• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KUALITAS PERAIRAN SITU AGATHIS MENGGUNAKAN INDEKS BIOTIK BERDASARKAN MAKROZOOBENTHOS AIR

Alwindha Meisa*1, Wisnu Wardhana2 1,2

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Pondok Cina, Depok, 16424, Indonesia

e-mail: *1alwindhameisa@gmail.com, 2wisnu-97@ui.ac.id

Abstrak. Situ Agathis kemungkinan telah tercemar oleh limbah rumah tangga karena berlokasi dekat dengan

pemukiman warga. Akumulasi limbah pada perairan Situ Agathis dapat memengaruhi kualitas air yang kemudian akan berdampak pada kehidupan biota air, salah satunya adalah makrozoobenthos. Penilaian kualitas perairan Situ Agathis dapat menggunakan beberapa metode Indeks Biotik, seperti Family Biotic Index (FBI), indeks keanekaragaman dan indeks dominansi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi makrozoobenthos dan mengkaji penggunaannya sebagai bioindikator menggunakan indeks biotik untuk menilai kualitas perairan Situ Agathis. Hasil penelitian diperoleh empat family makrozoobenthos yaitu Chironomidae, Lymnaeidae, Planorbidae, dan Tubificidae. Selain itu ditemukan juga filum Nematoda. Family Biotic Index (FBI) Situ Agathis termasuk kategori sangat buruk dengan nilai rata-rata 7,98. Indeks keanekaragaman jenis makrozoobenthos di Situ Agathis adalah 0,62 dan termasuk dalam kategori tingkat keanekaragaman yang rendah. Situ Agathis memiliki nilai dominansi 0,59 menunjukkan adanya dominansi oleh famili Chironomidae dan Nematoda berdasarkan jumlah individu yang ditemukan. Keanekaragamanan makrozoobenthos didominansi oleh family yang toleran terhadap cemaran organik.

Kata Kunci : makrozoobenthos; Famili biotic index; Keanekaragaman; Dominansi; Situ Agathis

Abstract. Situ Agathis may have been contaminated by household waste because it is located close to

residential areas. Accumulation of waste in Situ Agathis can affect water quality that will have an impact on aquatic life such as macrozoobenthos. Water quality assessment of Situ Agathis can use several biotic index methods such as the Family Biotic Index (FBI), Diversity index, and Domancy index. This study was aimed to identify and analyze the use of macrozoobenthos as bioindicator using biotic index to assess water quality of Situ Agathis. There are four families of macrozoobenthos, which are Chironomidae, Lymnaeidae, Planorbidae, Tubificidae and one phylum, Nematode. The Family Biotic Index (FBI) value of Situ Agathis classified very poor with mean value is 7.98. The biodiversity index of Situ Agathis value is 0.62 and classified low diversity. Situ Agathis has dominancy value was 0.59 that indicates there is dominancy by Chironomidae and Nematode based on number of individu found.

Keywords : macrozoobenthos; Family biotic index; Diversity; Dominancy; Situ Agathis PENDAHULUAN

Situ merupakan ekosistem perairan tawar dan menjadi habitat bagi berbagai macam makhluk hidup. Kualitas perairan yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan biota akuatik semakin lambat, sehingga dapat menurunkan jumlah dan jenis biota. Salah satu organisme yang terkena dampak dari penurunan kualitas air adalah makrozoobenthos. Kelompok organisme ini dapat dijadikan indikator kualitas perairan karena mudah terpengaruh dengan perubahan kualitas lingkungan, sifat hidupnya yang menetap, dan sulit menghindar pada perubahan kondisi perairan (Wardhana, 2006; Ayu, 2009; Amizera et al. 2015).

168

terutama bahan organik yang berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, sedimentasi dan eutrofikasi. Akumulasi limbah pada perairan Situ Agathis diduga dapat memengaruhi kualitas air yang kemudian akan berdampak pada kehidupan makrozoobenthos (Purborini, 2006). Penilaian kualitas perairan Situ Agathis berdasarkan keberadaan makrozoobenthos belum pernah dilakukan sehingga belum diketahui secara pasti kelompok makrozoobenthos apa saja yang dapat digunakan sebagai bioindikator cemaran di Situ Agathis.

