielou dengan rumus sebagai berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988):

J’ = Indeks Kerataan Pielou

H’= Indeks Keragaman Shannon-Wiener S = Jumlah spesies

Spesies ekspektasi digunakan untuk memperkirakan jumlah spesies yang dapat ditemukan berdasarkan ukuran sampel tertentu. Spesies ekspektasi dihitung menggunakan rumus rarefrac sebagai berikut (Hulbert, 1971):

E(s) = Spesies ekspektasi berdasarkan ukuran sampel n = standar ukuran sampel

140

ni = Jumlah individu spesies i

Kesamaan komunitas ikan karang dihitung menggunakan rumus persentase similaritas sebagai berikut:

A : jumlah Spesies yang ditemukan di kedua stasiun x : jumlah Spesies di stasiun pertama

y : jumlah Spesies di stasiun kedua

HASIL

Kondisi perairan di Pulau Kayu Angin Bira pada saat pengamatan tenang. Suhu perairan berkisar 28-30oC. Jarak pandang vertikal (visibility) 5 m. Jumlah ikan karang yang teramati 294 individu yang terdiri dari 21 spesies yang merupakan anggota dari lima familiaa. Keragaman ikan karang Pulau Kayu Angin Bira termasuk kategori sedang (H’ = 2,30). Kerataan komunitasnya termasuk kategori tinggi (J’ = 0,76).

Kelimpahan Familia, Spesies serta kepadatannya dapat dilihat pada tabel 1. Kelimpahan relatif dapat dilihat pada Gambar 1, frekuensi relatifnya dapat dilihat pada Gambar 2. Familiaa yang paling banyak anggota/Spesiesnya adalah Familia Pomacentridae dengan 11 Spesies diikuti Familia Labridae yang terdiri dari lima Spesies. Familia lainnya hanya terdiri dari satu atau dua Spesies.

Tabel 1. Kelimpahan ikan karang di Pulau Kayu Angin Bira Taman Nasional Kepulauan Seribu

No. Familia Spesies Jumlah Spesies Kepadatan (Ind/m2)

1. Apogonidae Apogon chrysopomus 95 0.190

2. Apogonidae Apogon compressus 27 0.054

3. Chaetodontidae Chaetodon octofasciatus 5 0.010

4. Chaetodontidae Heinochus varius 1 0.002

5. Labridae Labroides dimidiatus 3 0.006

6. Labridae Halichoeres chloropterus 1 0.002

7. Labridae Halichoeres vrolikii 1 0.002

8. Labridae Thallasoma lunare 7 0.014

9. Labridae Halichoeres solorensis 4 0.008

10. Pomacentridae Hemiglyphidodon plagiometopon 9 0.018

11. Pomacentridae Pomacentrus cuneatus 28 0.056

12. Pomacentridae Pomacentrus mollucensis 37 0.074

13. Pomacentridae Abudefduf sexfasciatus 8 0.016

14. Pomacentridae Amblygliphidodon leucogaster 9 0.018

15. Pomacentridae Amphiprion ocellaris 3 0.006

16. Pomacentridae Chrysiptera rollandi 5 0.010

17. Pomacentridae Neoglyphidodon oxyodon 1 0.002

141

19. Pomacentridae Neopomacentrus azysron 15 0.030

20. Pomacentridae Dischistodus melanotus 2 0.004

21. Scaridae Scarus rivulatus 30 0.060

Total 294

Gambar 2. Dominansi Relatif ikan karang Pulau Kayu Angin Bira Taman Nasional Kepulauan Seribu

Gambar 3. Frekuensi Relatif ikan karang Pulau Kayu Angin Bira Taman Nasional Kepulauan Seribu

Seperti terlihat pada gambar 1, berdasarkan dominansi relatifnya Spesies ikan karang Pulau Kayu Angin Bira dapat dikelompokkan menjadi ikan yang dominansi relatifnya tinggi, sedang, dan

142

rendah. Ikan yang masuk kategori pertama hanya ikan Apogon chrysopomus dan yang masuk kategori kedua juga hanya satu Spesies, yaitu Pomacentrus mollucensis. Spesies lainnya termasuk ke dalam ikan yang tingkat dominansinya rendah.