Penilaian kualitas perairan selain menggunakan parameter fisika-kimia, juga dapat menggunakan parameter biologi. Parameter biologi yang dapat digunakan salah satunya adalah indeks biotik. Indeks biotik merupakan suatu penilaian yang didasarkan pada tingkat toleransi masing-masing jenis makrozoobentos terhadap cemaran. Family biotic index (FBI), indeks keanekaragaman dan indeks dominansi adalah beberapa indeks biotik yang umum digunakan untuk menilai kualitas perairan (Mandaville, 2002).

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi makrozoobenthos dan mengkaji penggunaannya sebagai bioindikator dengan indeks biotik untuk menilai kualitas perairan Situ Agathis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Situ Agathis dan Laboratorium Taksonomi Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Biologi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 hingga Desember 2016. Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan metode purposive random sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan menentukan titik sampling pada daerah yang mewakili lokasi penelitian (Amizera et al. 2015).

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Makrozoobenthos Situ Agathis

Alat yang digunakan untuk mengambil sampel makrozoobentos yaitu Eckman Grab (15 x 19 cm) dan alat yang digunakan untuk identifikasi makrozoobentos di laboratorium adalah mikroskop digital dengan pembesaran 400x. Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data lingkungan adalah DO meter, secchi disk, meteran jahit, kertas pH universal 0—14 dan GPS. Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini untuk mengawetkan benthos yaitu formalin 10% dan larutan Rose Bengal, untuk mempermudah proses diindentifikasi. Identifikasi makrozoobentos menggunakan buku idenfikasi, yaitu Ward & Wipple (1959), Djajasasmita (1999) dan Epler (2001).

Keterangan : Stasiun Inlet Stasiun Midle Stasiun Outlet

169

Sampel makrozoobentos diambil pada tiga stasiun penelitian (inlet, midlet, dan outlet), dan setiap stasiun memiliki masing-masing dua titik sampling. Sampling dilakukan sebanyak tiga kali. Sampel dimasukkan dalam botol sampel dan ditambahankan formalin 10% dan larutan rose bengal. Sampel kemudian disaring menggunakan saringan bentos yang memiliki mata saring berukuran 1,0 mm sehingga sampel makrozoobenthos dan substrat terpisah. Data makrozoobenthos akan di hitung menggunakan Family Biotic Index (FBI), indeks keragaman Shannon-Winner dan indeks dominansi Simpson.

Perhitungan Family Biotic Index (FBI) dilakukakan dengan pemberian skoring pada setiap family makrozoobenthos yang ditemukan berdasarkan daftar nilai toleransi, kemudian dihitung menggunakan rumus Family Biotic Index (FBI). Nilai FBI berkisar dari 0 hingga 10, dimana nilai 0 berarti makrozoobenthos tersebut tidak toleran terhadap organik polutan dan sebaliknya, nilai 10 berarti makrozoobenthos tersebut sangat toleran terhadap polutan.

Tabel 1. Interpretasi nilai Family biotic index untuk penilaian kualitas air

No Nama Family Jumlah individu

(xi)

Indeks toleransi (ti) Total (T)

1 A xiA tiA TA 2 B xiB tiB TB Jumlah xiA +xiB TA +TB (Febriantoro et al. 2013) FBI = Keterangan:

FBI = nilai indeks makroinvertebrata bentik

i = urutan kelompok familia yang menyusun komunitas makroinvertebrata xi = jumlah individu kelompok famili ke-i

ti = tingkat toleransi kelompok famili ke-i

Nilai Family biotic index (FBI) akan diinterpretasikan berdasarkan Tabel 2. Tabel 2. Interpretasi nilai Family biotic index untuk penilaian kualitas air (Mandaville, 2002)

Indeks Biotik Kualitas Air Tingkat Pencemaran Bahan Organik

0,00 – 3,75 Amat Sangat Baik (Excellent) Tidak tercemar bahan organik

3,76 – 4,25 Sangat Baik (Very Good) Kemungkinan tercemar ringan

4,26 – 5,00 Baik (Good) Kemungkinan agak tercemar

5,01 – 5,75 Sedang (Fair) Tercemar sedang

5,76 – 6,50 Agak Buruk (Fairly Poor) Tercemar agak berat

6,51 – 7,25 Buruk (Poor) Tercemar berat

170

HASIL

Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Situ Agathis (Tabel 3), didapatkan data sebagai berikut: rata suhu air 28,47 °C; rata kadar oksigen terlarut (DO) 1,46 mg/L; rata-rata kebutuhan oksigen biologis (BOD) 1,24 mg/L; rata-rata-rata-rata pH air 6; rata-rata-rata-rata kedalaman 55 cm; rata-rata kecerahan 44 cm; dan tipe substrat berupa lumpur berpasir.

Tabel 3. Hasil parameter fisika dan kimia Situ Agathis

Makrozoobenthos yang ditemukan di Situ Agathis ada empat family, yaitu Lymnaeide (Mollusca), Planorbidae (Mollusca), Chironomidae (Arthropoda), dan Tubificidae (Annelida), serta satu filum Nematoda. Rata – rata jumlah individu masing-masing makrozoobenthos yang ditemukan di Situ Agathis dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata jumlah individu makrozoobenthos per m2

Jenis Makrozoobenthos

Lokasi Jumlah individu

(ind/m2)

Rata- rata jumlah individu (ind/m2) Famili Chironomidae Inlet 13.800 5539,8 Midlet 2.807 Outlet 12.045 Famili Lymnaeidae Inlet 116 38,67 Midlet 0 Outlet 0 Famili Planorbidae Inlet 0 38,67 Midlet 116 Outlet 0 Famili Tubificidae Inlet 59 19,67 Midlet 0 Outlet 0 Filum Nematoda Inlet 60.350 24.327 Midlet 4502 Outlet 8129

Famili Lymnaeidae ditemukan di wilayah inlet Situ Agathis dengan kepadatan rata-rata 38,67 individu/m2. Famili Planorbidae ditemukan di wilayah midlet Situ Agathis dengan kepadatan rata-rata 38,67 individu/m2. Famili Chironomidae ditemukan diseluruh lokasi Situ Agathis dengan

Parameter Rerata Hasil Pengukuran Rata-rata

Inlet Situ Midlet Situ Outlet Situ

Suhu (0C) 28,35 28,68 28,38 28,47 DO (mg/L) 0,83 1,52 2,03 1,46 BOD5 (mg/L) 0,5 1,5 1,72 1,24 pH 6 6 6 6 Kedalaman (cm) 46,17 40,5 78,33 55 Kecerahan (cm) 39,8 39,5 53,3 44

Tipe substrat Lumpur coklat + pasir Lumpur hitam + pasir Lumpur hitam + pasir Lumpur hitam + pasir

171

kepadatan rata-rata 5539,8 individu/m2. Famili Tubificidae ditemukan di inlet Situ Agathis dengan kepadatan rata-rata 19,67 individu/m2. Nematoda ditemukan di seluruh lokasi Situ Agathis dengan kepadatan rata-rata 24.327 individu/m2.

Tabel 5. Hasil perhitungan Family Biotic Index (FBI)

Lokasi Jenis makrozoo Benthos Nilai toleransi (ti) Jumlah individu (xi) (xi) x (ti)