Berdasarkan nilai frekuensi relatifnya (Gambar 2), Spesies ikan karang Pulau Kayu Angin Bira hanya dapat dikelompokkan menjadi ikan yang frekuensi relatifnya tinggi dan rendah. Ikan yang masuk kategori pertama hanya satu Spesies yaitu Apogon chrysopomus. Dengan demikian, ternyata Apogon chrysopomus selain kelimpahan relatifnya paling tinggi, juga penyebarannya paling luas.

Gambar 4. Proporsi ikan karang berdasarkan jenis makanan di Pulau Kayu Angin Bira Taman Nasional Kepulauan Seribu

Spesies ikan karang yang terdapat di Pulau Kayu Angin Bira dapat dikelompokkan berdasarkan jenis makanannya (Gambar 3). Kelompok planktivora merupakan kelompok dengan proporsi tertinggi diikuti oleh herbivora, omnivora, invertivora dan yang terendah adalah koralivora.

143

Gambar 5. Perbandingan keanekaan jenis ikan karang antara Pulau Kayu Angin Bira, Pulau Pari Stasiun 1, 2, dan 3 berdasarkan jumlah spesies ekspektasi.

Gambar 6. Perbandingan jumlah 15 Spesies ikan karang dominan di empat stasiun pengamatan (Spesies dengan kelimpahan lebih rendah lain tidak dimasukkan ke dalam grafik).

Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa spesies Apogon chrysopomus yang merupakan spesies dengan jumlah dominansi tertinggi di Pulau Kayu Angin Bira memiliki jumlah yang lebih rendah dibandingkan spesies-spesies ikan di Pulau Pari. Di Pulau Pari, spesies ikan Neopomacentrus azysron yang merupakan spesies dengan dominansi tertinggi di Pulau Pari ditemukan dalam jumlah kecil di Pulau Kayu Angin Bira (15 individu). Selain itu, terdapat 2 spesies dengan nilai dominansi yang tinggi di 2 stasiun, yaitu Chromis ternatensis yang memiliki dominansi tinggi di Stasiun Pulau Pari satu dan empat, serta Neopomacentrus filamentosus yang memiliki domunansi tinggi di Stasiun Pulau Pari satu dan tiga.

144

PEMBAHASAN

Jumlah sampel yang ditemukan yaitu sejumlah 294 individu ikan karang yang terbagi ke dalam 21 Spesies dan 5 familia. Jumlah yang ditemukan cenderung lebih rendah dibandingkan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Edrus dan Abrar (2017) di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Karena ukuran sampel berbeda, data dikonversi menjadi Spesies ekspektasi menggunakan software Rarefrac. Dari 200 sampel hasil perhitungan, Spesies ekspektasi yang dapat ditemukan di Pulau Kayu Angin Bira adalah 19 Spesies, 47 Spesies di Pulau Pari 1, 30 Spesies di Pulau Pari 2, dan 52 Spesies di Pulau Pari 3. Hal ini menunjukkan kelimpahan Spesies di ketiga stasiun Pulau Pari lebih tinggi dibanding Pulau Kayu Angin Bira, yang menunjukkan bahwa kondisi perairan di Pulau Pari lebih baik dibandingkan di Pulau Kayu Angin Bira.

Familia Pomacentridae merupakan familia terbanyak yang ditemukan dengan jumlah 11 Spesies. Familia Pomacentridae terdiri dari ikan sersan mayor, ikan betok, ikan badut, dll. Spesies-Spesies ikan dari Familia Pomacentridae merupakan kelompok ikan mayor yang keberadaannya melimpah di terumbu karang. Berdasarkan laporan pemantauan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2013), diketahui bahwa Familia Pomacentridae merupakan familia dengan anggota terbanyak di Kepulauan Seribu