Nilai FBI Keterangan

Inlet Chironomidae 8 1180 9440

Lymnaeidae 6 10 60

Oligochaeta 10 5 50

Total 1195 9540 7,99 Sangat buruk

Midlet Chironomidae 8 240 1920

Planorbidae 7 10 70

Total 250 1990 7,96 sangat buruk

Outlet Chironomidae 8 1030 8240

Total 1030 8240 8 sangat buruk

Berdasarkan data (Tabel 5) hasil nilai perhitungan Family Biotic Index (FBI), rata-rata dari ketiga wilayah inlet, midlet, dan outlet Situ Agathis menghasilkan nilai 7,98. Nilai diantara 7,25 - 10 termasuk dalam kategori kualitas air sangat buruk, dengan tingkat pencemaran sangat berat. Keragaman yang diukur adalah keragaman family makrozoobenthos. Indeks keanekaragaman ketiga wilayah berkisar antara 0,50 – 0,74, dimana wilayah outlet memiliki nilai terendah (H’=0,50) dan midlet memiliki nilai tertinggi (H’= 0,74). Rata-rata indeks keanekaragaman family makrozoobenthos di Situ Agathis adalah 0,62 dan termasuk dalam kategori tingkat keanekaragaman yang rendah (H’<1). Nilai indeks dominansi dari stasiun inlet (D=0.69), midlet (D=0,51) dan outlet (D=0,52). Ketiga wilayah memiliki nilai antara 0,5 – 1 yang menunjukkan bahwa disetiap stasiun terdapat family yang mendominasi. Nilai Nilai Indeks keragaman Shannon Winner (H’) dan Indeks dominansi (D) Situ Agathis dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai Indeks keragaman Shannon Winner (H’) dan Indeks dominansi (D) Situ Agathis

Lokasi Indeks ekologi

Shannon_H Kategori

Keanekaragaman

Dominansi_D Ada/tidak Dominansi

Inlet 0.50 Rendah 0.69 Ada

Midlet 0.74 Rendah 0.51 Ada

Outlet 0.67 Rendah 0.52 Ada

Rata – rata 0.62 Rendah 0.59 Ada

PEMBAHASAN

Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Situ Agathis berdasarkan Tabel 3, Rata-rata suhu air Situ Agathis adalah 28,47 °C, berdasarkan Lampert & Sommer (2007) kisaran suhu

172

yang layak untuk makrozoobenthos adalah 20 – 30 °C sehingga perairan Siru Agathis mendukung kehidupan makrozoobenthos. Rata-rata kadar oksigen terlarut (DO) termasuk rendah (dibawah 2,00 mg/L) yaitu 1,46 mg/L. Rendahnya jumlah oksigen terlarut di Situ Agathis dapat disebabkan oleh banyaknya sampah, pencemaran limbah dan sedimentasi. Kandungan oksigen yang rendah dapat menghambat pertumbuhan makrozoobenthos sehingga jenis dan jumlah yang dapat ditemukan di Situ Agathis sedikit (Edward 1988; Asdak, 2004; Sastrawijaya, 2009). Kebutuhan oksigen biologis (BOD) juga termasuk rendah (≤ 2,9 mg/L) yaitu 1,24 mg/L dan dikelompokkan sebagai perairan yang tidak tercemar. Keterangan tersebut kurang sesuai apabila dibandingkan dengan faktor lainnya, sehingga peneliti berasumsi bahwa DO awal yang rendah memperlambat laju BOD, penguraian materi organik kemungkinan didominansi oleh mikrooorganisme anaerob. Berdasarkan pH air Situ Agathis termasuk asam dengan nilai 6. Makrozoobenthos dapat hidup pada kisaran pH 7 - 8,5 dengan toleransi terhadap asam lemah atau basa lemah sehingga memungkinkan bagi kehidupan makrozoobenthos. Rata- rata kedalaman situ Agathis adalah 55 cm termasuk dangkal, serta rata-rata kecerahan hanya 44 cm termasuk perairan keruh, serta tipe substrat berupa lumpur berpasir (Goldman & Horne, 1983; Dermawan, 2010).

Jenis makrozoobenthos yang ditemukan di Situ Agathis masing-masing memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kadar oksigen terlarut rendah. Lymnaeidae dan Planorbidae termasuk dalam sub-class pulmonata (memiliki paru paru). Kelompok ini dapat naik ke permukaan untuk bernapas disaat oksigen dalam air terbatas (Djajasasmita, 1999; Mandaville, 1999). Tidak ditemukannya kedua family ini dalam jumlah besar di dasar substrat Situ Agathis kemungkinan dikarenakan kadar DO yang sangat rendah sehingga biota tersebut naik ke permukaan. Chironomidae memiliki warna merah yang berasal dari hemoglobin yang mereka miliki yang berfungsi untuk mengikat oksigen, sehingga memungkinkan untuk Chironomidae jenis ini untuk hidup di daerah dengan kondisi oksigen rendah seperti Situ Agathis (Mandaville, 1999; Epler 2001). Tubificidae dan Nematoda banyak ditemukan di perairan tercemar karena nilai toleransinya tinggi (Mandaville, 1999; Hariyati 2007).

Berdasarkan data (Tabel 5), hasil nilai perhitungan Family Biotic Index (FBI) rata-rata dari ketiga wilayah inlet, midlet, dan outlet Situ Agathis menghasilkan nilai 7.98. Nilai diantara 7,25 - 10 termasuk dalam kategori kualitas air sangat buruk, dengan tingkat pencemaran sangat berat (Mandaville, 2002). Hal ini juga sesuai dengan temuan di lapangan bahwa jenis makrozoobentos yang ditemukan tidak bervariasi serta memiliki sifat toleran dan sangat toleran terhadap pencemaran. Hasil nilai FBI Situ Agathis yang tinggi berasal dari jumlah individu family Chironomidae yang besar dengan nilai toleransinya yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan hasil nilai akhir FBI lebih dipengaruhi oleh dominansi family tertentu dibandingkan keragaman family makrozoobenthos di Situ Agathis. Filum Nematoda juga ditemukan dalam jumlah besar di hampir seluruh wilayah Situ, namun tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan dengan metode Family Biotic Index (FBI) karena tidak memiliki nilai toleransi (Zimmerman, 1993; Mandaville, 2002). Keberadaan Nematoda dan jumlahnya yang besar tentunya memiliki andil dalam menentukan hasil nilai FBI namun ketiadaan nilai toleransi menyebabkan hal tersebut menjadi dikesampingkan.

Nilai indeks keragaman rendah (H’<1) dapat diartikan bahwa Situ Agathis memiliki keragaman family yang rendah dengan jumlah individu tiap family tidak seragam. Keragaman family yang rendah dapat dilihat dari jenis makrozoobenthos yang ditemukan hanya 5 jenis saja (Tabel 4). Selain itu jumlah individu tidak seragam, Chironomidae dan Nematoda lebih mudah ditemukan dengan jumlah yang besar, sedangkan Lymnaeidae, Planorbidae dan Tubificidae hanya ditemukan di titik tertentu dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan Chironomidae dan Nematoda.

173

Nilai indeks dominansi dari stasiun inlet (D=0.69), midlet (D=0,51) dan outlet (D=0,52) (Tabel 5). Ketiga wilayah memiliki nilai antara 0,5 – 1 yang menunjukkan bahwa disetiap stasiun terdapat family yang mendominasi yaitu family Chironomidae. Adanya dominansi oleh suatu jenis makrozoobenthos pada Situ Agathis menunjukkan adanya tekanan ekologis yang cukup tinggi. Akibatnya adalah kematian bagi organisme yang tidak mampu beradaptasi dan sebaliknya, bagi organisme yang mampu beradaptasi akan mengalami peningkatan jumlah yang cukup tinggi (dominan). Hal ini dapat dilihat dari family Chironomidae yang dapat ditemukan diseluruh stasiun di perairan Situ Agathis dengan kepadatan yang tinggi