Spesies Apogon chrysopomus merupakan spesies dengan jumlah terbanyak yaitu 95 individu dengan dominansi 32% dari seluruh specimen yang diamati. Apogon chrysopomus, yang termasuk dalam kelompok ikan cardinalfish merupakan ikan yang hidup pada celah-celah terumbu karang. Ikan A. chrysopomus merupakan ikan yang hidup secara berkelompok dan termasuk kelompok ikan nocturnal (aktif bergerak di malam hari), sehingga spesies ini biasa ditemukan sedang beristirahat dalam jumlah besar di celah-celah karang. Spesies ini pun merupakan spesies dengan frekuensi relatif tertinggi diantara Spesies lainnnya di lokasi penelitian, hal ini menunjukkan persebaran yang tinggi di Pulau Kayu Angin Bira. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi pakan yang cukup melimpah di area tersebut mengingat saat pengamatan, perairan Pulau Kayu Angin Bira memiliki kandungan sedimen yang cukup tinggi, sehingga menyediakan makanan yang cukup banyak untuk ikan yang umumnya memakan plankton dan bahan-bahan organik dalam sedimen.

Kemiripan komunitas ikan karang di Pulau Kayu Angin Bira dan ketiga stasiun di Pulau Pari dianalisis menggunakan penghitungan persentase similaritas. Kayu angin bira memiliki tingkat similaritas 6,86% dengan Stasiun 1, 14,29% dengan Stasiun 2, dan 9,90 dengan Stasiun 3. Berdasarkan nilai similaritas, diketahui kesamaan jenis ikan karang di Pulau Kayu Angin Bira lebih tinggi dengan Stasiun 2 Pulau Pari dibandingkan dengan kedua stasiun lainnya. Meski demikian, nilai kesamaan antara Pulau Kayu Angin Bira dengan Stasiun 2 Pulau Pari cenderung rendah.

Berdasarkan jenis makanan, kelompok planktivora merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan (63% dari keseluruhan kelompok jenis makanan). Melimpahnya ikan planktivora menunjukkan banyaknya jumlah plankton di Pulau Kayu Angin Bira.

Ikan herbivora yang ditemukan saat pengamatan berjumlah 30 individu yang mewakili 16% dari sampel yang diamati. Kelimpahan ikan herbivora tergolong sedang yang menunjukkan adanya gangguan terhadap resiliensi ekosistem terumbu karang. di Pulau Kayu Angin Bira. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelimpahan ikan karang herbivora di Pulau Kayu Angin Bira untuk mengetahui kondisi resiliensi di Pulau Kayu Angin Bira secara lebih mendetail.

145

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak pengelola Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. dan M. Adrim. 2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological Studies. 42: 1-72 Adam, T.C. 2015. Herbivory and the resilience of Caribbean coral reefs: knowledge gaps and

implications for management. Mar. Ecol. Prog. Ser. Vol. 520: 1-20.\

Balai Taman Nasonal Kepulauan Seribu. 2013. Laporan Pemantauan Potensi Terumbu Karang. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jakarta.

Cesar, H., L. Burke, L. Pet-Soede. 2003. The Economics of Worldwide Coral Reef Degradation. Cesar Environmental Economics Consulting. Arnhem.

Edrus, I.N. dan M. Abrar. 2017. Diversity of Reef Fish Functional Groups in Terms of Coral Reef Resiliences. Indonesian Fisheries Research Journal Vol. 22 No. 2: 109-122

English, S., C. Wilkinson, V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Townsville.

Green, A.L. dan D. R. Bellwood. 2009. Monitoring Functional Groups of Herbivorous Reef Fishes as Indicators of Coral Reef Resilience – A Practical guide for Coral Reef Managers in the Asia Pasific Region. IUCN working group on Climate Change and Coral Reefs. IUCN, Gland. Hulbert, S.H. 1971. The non-concept of species diversity. A critique and alternative parameters.

Ecology 52:577-586.

Ludwig, J.A., J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: A. Primer on Method on Computing. John Willey and Sons. Canada.

Obura, D. dan G. Grimsditch. 2009. Resilience Assessment of Coral Reefs – Assessment Protocols for Coral Reefs, Focusing on Coral Bleaching and Thermal Stress. IUCN working group on Climate Change and Coral Reefs. IUCN, Gland.

Utami, T.S. 2010. Suksesi Komunitas Ikan Karang Pada Lokasi Rehabilitasi Terumbu Karang di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

146

EK-13

STUDI HABITAT DAN POPULASI MONYET EKOR PANJANG