Keanekaragaman family Situ Agathis yang rendah tidak selalu dapat diartikan bahwa keanekaragaman spesies juga rendah. Keanekaragaman family yang rendah dapat menandakan adanya dominansi oleh family tertentu dan ketidakseimbangan ekosistem. Dominansi oleh family Chironomidae dan Nematoda dikarenakan jenis tersebut memiliki toleransi dan cara adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan Situ Agathis. Kondisi lingkungan situ yang menyebabkan rendahnya keanekaragaman family Situ Agathis adalah karena banyaknya sampah dan pencemaran bahan organik yang dihasilkan warga disekitar Situ Agathis yang terbawa masuk kedalam perairan situ. Bahan organik yang terakumulasi dapat menyebabkan sedimentasi. Sedimentasi akan memengaruhi kadar oksigen terlarut dan kemudian mempengaruhi pola kehidupan makrozoobenthos yang ada. Semakin tinggi sedimentasi yang terjadi di suatu perairan maka semakin rendah kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya (Asdak, 2004). Sedimentasi juga dapat mempengaruhi kecerahan air, dimana air situ yang keruh (<100 cm) dapat mengurangi jumlah penetrasi cahaya kedalam kolom air. Kondisi tersebut akan menghambat fotosintesis oleh mikroorganisme sehingga akan sedikit oksigen yang dapat dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi perairan Situ Agathis yang memiliki nilai oksigen terlarut rendah berkisar 0,82 mg/L (Tabel 3.) sehingga makrozoobenthos yang ditemukan hanya jenis- jenis tertentu yang toleran terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih kepada Bapak Wisnu Wardhana yang telah memberi bimbingan, kritik dan saran selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Amizera, S, M.R. Ridho & E. Saleh (2015). Kualitas perairan sungai Kundur berdasaran Makrozoobenthos melalui pendekatan biotic index dan biotilik. Maspari Jurnal 7(2) : 51 – 56 Asdak, C. (2004). Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta : xiv + 614 hlm.

Ayu, W.F. (2009). Keterkaitan makrozoobenthos dengan kualitas air dan substrat di situ Rawa Besar, Depok. Skripsi Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor: v + 75 hlm.

Dermawan, H. (2010). Studi komunitas gastropoda di Situ Agathis Kampus Universitas Indonesia, Depok. Skripsi. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok: xi + 65 hlm.

Djajasasmita, M. (1999). Keong dan kerang sawah. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor : x + 57 hlm. Edward. (1988). Kualitas perairan Waisarisa dan sumberdaya perikanan. Biosmart 14(2): 388 –

174

Epler, J.H. (2001). Identification manual for the larval Chironomidae (Diptera) of North and South Carolina. EPA Region 4 and Human Health and Ecological Criteria Division, Crawfordville : vi + 143.

Febriantoro C, Shilikhin A, Mughofar A, Utami B. (2013). Pengukuran tingkat pencemaran sumber mata air yang terdapat di Kota Kediri menggunakan parameter organisme makrozoobenthos. Prosiding Seminar Nasional Biologi 10(1) : 1-6

Goldman, C.R. & A.J. Horne. (1983). Limnology. McGraw-Hill, Inc., Auckland: xvi + 464 hlm. Hariyati, R. (2007). Distribusi dan kemelimpahan meiofauna di hulu Sungai Code Yogyakarta.

BIOMA 9(2): 34 – 37

Lampert, W & U. Sommer. (2007). Limnoecology: The ecology of lakes and streams. 2nd ed. Oxford University Press, Oxford: ix + 324 hlm.

Mandaville, S.M. (1999). Bioassessment of freshwaters using benthic macroinvertebrates - A primer. Soil and Water Conservation Society of Metro Halifax, New York : viii + 244 hlm. Mandaville, S.M. (2002). Benthic Macroinvertebrate in Freshwaters- Taxa Tolerance Values,

Metrics, and Protocols. Soil and Water Conservation Society of Metro Halifax, New York : xviii + 48 hlm

Purborini, D.H. (2006). Struktur dan Komposisi Tumbuhan di kawasan Rawapwning Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Skripsi. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Semarang: xi + 40 hlm.

Sastrawijaya, A.T. (2009). Pencemaran lingkungan. Cetakan ke-3. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : ix + 317 hlm.

Ward, H. B. & G. Ch. Whipple. (1959). Fresh Water Biology. 2 ed. United State of America: John Wiley & Sons :1248 hlm.

Wardhana, W. (2006). Metode prakiraan dampak dan pengelolaannya pada komponen biota akuatik. Pusat Penelitian Sumber daya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia, Jakarta: 12 hlm.

Zimmerman, M. C. (1993). The use of the biotic index as an indication of water quality. Department of Biology Lycoming College Williamsport, Pennsylvania : 98 hlm.

175 EK-20

PENILAIAN KUALITAS PERAIRAN SITU AGATHIS MENGGUNAKAN